Tampilkan postingan dengan label Proaktif Online Agustus 2019. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Proaktif Online Agustus 2019. Tampilkan semua postingan

Jumat, 08 Mei 2020

[RUMAH KAIL] UPAYA DAN TANTANGAN MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN HIDUP MELALUI RUMAH KAIL

Oleh: Navita Kristi Astuti

Belum lama ini, kita mencicipi pemadaman listrik di sebagian pulau Jawa, termasuk Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat. Yang terjadi selama pemadaman tadi, pada aktivitas tempat tinggal tangga, orang-orang menjadi terbatas aktivitasnya, contohnya, tidak dapat menanak nasi menggunakan penanak nasi yg bertenaga listrik. Kebutuhan air pun tersendat, lantaran sebagian akbar memakai pompa air buat mengalirkan air menurut saluran pipa air ke dalam tempat tinggal . Beberapa orang yg menggunakan kompor listrik nir bisa melakukan kegiatan memasak. Untuk memesan kuliner via ojek online, tidak sanggup, lantaran frekuwensi HP mengalami gangguan dampak pemadaman listrik, atau ponsel sudah terlanjur kehabisan daya, tidak sanggup mengisi daya karena pemadaman listrik. Betapa akbar ketergantungan manusia dalam listrik!

Ketergantungan yang cukup besar kepada suatu benda, seringkali membuat kita mati kutu, ketika benda tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Jika pada paragraf di atas contoh yang disebutkan sebagai sumber ketergantungan adalah listrik, maka sebetulnya ada lebih banyak hal di dunia ini yang menimbulkan ketergantungan. Seperti ketergantungan seseorang pada produk makanan, pakaian atau gadget tertentu. Ketergantungan tersebut seringkali menutupi kesadaran bahwa sesungguhnya kita punya kemampuan untuk memilih. Memilih apa? Memilih untuk hidup lebih berkualitas sesuai dengan kemauan kita, lebih bahagia, lebih sehat dan selaras dengan alam.

Mungkin saja,  manusia di zaman ini memang tidak 100% dapat menghasilkan produk-produk kebutuhan hidupnya sendiri. Berbagai kondisi, misalnya, sumberdaya, waktu dan tenaga, membuat manusia mengalami kesalingtergantungan dengan pihak lain untuk mendapatkan produk-produk kebutuhan hidupnya. Namun sejauh mana kesalingtergantungan ini, antara sesama manusia maupun hubungan antara manusia dan alam memberikan manfaat bagi kedua belah pihak? Sejauh mana hubungan saling membutuhkan itu justru saling mengisi, bukan mengeksploitasi salah satu di antaranya? Apakah benar, dengan menyadari dan membuka peluang untuk memilih pola dan gaya hidup,  kita justru memiliki kualitas hidup yang tinggi dan tetap menjaga harmonisasi kita dengan alam?

Rumah KAIL & Material Pendukungnya

Sejak Rumah KAIL dibangun tahun 2013, hingga saat ini di Kampung Cigarukgak, KAIL mengutamakan langkah-langkah yang mendukung kepada kemandirian. Sejak awal, kemandirian tersebut tercermin dalam proses memilih dan menentukan rancangan bangunan dan pemilihan material untuk bangunan.  Rumah KAIL dibangun dengan menggunakan bahan bekas. Hingga saat Rumah KAIL sudah berdiri, KAIL berupaya mandiri dengan memilih material pendukung yang digunakan saat pelaksanaan kegiatan-kegiatan di  Rumah KAIL. Misalnya, menggunakan perabot makan yang dapat dicuci dan dipakai ulang daripada perabot makan yang sekali pakai. Menggunakan kertas bekas print yang bagian belakangnya masih kosong untuk menulis saat pelatihan, dibandingkan menggunakan kertas baru. Membuat meja dan kursi yang berasal dari kayu bekas layak pakai sehingga jika rusak di kemudian hari, sampahnya tidak membebani bumi.

Seluk beluk mengenai pembangunan & perawatan Rumah KAIL bisa dilihat pada artikel ini: http://proaktif-online.Blogspot.Com/2018/08/tips-tempat tinggal -dari-bahan-bