Tampilkan postingan dengan label Proaktif-Online Desember 2015. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Proaktif-Online Desember 2015. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Juni 2020

[JALAN-JALAN] Lepaskan Stres Anda di Sini

Oleh: Agustein Okamita
Stres merupakan galat satu perkara kesehatan terbesar yg dihadapi oleh insan waktu ini. Penyebab stres mampu dari berdasarkan aneka macam asal, misalnya pekerjaan, uang, kesehatan, kekhawatiran interaksi, maupun media. Dengan begitu banyaknya asal stres, orang mulai sulit menemukan ketika bersantai & melepaskan diri dari stres. Ketika orang mulai mengalami stres kronis, hal itu akan menghipnotis kesehatan fisik & mentalnya secara negatif.
Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan hobi merupakan keliru satu cara yg baik buat mengurangi stres. Ketika mengerjakan sesuatu yang sebagai passion atau hobi, kita akan mengerjakannya dengan gembira. Kegembiraan itu menciptakan pikiran kita lebih segar (fresh) dan menolong buat berpikir lebih jernih pada menghadapi problem-dilema yg muncul dalam kehidupan. Hobi bisa dilakukan sendirian maupun beserta-sama pada sebuah gerombolan atau komunitas. Melakukan kegiatan bersama-sama banyak keuntungannya, antara lain membuat kita mampu saling berbagi menggunakan teman-sahabat.
Di kota Bandung, banyak sekali komunitas yg dapat sebagai wadah bagi orang-orang buat melakukan aktivitas yg berhubungan dengan hobi atau passion mereka. Di antaranya merupakan:
Komunitas Merajut Bandung
Komunitas Merajut Bandung berawal berdasarkan beberapa para perajut yg berkumpul sebulan sekali buat merajut beserta. Setiap kali berkumpul, mereka berbagi teknik merajut yang baru & saling mengajar satu dengan yang lain. Dengan mengusut banyak sekali teknik merajut, para perajut ini mengembangkan kemampuan merajut mereka dan tidak terpaku dalam satu teknik merajut saja. Mereka juga mendapat para perajut pemula di dalam kelompok, sebagai akibatnya para pemula ini bisa belajar cara merajut berdasarkan teknik yg paling gampang untuk dikuasai. Setelah kemampuan merajut mereka semakin baik, mereka juga bisa mengajari orang lain untuk merajut.
Seiring kemajuan teknologi informasi dan media sosial, para perajut ini kemudian membuat sebuah grup di Facebook dengan nama Komunitas Merajut Bandung . Grup ini terbuka untuk siapa saja yang ingin belajar merajut bersama-sama di dalam komunitas. Sekarang kelompok ini dikenal dengan nama Komunitas Merajut Bandung (KMB), sesuai dengan nama grup di Facebook tersebut. Selain membuat grup, KMB juga membuat laman (page) di Facebook untuk memberi wadah bagi para perajut yang ingin memasarkan hasil rajutan mereka secara online.


Selain melakukan kegiatan merajut bersama, Komunitas Merajut Bandung juga menyelenggarakan beberapa acara baik yang bersifat lokal maupun nasional. Beberapa acara yang sudah dilaksanakan adalah Festival Rajut Indonesia (tahun 2012) dan Festival Rajut Bandung (2013). Kedua acara ini diselenggarakan di Bandung. Di Festival Rajut tersebut para perajut dapat memamerkan dan menjual hasil-hasil karya mereka. Melalui acara ini, masyarakat umum juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan informasi mengenai kegiatan merajut. Di sana masyarakat dapat melihat bahwa merajut merupakan salah satu hobi yang positif dan yang dapat menghasilkan karya-karya yang indah dan bermanfaat.
Komunitas Merajut Bandung juga ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh para perajut sedunia, seperti WWKIP (World Wide Knitting and Crochet In Public), di mana para perajut berkumpul di tempat-tempat umum untuk merajut. Merajut adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk stress releasing.
Jika Anda bertanya kepada para perajut, apa arti merajut bagi mereka, seperti yang dilakukan oleh Craft Yarn Council dalam #StitchAwayStress Campaign mereka, maka Anda akan mendapatkan berbagai jawaban seperti:

  • Merajut itu menenangkan
  • Merajut memungkinkan Anda untuk menyelesaikan berbagai hal
  • Merajut itu terapi
  • Merajut dapat membantu Anda melalui situasi stress, trauma atau sedih
  • Merajut membuat Anda menyadari bahwa Anda bisa mengendalikan sesuatu
  • Merajut itu menghibur
  • Menyenangkan untuk melihat suatu bentuk yang terjadi/muncul dan mengetahui bahwa Anda membuat kemajuan
  • Merajut memberikan Anda sesuatu yang Anda dapat kendalikan
  • dan lain-lain.



Contoh Rajutan. Foto koleksi pribadi penulis
Sebagai tambahan, kegiatan merajut bersama memotivasi setiap perajut untuk menyelesaikan proyek-proyek rajutan mereka dan belajar teknik merajut yang tidak mereka kuasai sebelumnya, dibandingkan ketika kegiatan merajut dilakukan seorang diri. Selain itu, sambil berkumpul bersama untuk menyalurkan hobi dan passion, para perajut juga bisa berbagi kegembiraan dan --untuk sementara-- bisa mengambil jarak dengan berbagai persoalan kehidupan. Setelah berhasil mengambil jarak dari persoalan mereka, mereka diharapkan dapat melihat persoalan hidup dengan cara pandang yang lebih baik yang berdampak pada menurunnya tingkat stres mereka.

Jendela Ide
Jendela Ide adalah wadah berkumpulnya berbagai komunitas yg secara umum dikuasai anggotanya terdiri atas anak-anak dan remaja, untuk menyalurkan hobi, talenta, dan passion mereka. Di Jendela Ide, mereka belajar bermain musik, bernyanyi, melukis, craft, dan aktivitas-kegiatan lainnya. Selain berkegiatan, anak-anak pula berinteraksi satu sama lain. Dalam menilik aneka macam hal di Jendela Ide, anak-anak didampingi olehbeberapa orang dewasa yang berperan menjadi fasilitator.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Jendela Ide memang berfokus pada anak-anak dan remaja. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain visual art, body movement, musik, dan lain-lain. Selain menyelenggarakan kegiatan rutin, Jendela Ide juga mengikutsertakan anggotanya untuk tampil dalam berbagai acara, salah satunya di Festival Anti Korupsi yang diselenggarakan di Bandung pada bulan Desember 2015. Pada acara yang diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini, Jendela Ide berpartisipasi dengan mengikutsertakan Suara Anak. Suara Anak adalah sekumpulan anak yang menciptakan dan menyanyikan beberapa lagu ciptaan mereka sendiri. Dalam menciptakan lagu dan berlatih menyanyi, mereka didampingi oleh para fasilitator Jendela Ide.


Suara Anak Jendela Ide di Festival Hutan 2015 THR Juanda Bandung


Foto: koleksi langsung penulisJendela Ide memiliki misi sebagai ruang bagi dialog antar pemuda berdasarkan berbagai latar belakang ekonomi, sosial, budaya & politik, demikian juga anak-anak dengan kebutuhan khusus. Mereka berorientasi dalam langsung insan menjadi individu dan makhluk sosial. Jendela Ide berusaha agar anak & remaja dapat menggunakan kemampuan mereka dan menyebarkan fakta yg diterima, sehingga berita yg nir hanya 'dikenal', tapi menjadi sesuatu yang dipelajari, mempertanyakan, & bisa menjadi bahan buat hidup mereka buat tahu secara kritis. Selain itu mereka juga memberikan kesempatan buat merogoh kiprah aktif dalam menentukan nilai-nilai dalam kehidupan mereka.
Jendela Ide memang nir secara khusus mencantumkan tertekan releasing sebagai tujuan menurut komunitas mereka. Akan tetapi setiap kegiatan yang dilakukan di Jendela Ide dapat memunculkan kegembiraan sebagai akibatnya dibutuhkan dapat mengurangi tingkat stress. Kegiatan pada Jendela Ide memberi ruang pada anak-anak & remaja buat mengekspresikan dirinya dan buat belajar menemukan cara-cara yang sinkron bagi dirinya buat bergembira dan mengurangi tekanan-tekanan dalam hayati.
Tempat-tempat buat Membantu Melepaskan Stress


Di kota Bandung juga banyak tempat yang dibuat sebagai sarana untuk mengurangi stress. Dua di antaranya adalah HanAra Wellbeing Center dan Yoga Leaf. HanAra Well-being Center yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto 68 Bandung ini menawarkan berbagai program yang efektif untuk membantu membersihkan meridian tubuh dari setiap penghalang sehingga memungkinkan kehidupan energi (Chi) untuk bebas mengalir. The HanARa Way adalah proses yang sederhana dan dapat diverifikasi dirancang untuk mengisi ulang energi kehidupan tubuh, yang jika dilakukan setiap hari akan mengaktifkan kembali kecerdasan tubuh bawaan kita di penyembuhan diri yang berkelanjutan.
Masyarakat umumnya mengenal yoga sebagai kegiatan latihan primer asana (postur) yang merupakan bagian menurut hatta yoga. Yoga juga digunakan sebagai galat satu pengobatan cara lain , umumnya hal ini dilakukan menggunakan latihan pernapasan, olah tubuh & meditasi, yg telah dikenal dan dipraktekkan selama lebih dari 5000 tahun. Selain manfaat-manfaat pada atas, yoga jua bisa membantu buat melepaskan stress. Di Yoga Leaf, kita sanggup menilik teknik-teknik dan gerakan yg berguna buat menjaga kesehatan tubuh fisik & teknik ? Teknik pernapasan dan meditasi yang dapat menaruh ketenangan pikiran.
Selain loka-loka yg disebutkan pada atas, ada banyak pilihan tempat yang bisa membantu mengurangi kondisi stres yg Anda alami. Demikian pula, masih ada sangat banyak komunitas di Kota Bandung yg bermanfaat buat menyalurkan hobi dan secara nir langsung membantu untuk mengurangi stres, pada antaranya komunitas olah raga bela diri, komunitas olah raga bersepeda, komunitas yoga, komunitas pencinta bunga, dan lain-lain. Kita mampu mencari dan menentukan buat ikut pada komunitas yg sesuai dengan hobi kita, atau membuat komunitas sendiri bersama orang-orang yang dekat dengan kita.

***



























[MEDIA] Musik Sebagai Media Pelepas Ketegangan

Oleh: Any Sulistyowati
Dalam kehidupan, kita mengalami pasang surut situasi emosi. Ada masa-masa membahagiakan, ada masa-masa sedih dan mengecewakan. Semua itu merupakan bagian berdasarkan dinamika kehidupan yang perlu kita jalani. Telah poly media dikembangkan insan untuk mengekspresikan & melepaskan emosi. Salah satunya merupakan lewat musik.


Musik dan lagu sebagai media untuk penyembuhan jiwa telah dikenal sejak lama. Sejak zaman dahulu kala sampai saat ini, musik telah dikenal sebagai media untuk mengekspresikan dan melepaskan emosi, baik positif maupun negatif. Banyak karya seni luar biasa lahir dari ekspresi emosi jiwa penciptanya. Banyak di antara karya-karya tersebut yang kemudian diwariskan dari generasi ke generasi dan tetap dapat dinikmati hingga kini.
Selain sebagai ekspresi atau melepas emosi jiwa penciptanya, karya-karya seni itupun sering dipakai oleh banyak orang berdasarkan masa ke masa. Banyak orang menggunakan musik buat mengekspresikan emosi mereka, contohnya mengekspresikan kegembiraan & pula untuk melepaskan emosi negatif contohnya dalam bentuk banyak sekali ketegangan yg berkecamuk pada pada dada. Ketika kita murung , kita menghibur diri dengan mendengarkan lagu-lagu yang membangkitkan semangat & kegembiraan. Setelah mendengarkan musik, hati kita yg suram sebagai cerah balik . Hati yang cerah akan membawa kegembiraan pada dalam hayati kita. Kegembiraan itu akan membuat kita lebih bersemangat buat membuat karya-karya terbaik di pada hayati kita.
Di zaman terbaru ini, aneka macam koleksi musik dapat dengan mudah kita peroleh, termasuk musik buat penyembuhan jiwa. Cara termudah & murah antara lain menggunakan mengakses versi gratisan pada internet. Di internet, tersedia berbagai model musik, baik yang berupa musik instrumental juga koleksi lagu-lagu yg bisa kita rasakan sebagai media buat melepaskan emosi negatif dan menciptakan kita lebih hening dan siap menjalani kehidupan yang lebih membahagiakan.
Banyak musik fragmental yang digunakan menjadi pengiring meditasi, yoga, relaksasi & penenang pikiran. Musik fragmental tadi dapat berupa iringan instrument satu atau beberapa jenis alat musik atau dikombinasi dengan suara alam, misalnya aliran air, deburan ombak, desiran angin, suara burung & sebagainya. Carilah musik fragmental yg cocok buat anda karena setiap orang memiliki kebutuhan & kesukaan yg berbeda-beda. Untuk itu anda perlu mendengarkan, merasakan dan kemudian menentukan yang paling sempurna buat anda.
Berikut ini adalah beberapa link buat mendengarkan musik instrumental yg bisa dipakai buat menghilangkan tertekan, relaksasi, penyembuhan dan menenangkan pikiran:
Relaxation music for stress relief and healing meditation dari Well Being Academy https://www.youtube.com/watch?v=-llW_qCHzic
Zen Spirit: Japanese Music Relaxing Songs and Sounds of Nature
https://www.youtube.com/watch?v=S7JcGThpR4E&spfreload=10 dari www.meditationrelaxclub.com
Relaxing Instrumental Asian Music: Chinese Meditation Music, Ehru, Guzheng, Koto, Oriental Music
https://www.youtube.com/watch?v=JuwJfDr36Kc dari NuMeditationMusic
Indian Meditation Music: Yoga Music, Calm Indian Flute Music, Relaxing Background Music for Yoga
https://www.youtube.com/watch?v=HHtVyGhrPm0&spfreload=10 dari NuMeditationMusic
3 HOURS Long Tibetan Singing Bowl Meditation Chakra Healing | Third Eye | Brow Chakra https://www.youtube.com/watch?v=Y6QTdvbu0uI dari Spiritual Moment
Reiki Zen Meditation Music: 3 Hours Healing Music Background | Yoga - Zen - Massage - Sleep – Study
https://www.youtube.com/watch?v=erFGyuBVBVc dari Spiritual Moment
Arelia - Music for healing depression, and balancing emotions (3rd chakra)https://www.youtube.com/watch?v=wc8QJt9K3B4
Selain musik instrumental, ada pula lagu-lagu yang dapat didengarkan sebagai media pelepas ketegangan. Salah satu koleksi musik dan lagu yang menjadi favorit saya adalah koleksi lagu-lagu dari Karen Drucker. Karen Drucker adalah seorang artis Amerika yang berfokus pada penggunaan musik untuk penyembuhan, menginspirasi orang dan pemberdayaan. Anda dapat mengenalnya lebih jauh di blognya http://www.karendrucker.com/.


Karen Drucker (http://www.karendrucker.com)
Lirik lagu-lagu Karen sangat sederhana dan mudah dihafal. Musiknya pun mudah diikuti. Lagu-lagunya kebanyakan bertema perdamaian, cinta dan penerimaan diri, penguatan, pemberdayaan dan pembebasan pribadi, keheningan, ketenangan, syukur, relaksasi, perasaan berkelimpahan, kebahagiaan dan masih banyak lagi. Kalau kita mendengarkan lagunya, kita akan merasa diri kita atau hidup kita lebih baik. Semasa hidupnya Karen telah meluncurkan 15 album. Sebagian dari lagu-lagunya dapat diunduh di youtube dengan kata kunci “Karen Drucker”. Beberapa yang terkait dengan penyembuhan jiwa, antara lain:

Healing song: https://www.youtube.com/watch?v=sAocwPRVFsg,
In the stillness: https://www.youtube.com/watch?v=UHxfM4PnRb8,
If you can breathe you can heal: https://www.youtube.com/watch?v=wy8qs_WFOaA&list=PL9zuCOzWjFbm6z_cXDlHYLzRLk5uZKEfD
Demikianlah beberapa contoh musik penyembuhan yang dapat diakses melalui internet. Selamat menikmati musik. Selamat menjelajahi internet. Selamat berbahagia!

***


























Minggu, 14 Juni 2020

[TIPS] Cara Memelihara dan Meningkatkan Kesehatan Mental

Oleh: Any Sulistyowati

Di kehidupan terkini yg penuh tekanan, poly orang menderita penyakit psikosomatis. Penyakit ini sebetulnya merupakan sebuah aktualisasi diri penyakit fisik yg dipengaruhi sang duduk perkara psikologis (mental). Masalahnya poly penderita psikosomatis tidak menyadari bahwa permasalahan fisik yg mereka alami sebetulnya dipengaruhi oleh problem mental. Banyak dari mereka yg bolak kembali ke dokter, mengkonsumsi obat tanpa pernah menyentuh penyebab problem yg sebenarnya.

Sebagai aktivis, banyak tekanan yang kita hadapi pada menjalankan misi hidup kita. Berbagai tekanan tersebut potensial menyebabkan aneka macam duduk perkara kesehatan mental. Padahal kesehatan mental ini sangat penting buat kualitas hidup kita. Tanpa kualitas hidup yg mengagumkan, kekuatan kita buat membuat perubahan sebagai melemah. Kita nir dapat secara penuh menaruh diri kita buat perubahan yg kita cita-citakan.

Kesehatan mental berperan sangat krusial dalam hidup kita. Tanpa kesehatan mental, kualitas hidup kita akan merosot tajam. Kesehatan mental akan lebih baik jika disirami menggunakan emosi positif. Emosi positif dibangun menurut cara berpikir positif. Cara berpikir positif lahir dari cara pandang positif terhadap diri sendiri & kehidupan.

Berikut ini adalah beberapa tips memelihara & menaikkan kesehatan mental:

Sayangi diri sendiri

Banyak kasus persoalan kesehatan mental terkait dengan penerimaan diri. Kita tidak bahagia dengan hidup kita. Kita merasa ada banyak yang salah dan kurang dalam diri kita. Kita membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain dan mengganggap orang lain lebih beruntung, lebih hebat dan lebih berbahagia daripada kita. Semua ini adalah virus-virus yang menjadi sumber penyakit mental. Langkah pertama untuk menghalau virus-virus tersebut adalah melihat diri kita apa adanya. Betapa luar biasanya diri kita ini. Betapa banyak hal yang baik yang ada padanya yang selama ini kita abaikan. Betapa banyak hal yang tidak kita syukuri karena kita lebih silau pada cahaya yang ada pada orang lain ketimbang di dalam diri kita sendiri. Itulah yang disebut sebagai konsep diri positif. Konsep diri positif adalah satu langkah penting untuk membangun kesehatan mental. Bagaimana cara membangun konsep diri positif? Pertama fokuskan diri pada kekuatan-kekuatan kita, kesenangan-kesenangan kita. Jujurlah pada kebutuhan-kebutuhan diri kita. Terima dan penuhi dengan rasa sayang kebutuhan-kebutuhan itu. Berhentilah membandingkan diri dengan orang lain atau terlalu fokus pada keinginan untuk menyenangkan dan memenuhi harapan orang lain. Percayalah bahwa diri kita memiliki kebijaksanaannya sendiri.

Berdamai dengan realitas

Masalahnya tidak semua yang kita inginkan dapat terpenuhi. Terlebih apabila pemenuhan keinginan tersebut perlu melibatkan orang lain. Mereka juga memiliki kehendak bebas untuk mendukung atau tidak mendukung kita, memenuhi atau tidak memenuhi harapan kita. Ketika hal ini terjadi, maka yang perlu dilakukan adalah berdamai dengan realitas. Penting sekali bagi kita untuk tetap merasa damai dan bahagia dengan diri kita apapun situasi yang terjadi di luar sana. Larut dalam kekacauan situasi di luar tidak akan menolong diri kita sendiri dan apalagi orang lain. Meskipun mungkin kita tidak memperoleh yang kita inginkan atau tidak satupun orang yang menolong kita, setidaknya kita tetap dapat menolong dan mendukung diri kita sendiri dengan tetap fokus pada kedamaian dan kebahagiaan kita.

Menerima & melepaskan emosi negatif

Ketika harapan kita tidak terjadi atau kita tidak memperoleh yang kita inginkan tentu mendorong kita untuk merasa kecewa, putus asa, sedih, marah dan berbagai emosi negatif lainnya. Semuanya ini adalah normal. Yang tidak normal adalah ketika kita menekan, menolak, menutup emosi-emosi tersebut sehingga seolah-olah tidak ada atau hilang. Ketika itu dilakukan sebetulnya emosi-emosi tersebut tidak hilang, ia hanya terkubur di bawah sadar kita dan bertumpuk seperti uap panas di dalam ketel tertutup. Ketika ia terkubur dan jumlahnya semakin banyak, tekanannya pun semakin kuat dan sewaktu-waktu dapat meledak dalam bentuk ledakan emosi atau muncul dalam bentuk lain seperti berbagai penyakit psikosomatis.

Cara yg lebih sehat menangani emosi negatif merupakan dengan menerimanya sebagai bagian menurut diri kita. Menyayanginya lantaran dia sudah hadir & memperkaya hidup kita. Berterima kasihlah karena emosi tadi telah mengajarkan sesuatu pelajaran berharga dalam hayati kita. Setelah semua itu, barulah emosi tersebut bisa kita lepaskan. Kita tidak dapat melepaskan dengan sukarela sesuatu yang nir kita terima, miliki dan akui keberadaannya. Ketika emosi telah kita lepaskan, kita permanen dapat mengingat insiden terkait emosi tadi, hanya saja muatan emosinya sudah hilang atau berkurang. Yang terdapat hanyalah rasa sayang dan syukur dalam diri kita dan kehidupan yang luar biasa kaya ini.

Ada poly cara buat melepaskan emosi negatif. Di antaranya merupakan dengan berdoa, menangis,mendengarkan musik, menciptakan karya seni, serta mengikuti berbagai bentuk terapi, misalnya hipnoterapi, egostate-terapi, emotional freedom technique (EFT) dan banyak lagi. Apapun metode yang anda pilih, pilihlah yg cocok untuk anda masing-masing.

Lepaskan keyakinan-keyakinan penghambat kebahagiaan

Masalahnya melepaskan emosi negatif seringkali tidak mudah. Saat kita ingin melepaskan emosi, pikiran kita mulai melayang-layang dan memutar film kenangan kehidupan masa lalu yang menjadi sumber emosi negatif, seperti kemarahan, kebencian, ketakutan dan banyak lagi, serta film masa depan yang menjadi sumber kecemasan/kekuatiran dan ketakutan.

Ketika hal tersebut terjadi, kita tercerabut dari fokus hidup pada ketika ini sebagai larut dalam impian masa depan & kenangan masa lalu. Ketika hal ini terjadi, yang perlu kita lakukan adalah berjarak berdasarkan pikiran kita dan memposisikan diri menjadi pengamat atas pikiran tadi. Amati bagaimana pikiran-pikiran itu berseliweran dan memunculkan aneka macam emosi yg terkait dengan berbagai insiden yang dimunculkan oleh pikiran-pikiran tadi. Amati pikiran-pikiran itu dan simpulkan beberapa keyakinan yang menyebabkan pikiran-pikiran tersebut muncul.

Ketika kita menemukan beberapa keyakinan tesebut, periksalah apakah keyakinan-keyakinan tadi memang kita butuhkan dalam hidup kita yang sekarang? Atau justru akan menghambat perkembangan hidup kita? Kita bebas untuk menentukan buat menyimpan keyakinan tadi atau melepaskannya dan menggantinya menggunakan yang baru yang lebih sesuai menggunakan tujuan hidup kita.

Apabila kita telah memilih perilaku, terapkan secara konsisten pada pada hidup kita. Hidup dengan keyakinan yg baru memang nir mudah. Seringkali kita terjebak & pulang menganut keyakinan lama . Semua ini normal dan perlu latihan panjang buat menjadikannya kebiasaan alami hayati kita.

Ambil ketika buat kegiatan yg bermakna

Salah satu cara untuk membangun emosi positif adalah dengan mengambil waktu untuk kegiatan-kegiatan yang bermakna. Kegiatan-kegiatan ini berbeda-beda untuk setiap orang. Ada orang yang melakukan meditasi, berjalan-jalan di alam, menghabiskan waktu bersama orang-orang yang disayangi, berbuat amal, mengikuti berbagai kegiatan sosial dan menyalurkan hobi.

Apa pun bentuk kegiatannya, pastikan melalui kegiatan tersebut anda mengalami tertekan-release (melepas ketegangan), dan bukannya menambah ketegangan. Dengan merogoh waktu buat aktivitas-kegiatan yang bermakna, kita akan merasa hidup kita lebih berarti dan kita lebih merasa positif terhadap diri kita dan hidup kita.

Demikianlah beberapa kiat untuk memelihara & menaikkan kesehatan mental. Berhasil tidaknya kiat-kiat tersebut pada memelihara dan menaikkan kesehatan mental kita akan sangat tergantung dalam diri kita sendiri. Bersediakan kita mempraktekkan kiat-kiat ini dalam hidup kita sehari-hari? Berapa lama kita mau mempraktekkannya? Sebagaimana kebiasaan hayati positif lainnya, keberhasilan baru akan lahir & perlu dibangun dari praktek dalam kurun waktu yg panjang.

***

[OPINI] Mental Blocking vs Kesehatan Emosi

Oleh: Anastasia Levianti

Pernahkah Anda merasakan amarah luar biasa terhadap seseorang? Apakah amarah itu mendorong Anda melakukan tindakan tertentu secara intens? Pernahkah Anda merasa sangat suka terhadap seseorang atau sesuatu, sehingga ketagihan ingin terus bersamanya secara berlebihan? Atau, pernahkah Anda merasakan ketakutan besar sehingga Anda menghindari hal tersebut setiap kali berhadapan dengannya? Satu jawaban Ya, menunjukkan Anda memiliki mental blocking.

Mental blocking adalah sebuah kondisi mental yang terbatas atau terhalang, sehingga aktivitas mental tidak lancar. Batasan atau halangan itu terbentuk akibat pengalaman masa kecil, yang tanpa sadar, Anda hayati menyakitkan. Misalnya, anak yang ditinggal tidur sendiri tanpa ditemani, merasa ketakutan, dan mengalami serangan panik, akan tumbuh menjadi pribadi yang takut, tidak nyaman, dan gelisah saat berada sendirian tanpa teman, tanpa melakukan suatu aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu, atau tanpa sesuatu hal lain yang dapat ia jadikan sandaran. Situasi ketidakpastian membuatnya resah. Ia lalu mencari-cari sumber ketenangan dari luar, berupa teman, bacaan, kegiatan, dan lain sebagainya. Tanpa ia sadari, ia melekat (terpaku, menempel erat, sulit lepas) pada kebutuhan akan rasa aman-nyaman.

Mental blocking dan kelekatan ini beragam macamnya. Apapun itu, hal tersebut menjebak Anda dalam pemahaman keliru atas peristiwa baru yang dihadapi pada masa sekarang. Contohnya, seorang staf terluka oleh kritik dari pimpinannya. Ia merasa pimpinan terlalu fokus menyoroti hasil kerjanya, seperti mencari-cari kesalahan. Ia merasa bagaimanapun hasil kerjanya, tidak pernah sempurna, dan selalu saja ada perbaikan yang harus ia lakukan. Dalam contoh ini, peristiwanya adalah bawahan menerima saran-kritik dari atasan. Namun bawahan menghayatinya secara berlebihan, yaitu sebagai kritikan yang terus menerus dan tidak mungkin pernah absen, sampai ia kelelahan karena diri tidak pernah sempurna. Saran-kritik atasan, mencungkil mental blocking bawahan, dimana ia sendiri sebetulnya (nyata terjadi, tapi tidak disadari / diakui) selalu merasa ada cacat yang tidak dapat disembuhkan.

Jebakan mental blocking-kelekatan hampir selalu muncul dan mencemari cara seseorang merasa, berpikir, dan bertindak. Saat menghadapi situasi negatif di kehidupan sosial kemasyarakatan, seperti bencana alam dan ketidakadilan, jebakan tersebut menjadi tenaga pendorong dari respon yang muncul, yaitu antara lain mengabaikan, menyerang, atau memperbaiki. Respon mengabaikan muncul karena diri tidak merasakan getaran emosi terhadap situasi di hadapan. Diri terpisah, atau berjarak, dengan situasi. Pendapatnya sekedar basa-basi. Andaikata pun muncul perasaan, yang ia kira rasanya kuat, itu sebetulnya adalah pikiran tentang perasaan, bukan perasaan sesungguhnya. Ia pikir, ia merasa marah, sehingga melontarkan kritik pedas. Atau ia pikir, ia merasa iba, sehingga menyatakan bela sungkawa. Bagaimanapun, tindakannya hanya sampai tataran pikiran, sebatas diskusi, atau tulisan, tidak ada aksi nyata untuk memulihkan situasi negatif yang ia hadapi, sebagaimana orang asing yang sekedar memberi petunjuk praktis tentang cara mengobati luka kepada seorang anak yang jatuh dan menangis kesakitan, tanpa bersegera mendatangi anak dan menolong mengobatinya. Tanpa sadar ada mental blocking yang membuatnya tidak peka dan tidak lancar bertindak.

Respon menyerang muncul karena diri merasa tidak nyaman, mual, marah, dan rasa penolakan lainnya. Diri tegang, dan terdorong segera mencari penyaluran. Tindakannya menyerang, atau melawan situasi di hadapan. Ia menghakimi secara keras figur yang bertanggung jawab atas situasi negatif, dengan mengedepankan idealisme atau norma secara menggebu dan kaku. Ia anggap ia bertindak benar sebagai penolong atau pahlawan. Ia tidak sadar, bahwa caci maki dan perlawanan yang ia nyatakan sebetulnya adalah mekanisme pertahanan diri atas mental blockingnya yang tersembunyi, yang mekanismenya berupa pengkambinghitaman orang lain. Pada saat itu, diri tidak sadar akan keberadaan mental blocking, atau masih menolak, dan tidak siap mengakui bahwa diri sesungguhnya terluka. Seumpama orang bercermin, dan melihat bayangan dirinya yang buruk di cermin, lalu tidak terima dan marah berlebihan pada inakurasi cermin, bahkan sampai memecah cermin untuk menghilangkan bayangan buruk yang tampak, demikian jugalah orang yang terluka oleh pihak lain, tidak sadar akan mental blocking tersembunyi, dan cenderung meghakimi orang lain sebagai biang keladi. Tindakan heroiknya pun menjadi destruktif. Seperti masuk ke dalam lingkaran setan, ia terjebak dalam jatuh-bangun upaya keras yang melelahkan jiwa, dan tidak merasakan pertumbuhan dalam hasil kerjanya.

Respon memperbaiki didorong oleh getaran rasa belas kasih pada kondisi negatif yang dihadapi. Getarannya tidak menggebu dan terburu-buru, karena tidak ditunggangi oleh kepentingan mental blocking untuk mencari penghiburan atau membangun pengukuhan diri. Sebaliknya, getaran rasa belas kasih bersifat halus dan lembut, murni-jernih tanpa keraguan, menuntun tindak dengan lancar dalam menghadapi situasi yang secara kasat mata termasuk kacau balau, satu langkah demi satu langkah bergulir, dan menghadirkan proses tumbuh kembang atau menghasilkan buah perbaikan yang nyata. Tindakan konstruktif jauh dari riya-riya keramaian, maupun ekspansi untuk pemekaran ego atau harga diri. Proses perbaikan berlangsung alami dan kebanyakan secara diam-diam, hasil perbaikannyalah yang menunjukkan eksistensi.

Mari kita telusuri 3 contoh pengalaman hidup berikut ini. X1 (37 tahun, ibu rumah tangga) merasa terusik saat menyadari kesenjangan kesejahteraan antara dirinya dengan yang lebih miskin. Ia merasa kasihan dan ingin berbagi. Ia berpikir untuk memberi pelajaran Bahasa Inggris, Calistung, Prakarya, dan fasilitas perpustakaan sederhana bagi anak-anak kampung di sekitar rumahnya. Ia juga berpikir untuk menyelenggarakan pelatihan pengolahan sampah secara mandiri bagi warga kampungnya. Namun ia terhambat untuk merealisasikan pikirannya. Ia takut memulai. Enggan dan malas. Khawatir privasi dan kepentingan pribadi terusik. Ia membiarkan konflik terjadi dalam diri, antara aktif berbagi dengan lingkungan miskin dengan menjaga stabilitas kehidupan keluarga sendiri. Saat menyusun perencanaan aktivitas berbaginya, muncul perasaan bersemangat, juga bangga, seolah ia sudah berbuat baik dan benar. Ia enggan mendalami kesulitan eksekusi rencana, lalu berhenti sampai rencana kasar. Ia berpikir, konflik akan bergulir dan kehidupan secara alamiah akan menentukan penyelesaiannya. Ia yakin angannya akan diwujudkan suatu saat nanti, bila situasi mendesak, atau kesempatan disodorkan, atau saatnya sudah tiba. Kini yang ia lakukan adalah fokus mengurus rumah dan keluarga secara mandiri, sambil tetap menjaga kontak seperlunya saja dengan warga kampung. Ia merasa aman, mantap, kokoh, dan mulai melirik kembali perwujudan angannya. Tetap belum muncul jawaban lebih rinci. Tetap enggan mendalami. Biarkan. Komentar: X1 melekat pada kebutuhan akan rasa nyaman, dan ketakutan akan sakit pertumbuhan. Kelekatan membatasi ruang geraknya. Alih-alih bertindak, ia sibuk dengan aktivitas berpikir, yang tidak esensial. Tindakannya belum berbuah signifikan.

X2 (37 tahun, karyawan swasta) menghadapi perubahan lingkungan kerja, dari kepala departemen sebuah perusahaan elektronik skala nasional di pusat kota ke staf perusahaan kecil milik perorangan di daerah pedalaman. Selama 2 bulan pertama, ia tidur di jok mobil. Ruang pribadi berAC menjadi ruang tengah rumah kecil beratap seng tanpa kipas dan AC. Intinya, perusahaan lama memberikan kenyamanan lebih dalam segala hal (jabatan, fasilitas, penghormatan, pengakuan prestasi, dipercaya). Menghadapi situasi itu, perasaan yang dominan muncul adalah menolak. Ia terpikir untuk kembali ke perusahaan lama walaupun itu berarti menyerah sebelum maju berperang. Namun ia tidak langsung bertindak mengikuti perasaan dan pikirannya. Ia memutuskan untuk diam sejenak, mengembalikan posisi diri ke titik nol atau netral, mengembalikan seluruh alam sadar akan tujuan semula, menyadari sepenuhnya mengapa semua ini perlu dilakukan, dan melihat bahwa mundur bukanlah solusi untuk melangkah ke depan. Ia pun menerima kenyataan di tempat baru. Ia melakukan introspeksi diri. Ia tunjukkan kemampuan terbaik, terus belajar dan mengembangkan diri. Hasilnya, ia survive dan berkembang pesat. Meskipun sekarang, kenangan masa indah jaman dulu datang saat sedang meghadapi kesulitan atau masalah. Komentar: X2 berorientasi pada kebutuhan akan rasa nyaman dan pengakuan. Orientasi ini mengarahkan perhatiannya pada pilihan-pilihan tertentu. Hanya saja, ia tidak langsung memilih dan bertindak sesuai orientasinya. Ia memutuskan diam, dan menempatkan diri sebagai pengamat, dimana orientasi menjadi salah satu objek pengamatan, di samping hal-hal lain yang juga ada. Tanpa dibatasi kelekatan, ia bebas memilih tindakan sesuai tujuan. Pola orientasi-mawas diri-refleksi-bertindak objektif terus berulang. Hal ini menunjukkan ada mental blocking yang belum sembuh benar, yang sejauh ini ia abaikan, agar tidak fatal mengganggu aktivitas kehidupannya.

X3 (33 tahun, Penanggung Jawab Komisi Penyiaran Indonesia di salah satu propinsi) pernah kecanduan alkohol dan narkoba. Ia berpisah dengan keluarga selama 3 bulan untuk menjalani proses rehabilitasi. Hambatan utama yang ia rasakan adalah ketidakpercayaan orang terdekat bahwa ia bisa sembuh, sementara ia berharap mendapat dukungan dari mereka. Ia berpikir keras dalam rangka berupaya sembuh dan membuktikan kepada mereka bahwa ia bisa dipercaya. Proses jatuh bangun ini membuatnya depresi, merasakan keterpurukan yang medalam, dan kehilangan banyak tenaga. Untuk mengatasi keterpurukannya ini, ia mengulangi lagi upaya koreksi diri, serta secara terus menerus melakukan doa dan kontemplasi untuk memahami tujuan dan langkah hidup perwujudannya. Ia juga tegas memutuskan hubungan dengan kenangan masa lalu, memusatkan perhatian pada keberadaan diri saat sekarang, mengakui kelemahan diri yang ada, mengenali dan gembira mengembangkan kelebihan yang ada, serta memaafkan dan menerima perilaku orang lain secara apa adanya. Ada kalanya solusi lancar dijalankan. Namun ada kalanya juga godaan untuk berhenti melakukan solusi kuat menghasut. Ia masih berjuang menjalankan solusi secara konsisten untuk mewujudkan tujuan hidupnya. Komentar: X3 serupa dengan X2, dimana tindakannya berpola orientasi-mawas diri-refleksi-bertindak objektif. Keduanya memilih untuk mengabaikan mental blocking, sehingga langkah perbaikan masih dapat dilakukan, meski kadang terhambat atau tertatih-tatih.

Yang menjadi pertanyaan sekarang, perlukah mental blocking dihilangkan? Dan bila perlu, bagaimanakah caranya? Mental blocking berdampak pada tafsir keliru atas peristiwa di hadapan karena terbatas tempurung masa lalu. Apabila jebakan mental blocking disadari saat ia muncul, diri menerima dan mengakui jebakan ini, sehingga kondisi emosi bersifat netral atau obyektif, maka dampak negatif tersebut dapat diantisipasi kemunculannya. Namun apabila tidak, maka dampak negatif akan muncul terus menerus, bertumpukan, sehingga menimbulkan kondisi emosi negatif, atau sulit bahagia. Pada saat seseorang frustrasi berkepanjangan dengan kehidupannya, ia perlu minta bantuan terapis (dengan kompetensi teknik regresif), untuk menghilangkan mental blocking tersembunyi dalam diri.

Adakah upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar mental blocking tidak kembali muncul atau tidak bertambah kuat? Tanda utama dari munculnya mental blocking adalah adanya kondisi emosional kaku (perasaan sangat kuat, sulit ditahan, berdaya-desak, sehingga hampir selalu mendorong tindakan, yang dilakukan secara berlebihan, sehingga menimbulkan dampak merusak atau negatif). Saat tanda tersebut dialami, langkah utama yang dapat dilakukan diri adalah menyediakan waktu dan tempat sesegera mungkin untuk berdiam diri. Selama diri diam, intensitas rasa dan ketegangan awalnya akan meningkat, lalu lambat laun mengendap, mencuatkan getaran saripati yang alamiah menuntun tindak.

Langkah diam dipaparkan dalam versi lain oleh seorang bhiksu, yang masa kecilnya sering diserang panik intensif, namun saat usia 30-40 tahun dinilai Goleman memiliki kecerdasan emosional sangat tinggi, dimana getaran rasanya setiap saat serupa dengan getaran rasa seorang ibu yang baru saja melihat anak pertamanya lahir. Menurut bhiksu tersebut, ada 3 macam respon saat diri mengalami perasaan negatif (panik, takut, marah, dan lain-lain, yang intinya tidak diinginkan untuk dialami, atau segera ingin diusir hilang). Tiga respon itu adalah (1)tidak fokus, melupakan atau mengabaikan, namun lalu mengalihkan diri dari situasi di hadapan ke kegiatan hiburan, (2)fokus menganalisa masalah dan mencari solusi, (3)menyadarinya, dan dibolehkan tetap ada, lalu dirangkul untuk bersama dengan bagian diri yang lain untuk tetap berhadapan dengan situasi hidup di depan mata. Respon pertama dan kedua menempatkan diri sebagai budak dari perasaan, karena setiap kali perasaan muncul, ia memerintahkan diri untuk menanganinya saat itu juga, entah dengan cara mengusir perasaan segera melalui aneka hiburan, ataupun berhenti mengerjakan tugas dan menelaah perasaan itu dulu hingga tenang. Sementara respon ketiga menempatkan diri sebagai tuan atas perasaan yang dialami, yang menuntun rasa untuk tetap berani menghadapi situasi.

Pertanyaan yang akhirnya muncul hanyalah, ?Maukah diri ini diam satu jenak, mengayomi rasa negatif, lalu menuntunnya berhadapan dengan situasi konkret?? Satu konduite, diulang dengan konduite kedua, dilakukan ulang terus dalam setiap kesempatan, lambat laun akan sebagai kebiasaan, dan menghasilkan syarat emosi yang sehat.

Referensi/ Daftar Pustaka:

  1. Tolong Saya-Saya Lelah Karena Merasa Tidak Sehat, terjemahan dari Help Me-I'm Tired of Feeling Bad, by Paul Vereshack, M.D.
  2. Refleksi harian penulis

[MASALAH KITA] Ketika Burnout Melanda Aktivis

Pada masa kini , perkara-perkara kesehatan baik dalam raga dan jiwa semakin bermunculan dan jumlahnya terus meningkat. Hal ini diduga disebabkan sang perkembangan zaman yg menyebabkan perubahan gaya hidup, memicu persaingan yg kian ketat di antara sesama manusia sampai melebarkan kesenjangan sosial pada warga . Hidup yg kian kompleks mensugesti kesehatan jiwa dan raga manusia.

Jika raga yang terserang penyakit, dapat didiagnosa secara medis, bagaimana dengan jiwa? Permasalahan mental seringkali menjadi lebih pelik, karena sifatnya intangible – tidak terlihat dari luar diri, meskipun dapat dilakukan diagnosa setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan. Karena permasalahan mental tidak terlihat langsung penyebabnya dan lebih kompleks untuk dipahami, umumnya masyarakat yang kurang paham memberi label pada permasalahan mental sebagai sesuatu yang negatif dan memalukan. Padahal, setiap orang tanpa kecuali dapat dihinggapi permasalahan mental. Dari yang kadarnya sangat rendah sampai yang tinggi hingga tak sadarkan diripun, persoalan kesehatan mental sesungguhnya merupakan pertanda bagi seseorang untuk memberi perhatian lebih pada kesejahteraan batin dirinya sendiri.

Sumber: socialgadgetnews.com
Seseorang secara fisik disebut sehat karena ia menjalani gaya hidup sehat dan memberi asupan makanan yang sehat bagi tubuhnya. Ia mudah terserang penyakit ketika tidak memberi kecukupan bagi tubuhnya, di antaranya, asupan makanan sehat maupun olahraga dan istirahat yang cukup. Di sisi lain, seseorang yang sehat secara mental, memberi kecukupan ruang bagi batinnya untuk berpikir positif, penuh syukur dan reflektif terhadap pengalaman hidupnya.

Ketika batin seseorang merasa terlalu ‘penuh’ dengan aktivitas yang dilakukannya, ia bisa mengalami kelelahan. Lelah secara mental terlihat dari sikap maupun gerak-gerik seseorang. Hal itu bisa saja disadari atau tidak disadari. Namun dari gejala yang muncul, biasanya memperlihatkan bahwa orang tersebut mengalami kelelahan secara mental atau istilah klinisnya : burnout. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Freudenberger pada tahun 1974, untuk menggambarkan perasaan kegagalan dan kelesuan akibat beratnya beban atau tuntutan terhadap seseorang. Stamm, B (2005) menyatakan dalam jurnal penelitian ProQuol Manual, bahwa burnout adalah perasaan tanpa harapan dan kesulitan melakukan sebuah pekerjaan. Perasaan negatif tersebut muncul perlahan pada seseorang, yang berujung pada keputusasaan karena apapun yang dilakukan seolah-olah tak memberi hasil. (Sumber : www.wikipedia.com)

Gejala yang umum terjadi pada seseorang yang mengalami burnout antara lain : tidak ada motivasi untuk melakukan apapun, menyendiri, tak ingin berjumpa orang lain, hingga pada kondisi ekstrem, seperti histeris atau hiperaktif. Dengan kadar yang bermacam-macam, ketika dilanda burnout, ada orang yang dapat menanggulangi masalahnya dengan cepat, namun ada yang sampai berlarut-larut hingga menjadi depresi berkepanjangan.

Dunia aktivisme tak luput dari masalah burnout. Setiap aktivis memiliki keberpihakan tertentu yang ia perjuangkan. Perjuangan seorang aktivis, bisa jadi terasa berat, karena kebanyakan hal yang ia perjuangkan justru adalah sesuatu yang melawan arus dari yang umum terlihat di dalam masyarakat. Perjuangan seorang aktivis yang mendobrak kenyamanan banyak orang juga menjadi terasa berat. Dalam hal ini, beratnya beban atau tuntutan lahir bukan dari atasan atau banyaknya pekerjaan, melainkan dari tantangan yang muncul dari perjuangan demi keberpihakan itu sendiri.

Dedy Kristanto dari Pusat Sejarah dan Etika Politik (PUSdEP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, mempunyai kepedulian pada pentingnya hak asasi manusia (HAM) & identitas seseorang manusia, yang di poly loka masih terabaikan. Beliau memperjuangkan agar hak asasi manusia lebih dihargai di lebih banyak tempat yang mampu beliau jangkau, termasuk pada Sorong Selatan, Papua, tempatnya aktif berkegiatan saat ini. Namun, tantangan yg beliau miliki merupakan pemahaman rakyat tentang pentingnya HAM terlihat masih sangat kurang. Terutama saat beliau sendiri masih menyaksikan pihak penguasa melegitimisasi tindakan penyiksaan, penghilangan nyawa, pembantaian massal, dan sebagainya. Ia mengalami kelelahan batin dalam upayanya menyadarkan keadilan HAM, lantaran wajib berhadapan menggunakan historical block atau rekayasa sejarah yang dibangun demikian kuat oleh rezim pelanggar HAM pada masa kemudian. Rekayasa sejarah tadi menimbulkan dampak pada masa kini , yaitu suatu kesalahan yg dipercaya menjadi kebenaran sang rakyat serta sebagai nilai sosial yg tidak terbantahkan.

Sumber: vemale.com
Sebut saja Tati (bukan nama sebenarnya), aktivis di wilayah Agats di Papua, memiliki kepedulian option for the poor. Dengan kepeduliannya itu, bersama organisasinya, ia memperjuangkan kesejahteraan secara lebih merata di tanah Papua. Perjuangannya tersebut bentrok oleh tantangan adanya korupsi dari lembaga mitra yang seharusnya menjadi teman seperjuangan dalam mendobrak kepedulian option for the poor, ditambah lagi dengan adanya keruwetan manajemen internal yang semakin memperuncing tantangan yang ia hadapi.

Mita (bukan nama sebenarnya), seorang aktivis sekaligus seorang ibu rumah tangga dengan segudang tanggung jawabnya baik di rumah maupun di organisasi, memiliki kepedulian untuk berbagi hal-hal yang bermanfaat kepada orang banyak. Kepeduliannya itu ternyata harus berhadapan dengan kesulitan mengatur waktu , terutama ketika dihadapkan pada deadline dan pekerjaan yang menumpuk, dan di sisi lain memiliki kewajiban mengurus rumah tangga. Banyaknya tuntutan kegiatan tidak sebanding dengan tenaga yang ingin disumbangkan.

Setiap aktivis memiliki variasi tantangan atas perjuangan terhadap kepeduliannya. Kadang kala tantangan itu terasa seperti sebuah jalan panjang yang membosankan. Kadang kala tantangan itu seperti mengarungi lautan berombak yang mengancam nyawa. Semua tantangan yang dihadapi dapat membawa aktivis pada pengalaman psikis burnout atau lelah secara mental.

Burnout pada aktivis terjadi ketika ia merasa sia-sia pada perjuangan yang telah dilakukan. Ia tidak memiliki motivasi apapun untuk memperjuangkan nilai-nilai yang menjadi keberpihakannya selama ini. Gejala yang timbul atas kelelahan psikis pada para aktivis bervariasi. Dedy Kristanto mengalami perasaan tidak mau bertemu dengan orang lain. Tati, tidak bersemangat untuk melakukan sesuatu terkait pekerjaan. Sementara Mita merasakan tidak bersemangat untuk melakukan apapun.

Gejala burnout yang sangat mungkin dijumpai selain yang dituturkan oleh para aktivis di atas, bisa bervariasi dari skala kecil, hingga paling ekstrem, seperti mulai dari perasaan lelah, lesu, bangun pagi terasa berat, melamun sepanjang hari, hingga histeris dan tak sadar akan dirinya sendiri. Seperti halnya sebuah bangunan yang baru habis terbakar dan meninggalkan kerangka yang masih berdiri tegak, itulah yang terjadi pada seseorang yang mengalami burnout. Ia kehilangan separuh dari dirinya. Ia merasa tidak utuh sebagai seorang manusia. Oleh karena itu, jangan sepelekan gejala-gejala yang dialami.

Sumber: topcareermagazine.com
Namun demikian, setiap manusia dikaruniai akal budi untuk memecahkan setiap permasalahan yang mendera hidupnya. Setiap aktivis memiliki caranya masing-masing untuk mengatasi kelelahan mental yang dialaminya. Mita menyatakan, ia menjauh sejenak dari persoalan-persoalan yang membuat dirinya lelah secara mental. Ia memberi waktu bagi pribadinya untuk menyegarkan diri dengan suasana berbeda, misalnya dengan memasak, jalan-jalan atau bermain bersama anak-anak Sementara Dedy Kristanto, menyalurkan kelelahannya dengan meditasi, membaca buku dan berolahraga. Tati mengatasi burnout-nya dengan kembali kepada fokus dan tujuan. Ia mencoba memikirkan terobosan baru bagi kebuntuan yang dihadapi serta membicarakan permasalahannya dengan orang-orang yang dipercaya mampu membantunya menguraikan masalah yang sedang ia hadapi.

Jadi, burnout yang dialami sesungguhnya dapat diatasi oleh diri sendiri. Dari penuturan para aktivis di atas, ada beberapa langkah mengatasi gejala burnout perlu digarisbawahi:

  • Pertama, beri waktu untuk mengistirahatkan diri. Beri kesempatan pada diri untuk berefleksi atas capaian-capaian yang telah diraih. Atau, beri waktu untuk menikmati hal-hal lain yang tidak terkait pekerjaan, seperti : mendengarkan musik, berjalan-jalan di taman, atau bermain bersama anak-anak atau orang-orang terdekat.
  • Kedua, kembali pada tujuan atau visi dan misi keberpihakan. Dengan berpegang pada tujuan, kita dapat mengevaluasi segala hal yang telah dikerjakan. Kadangkala seseorang begitu terpaku mengejar hasil, namun tidak melihat proses yang sudah dijalani, dan bagaimana proses-proses tersebut telah menempa banyak aspek di dalam diri.
  • Ketiga, berbagi permasalahan dengan orang lain. Ketika seseorang menutupi permasalahan dirinya rapat-rapat, di situlah letak masalahnya. Ia hanya berputar-putar di dalam diri sendiri tanpa solusi. Berdiskusi tentang permasalahan yang dihadapi dengan orang lain, justru akan memudahkan kita untuk mencari jalan keluar. Orang lain dapat melihat permasalahan dari sudut pandang berbeda, dan memberi inspirasi pada kita. Beban permasalahan menjadi lebih ringan.
Aktivis adalah ujung tombak perubahan dan keberpihakan masyarakat. Kelelahan fisik maupun psikis sangat mungkin menerpa, diakibatkan oleh tantangan yang muncul dari perjuangan yang dilakoni. Namun, dengan memperhatikan setidaknya ketiga langkah di atas, semoga para aktivis akan kuat dan tegar dalam menghadapi setiap tantangan yang muncul.

Sabtu, 13 Juni 2020

[PIKIR] Kesehatan Mental Dunia

Oleh: David Ardes Setiady

Sepotong Realitas Kesehatan Mental Dunia

Sumber : www.dreamstime.com
Dunia yang kita tinggali saat ini, kian hari kian kompleks, di mana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi belum berhasil meminimalkan mudarat dengan memaksimalkan manfaat penggunaannya bagi kesejahteraan kemanusiaan. Ditambah kondisi geopolitik, serta sistem perekonomian global yang masih tidak adil karena keberpihakan kepada pemilik modal besar. Variabel-variabel tersebut berinteraksi dalam kehidupan masyarakat dunia dan berdampak kepada kondisi kesehatan mental anggotanya. Bagaimana cara pandang kita terhadap dunia saat ini sedikit banyak dipengaruhi oleh persepsi kita terhadap peristiwa yang terjadi saat ini. Perilaku para pemimpin dunia dan keputusan politik yang diambil dalam menyikapi isu global, pada satu sisi berakibat pada benturan identitas pada masyarakat di bawahnya, seperti konflik sosial antara warga pendatang dengan warga asli (native) yang telah lebih dahulu. Isu terorisme yang juga telah berkontribusi terhadap meningkatnya prasangka sosial terhadap identitas Islam dan Arab, terutama karena pemberitaan media mainstream yang tidak berimbang.

Umumnya, waktu krisis ekonomi terjadi, tingkat depresi & bunuh diri cenderung naik, misalnya yg juga terjadi pada Indonesia menjadi galat satu negara yang terkena pengaruh krisis ekonomi. Di sisi lain, persepsi rakyat tentang kebutuhan mengalami peningkatan, di mana kebutuhan utama tidak lagi sebatas pangan-sandang-papan saja, namun merambah dalam gadget (produk teknologi) yg sebetulnya berada dalam lapis ke 2 (sekunder) ataupun ketiga (tersier). Kemudian, peristiwa politik dan aturan yg disiarkan melalui media publik (televisi, koran, radio, internet, dll) turut menciptakan semacam pesimisme komunal mengenai asa akan peningkatan kesejahteraan. Belum ditambah aspek pendidikan yg masih pada termin reformasi (pembenahan) pada tingkat masyarakat, bahwa pendidikan yg harusnya lebih diutamakan berbasis pada nilai-nilai kehidupan dan moral, bukan pada teknis kompetensi yang sejauh ini belum terbukti berkontribusi positif bagi perkembangan mental anak-anak masa kini .

Kondisi-kondisi pada atas sudah menaikkan potensi terjadinya penyakit mental misalnya depresi, kecemasan, skizofrenia, penggunaan narkoba, anti-sosial, bunuh diri. Secara generik, konflik kesehatan mental dunia adalah jumlah energi medis buat menangani penyakit mental tadi belum mencapai proporsi yg berimbang, di mana hanya ada satu % tenaga kesehatan dunia yg menangani penyakit mental. Untuk negara-negara berkembang, hanya terdapat 1 psikiater per 100.000 orang, sementara dalam negara-negara maju, ada 1 psikiater buat dua.000 orang (bds jurnal Mental Health Atlas WHO 2014).

 WHO sebagai badan dunia yang menangani masalah kesehatan menciptakan sebuah Action Plan 2013 ? 2020 buat kesehatan mental global, pada mana organisasi tadi mencanangkan beberapa goal berskala dunia buat menaruh ruang bagi semua insan buat mempunyai kesehatan mental yang baik. Sehat mental mengartikan seseorang mampu menyadari potensinya, bisa menangani stres dalam hidup, bekerja menggunakan produktif, & berkontribusi terhadap komunitas mereka (Margareth Chan, Dirjen WHO). Ada 4 sasaran yg ditetapkan oleh WHO, yakni :

  1. Kepemimpinan dan pemerintahan yang efektif untuk kesehatan mental,
  2. Undang-undang untuk kesehatan mental yang terintegrasi, komprehensif dan jaminan pelayanan sosial yang berbasis komunitas,
  3. Strategi implementasi untuk promosi dan pencegahan,
  4. Penguatan sistem informasi, penelitian, dan bukti.
Dari rumusan rencana aksi yang dibuat oleh WHO, dapat kita tarik ke belakang, bahwa identifikasi persoalan kesehatan mental di dunia berkaitan erat dengan kebijakan pemerintahan dalam menangani kesehatan mental. Ada semacam ketimpangan dalam pengambilan keputusan terhadap kesehatan mental, atau dapat dikatakan bahwa belum ada penanganan yang cukup serius dari pemerintahan di seluruh dunia terhadap penyakit mental. Hal ini dapat dilihat dari perundang-undangan yang dibentuk oleh masing-masing negara masih secara parsial menyasar kepada isu kesehatan mental. Jaminan kesehatan bagi gangguan mental sejauh ini belum sepenuhnya diberikan oleh negara, bahkan pada kebanyakan negara berkembang, gangguan mental tidak dianggap sebagai salah satu yang dilindungi oleh jaminan kesehatan.

Sumber : deliveringhappiness.Com

Melihat minimnya energi kesehatan jiwa yg ada di dunia, apalagi pada Indonesia, menggunakan penduduk kurang lebih 250 juta jiwa baru mempunyai sekitar 451 psikolog klinis (0,15 per 100.000 penduduk), 773 psikiater (0,32 per 100.000 penduduk), & perawat jiwa 6.500 orang (2 per 100.000 penduduk) dari data bulan Februari yg dipaparkan sang Dr Eka Viora SpKJ, Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI, Selasa (10/2) pada lokakarya Penguatan Peran dan Kurikulum Psikolog pada University Center UGM.

Untuk menanggulangi dan mengantisipasi kesehatan mental rakyat, usulan kebijakan yg dibentuk oleh WHO mungkin telah meliputi arah yg perlu buat dilakukan oleh pemerintah, sejalan menggunakan target yg dicanangkan pada rencana aksi tersebut. Di antaranya:

a. Penguatan kepemimpinan dan pemerintahan yg efektif untuk kesehatan mental

Penguatan kepemimpinan mengarah pada upaya melibatkan banyak sekali pemangku kepentingan (?) (stakeholder) dalam menyusun kebijakan sistem pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya merangkul organisasi non pemerintah (non-governmental organization) dan gerombolan -grup warga , terutama gerombolan rakyat yg memiliki gangguan mental.

B. Menyediakan kesehatan mental yang terintegrasi, komprehensif dan agunan pelayanan sosial yang berbasis komunitas

Akses terhadap pelayanan kesehatan sebagai langkah kebijakan berikutnya, pada mana galat satu sarana yg telah diidentifikasi adalah mengembangkan pelayanan kesehatan & sosial yang berbasis komunitas, serta diintegrasikan menggunakan rumah sakit umum. Perawatan kesehatan mental pula diharapkan mencakup perawatan kesehatan fisik karena keterkaitan faktor risiko kesehatan yang nir selalu pribadi diketahui.

C. Mengimplementasikan strategi implementasi buat promosi dan pencegahan

Promosi dilakukan dalam bentuk penyuluhan kesehatan mental kepada semua rakyat warga bertujuan untuk memberikan akses sebesar-besarnya & seluas-luasnya. Selain itu, penyuluhan memiliki tujuan yang lebih akbar, yakni pencegahan. Pencegahan terhadap gangguan mental mungkin perlu serius dalam kebijakan yang antidiskriminasi & penyuluhan buat memperbaiki stigma dan pelanggaran hak asasi yg berkaitan dengan gangguan mental. Selain itu, pencegahan bunuh diri pula wajib termasuk ke pada prioritas, melihat terjadinya peningkatan tren bunuh diri di kebanyakan negara. Kecenderungan bunuh diri dikaitkan menggunakan lemahnya sistem pengawasan, keliru kaprah antara bunuh diri menggunakan kecelakaan yang mematikan, serta kesamaan kriminalisasi pada beberapa negara.

D. Penguatan sistem berita, penelitian, & bukti buat kesehatan

Kecenderungan penelitian lebih banyak dilakukan sang negara-negara yg memiliki pendapatan tinggi dan hal ini ditinjau perlu dikoreksi supaya negara-negara berkembang bisa menyusun strategi pada menanggapi kebutuhan dan prioritas kesehatan mental. Dalam kerangka dunia, negara-negara pada global harus membuatkan sistem fakta yang mudah diakses sang siapa pun, terutama buat mendistribusikan data ataupun output penelitian ke poly orang. Dengan sistem liputan yg baik, penelitian bisa dilakukan dengan lebih baik karena melibatkan lebih banyak responden. Untuk itu, data-data hasil penelitian perlu dipilah-pilah dari jenis kelamin dan usia dan jua ke dalam kategori-kategori yang mencerminkan majemuk kebutuhan di subpopulasi, termasuk kebutuhan individual.

Dengan 4 usulan kebijakan yg tertuang pada planning aksi WHO, bisa ditarik kontekstualitasnya terhadap situasi masing-masing negara pada menyikapi duduk perkara kesehatan mental yg ada.

Referensi literatur :

- The Mental Health Action Plan?S 2013 ? 2020, World Health Organization (2013)

- https://ugm.Ac.Id/id/liputan/9715-minim.Psikolog.Ribuan.Penderita.Gangguan.Jiwa.Belum.Tertangani

[PROFIL] Yayasan Hotline Surabaya (YHS)

Oleh: Melly Amalia

Konseling psikologis adalah salah satu media yang dapat kita akses ketika kita memiliki persoalan mental. Hotline Surabaya adalah salah satu organisasi yang menyediakan layanan tersebut dengan fokus kepada perempuan dan anak, khususnya korban kekerasan seksual. Berikut ini adalah tulisan yang disarikan dari website organisasi tersebut.

Hotline Surabaya adalah sebuah organisasi nirlaba yang berdiri sejak tahun 1989. Pada awalnya, Hotline Surabaya merupakan divisi sosial Harian SURYA yang memberikan pelayanan konseling psikologis melalui surat, telepon, tatap muka dan konsultasi di rubrik “Hotline” SURYA. Pada tahun 1992 YHS menjadi sebuah yayasan mandiri dengan nama Yayasan Hotline Service Surya (YHSS) terlibat dalam kampanye penanggulangan HIV&AIDS khususnya untuk kelompok beresiko tinggi di kalangan pekerja seks di Surabaya. Di akhir tahun 1999 YHSS berubah nama menjadi Yayasan Hotline Surabaya dan berpisah dengan harian SURYA menjadi satu LSM mandiri yang punya kepedulian terhadap kesehatan reproduksi perempuan, khususnya perempuan yang berpenghasilan rendah di Surabaya.

Pada tahun 2004 YHS mulai masuk pada isu anak setelah menemukan masalah yang kompleks pada pelacuran, bahwa banyak hak anak yang terabaikan. YHS masuk melalui pencegahan dan penanganan traficking dan eksploitasi seksual anak. YHS menganggap anak di bawah usia 18 tahun memiliki kemungkinan mendapatkan pola asuh yang salah serta tindak kekerasan, baik itu kekerasan fisik, psikologis, sosial, dan seksual, serta penelantaran dan hak-haknya sebagai anak untuk hidup, tumbuh dan berkembang, untuk dilindungi dan berpartisipasi dilanggar. Semua itu tidak bisa diterima dan ditoleransi terutama tindak eksploitasi seksual.

Yayasan Hotline Surabaya mempunyai Shelter (rumah singgah) untuk anak-anak korban eksploitasi seksual yang diberi nama Omah Sahabat Arek (OSA) yang berarti Rumah Sahabat untuk Belajar dan Transformasi. Rumah Singgah ini berfungsi sebagai Community Center for Learning dengan kegiatan-kegiatan rutin sebagai berikut: Perpustakaan Komunitas untuk anak-anak, Diskusi Film, Membaca Buku, Terapi dengan Tulisan, serta karate praktis untuk melatih anak-anak memiliki perlindungan diri apabila mengalami kekerasan seksual. Selain itu di diadakan pula diskusi dan Konseling Kelompok serta layanan konseling pribadi yang dilakukan oleh konselor dari YHS dan Psikiatri dari Rumah Sakit Dr. Soetomo.

Saat ini, ada dua program besar yang dijalankan oleh Yayasan Hotline Surabaya yaitu :

  1. Program pelatihan anak rentan, penarikan dan rehabilitasi anak korban eksploitasi seksual. Mengadakan program anti-trafficking sejak tahun 2000 melalui kampanye publik, penarikan dan reintegrasi ke dalam keluarga. Yayasan Hotline Surabaya berjaringan dengan berbagai pihak dalam mengatasi masalah eksploitasi seksual pada anak, di antaranya adalah lembaga perlindungan anak, dinas sosial, dinas pendidikan, kepolisian, lembaga pendidikan, dll. Peran Yayasan Hotline Surabaya bertindak fasilitator pemberdayaan anak, orangtua dan komunitas serta pemerintah.
  2. Program HIV & AIDS. Program yang dijalankan pertama-tama adalah konsultasi psikologi melalui telpon, tatap muka, surat menyurat. Ribuan klien yang masuk sebanyak 90% perempuan berusia 15-30 tahun dan masalah yang dihadapi adalah seksualitas yakni soal keperawanan dan mastubasi. Berdasarkan data ini Hotline mengadakan program remaja (jurnalis dan HIV-AIDS). Studi yang dilakukan menemukan bahwa program pencegahan melalui Komunikasi Perubahan Perilaku kalau mau efektif maka perlu ada pelayanan kesehatan. Lalu tahun 2003 mendirikan Klinik Kesehatan Reproduksi Esensial dengan satu pintu pelayanan untuk ibu anak, infeksi saluran reproduksi dan kontrasepsi. Yayasan Hotline Surabaya juga merespon masalah-masalah yang terkait dengan pekerja seks.

Dalam memberikan layanan dan bantuan Yayasan Hotline Surabaya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

  1. Kesadaran: bahwa semua staf dan semua yang terlibat pada program anak Yayasan Hotline Surabaya menyadari masalah eksploitasi seksual anak dan risiko yang dihadapi;
  2. Pencegahan: melakukan praktek terbaik untuk mencegah eksploitasi seksual anak;
  3. Dokumentasi dan Laporan: untuk menjamin tidak adanya eksploitasi seksual terhadap anak, maka semua proses dan peristiwa penting didokumentasikan dan dicetak sebagai buku agar masalah dan tindakan yang telah dilakukan bisa dipelajari pihak lain yang mendukung;
  4. Memberi Respon: situasi eksploitasi seksual ada yang belum diantisipasi. Karena itu kalau ada kejadian yang tidak terduga, seluruh staf yang terlibat harus memberi respon positif (sekali pun tidak ada dalam uraian tugas yang ada).

Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi:

Yayasan Hotline Surabaya

Jl. Indrapura No. 17, Surabaya - 60176, Jawa Timur, Indonesia

Telp : (031) 356 6232 | Fax : (031) 356 6233

Website : http://www.hotlinesurabaya.or.id/

Email : yhs@hotlinesurabaya.or.id

Konseling Telepon : (031) 352 6118 - 352 6119

[PROFIL] LBH APIK (Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia Untuk Keadilan)

Oleh: Melly Amalia

Semakin hari kita semakin sering mendengar, melihat dan membaca dari berbagai media, baik televisi,koran atau media sosial berita tentang korban kekerasan, khususnya terhadap perempuan dan anak-anak. Bahkan bayi pun ada yang menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa terdekatnya, seperti pengasuh, pembantu bahkan orang tuanya sendiri. Kekerasan yang dialami korban seringkali menimbulkan berbagai permasalahan mental yang ditanggung oleh korban dalam jangka waktu lama setelah tindak kekerasan terjadi.

Mari kita ulas sedikit mengenai kekerasan terhadap anak dan kekerasan terhadap wanita. Kekerasan terhadap anak merupakan tindak kekerasan yang dilakukan baik sengaja maupun nir sengaja baik secara fisik, seksual, penganiayaan emosional/psikologis, atau pengabaian terhadap anak. Kekerasan terhadap perempuan merupakan setiap tindakan yg mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan dalam perempuan secara fisik, non fisik (seksual) atau psikologis/jiwa, termasuk ancaman tindakan eksklusif, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan generik atau pada lingkungan kehidupan eksklusif. ( Disarikan dari aneka macam sumber)

Salah satu penyebab kekerasan merupakan syarat mental pelaku yang nir sehat. Sebaliknya kekerasan ini pula potensial menimbulkan masalah mental bagi para korban kekerasan. Apabila syarat ini berlanjut maka terjadilah yang diklaim menjadi bundar setan kekerasan. Diperlukan penanganan khusus baik bagi pelaku & korban kekerasan supaya mental mereka dapat sembuh kembali.

Maraknya kekerasan terhadap anak dan wanita menjadi perhatian banyak pihak, galat satunya ditandai dengan keluarnya lembaga yang memberi perhatian & donasi terhadap korban kekerasan. Profil Proaktif Online kali ini memperkenalkan LBH APIK, sebuah lembaga yang spesifik menangani korban kekerasan pada perempuan & anak-anak. Mari kita simak profil organisasi tadi dalam tulisan di bawah ini yang disarikan berdasarkan website mereka.

LBH APIK adalah forum yang bertujuan mewujudkan warga yg adil, makmur dan demokratis, dan menciptakan kondisi yg setara antara perempuan dan laki-laki pada segala aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial maupun budaya. LBH APIK menaruh bantuan hukum buat wanita berdasarkan nilai-nilai keadilan, kerakyatan, persamaan, kemandirian, emansipasi, persaudaraan, keadilan sosial, non sektarian & menolak kekerasan dan memenuhi kaidah kelestarian lingkungan.

LBH APIK Jakarta dibuat oleh APIK (Asosiasi Perempuan Indonesia buat Keadilan), yang didirikan oleh tujuh orang perempuan pengacara dalam lepas 4 Agustus 1995. Sejak 21 Februari 2003 LBH APIK Jakarta secara resmi sudah menjadi Yayasan LBH APIK Jakarta, dari Akte Notaris Rusnaldy No.112/2003.

Visi LBH APIK Jakarta yaitu terwujudnya rakyat yang inklusif, setara, adil, & berkelanjutan melalui perubahan sistem aturan. Sedangkan misinya adalah menyediakan layanan aturan bagi perempuan pencari keadilan, mengupayakan perubahan aturan ditingkat substansi, struktur, & kultur & menciptakan gerakan sosial untuk keadilan bagi wanita. Untuk mencapai visinya, LBH APIK melakukan kegiatan-aktivitas menjadi berikut:

(1) melakukan pembelaan aturan bagi perempuan pencari keadilan yang lemah secara politik, ekonomi, maupun sosial budaya di pada dan pada luar pengadilan,

(dua) memberikan training & pemberdayaan kepada lapisan masyarakat dan aparat penegak aturan baik pada penanganan korban juga upaya pencegahannya,

(tiga) melakukan advokasi perubahan kebijakan baik terhadap substansi, struktur, maupun budaya hukum pada masyarakat,

(4) melakukan kajian kritis serta penyusunan, pembuatan, penyebarluasan serta pendokumentasian banyak sekali berita mengenai penegakan hak-hak wanita & informasi mengenai cara-cara penyelesaiannya,

(lima) melakukan kerjasama dengan aneka macam organisasi & forum dan mendorong terbentuknya organisasi dan lembaga menggunakan visi misi serupa,

(6) melakukan penguatan kelembagaan, dan

(7) melakukan kegiatan-aktivitas lain yang sesuai dengan tujuan yayasan.

Beberapa aktivitas yang sudah dilakukan oleh LBH APIK di antaranya adalah training penanganan kasus korban kekerasan, pemenuhan akses keadilan bagi perempuan korban disabilitas, dll. Selain berkegiatan, LBH APIK jua menerbitkan kitab , lembar warta, buletin, & melakukan penelitian terkait wanita. Selain pada Jakarta, LBH APIK pula masih ada pada Aceh, Medan, Jogja, Semarang, Mataram, Pontianak, Kalimantan Timur, Manado,Palembang, Padang, NTB, dan Makasar.

Untuk menerima berita lebih lanjut mengenai LBH APIK, silahkan menghubungi :

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum APIK Jakarta

Jl. Raya Tengah No.31 RT 01/09, Kramat Jati, Jakarta Timur 13540

Telepon. 021 87797289, Fax 021 8779 3300

Email: apiknet@centrin.Net.Id,

website: http://lbh-apik.or.id/

Bila anda atau orang yang anda kenal mengalami kekerasan, jangan merasa takut atau malu buat segera berani bertindak dan melaporkan. Anda berhak menerima keadilan dan berani bersuara. Sudah banyak forum yang bersedia mendapat & menampung keluhan atau perkara anda. Pekerjaan rumah kita masih panjang buat melakukan penyadaran dan pendidikan tentang anti kekerasan terhadap wanita & anak.

***

Jumat, 12 Juni 2020

EDITORIAL PROAKTIF ONLINE DESEMBER 2015

Kita mengenal sebuah pepatah lama, “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Sebaliknya, kita juga mengenal banyak penyakit psikosomatis di kehidupan modern ini. Artinya banyak penyakit fisik yang dialami sebetulnya merupakan ekspresi penyakit mental. Jadi dengan mental yang sehat, tubuh pun menjadi lebih sehat dan kuat. Meskipun mulai menjadi perhatian, persoalan kesehatan mental belum sepopuler kesehatan fisik. Banyak orang masih mengabaikan persoalan-persoalan mental ini karena dianggap bukan masalah, tabu atau malah ketika mengalami persoalan mental justru ditutupi karena dianggap negatif.

Mengingat pentingnya kesehatan mental ini, Proaktif edisi Desember 2015 ini mengangkat tema tersebut. Berbagai artikel disajikan, mulai dari bagaimana potret kondisi kesehatan mental di berbagai negara, bagaimana para aktivis menghadapi dan menyikapi persoalan kesehatan mental serta berbagai cerita dan berbagai tantangan dan kiat-kiat seputar penyelesaian persoalan mental melalui rubrik-rubrik berikut ini.

Dalam rubrik Pikir, penulis memaparkan berbagai fakta seputar kesehatan mental, berbagai tantangan yang dihadapi berikut usulan langkah-langkah penyelesaiannya di tingkat global. Di tingkat yang lebih mikro, penulis rubrik Masalah Kita mengulas soal burn-out pada aktivis dan kiat-kiat penanggulangannya. Tantangan penyelesaian persoalan kesehatan mental ternyata tidak sederhana. Mental blocking yang menghambat kesehatan emosi diulas di dalam rubrik Opini.

Bagaimana cara-cara memelihara dan meningkatkan kesehatan mental diulas dalam rubrik Tips. Selain itu, masih ada Rubrik Media mengangkat tentang musik dan lagu sebagai media pelepas ketegangan dan rubrik Jalan-jalan yang memaparkan berbagai tempat dan kegiatan untuk melepaskan ketegangan sekaligus menyalurkan bakat dan kegemaran.

Dalam Rubrik Profil disajikan informasi mengenai dua organisasi yang bergerak untuk pendampingan perempuan dan anak korban kekerasan, yaitu LBH APIK dan Hotline Surabaya. Kedua organisasi ini berfokus antara lain pada proses penyembuhan mental korban akibat trauma kekerasan yang mereka alami di masa lalu. Semoga tulisan-tulisan di atas memberikan inspirasi bagi anda sekalian untuk memelihara dan menjaga kesehatan mental. Selamat menutup tahun ini dan menyongsong tahun 2016.

Selamat berbahagia!

Redaksi

Cloud Hosting Indonesia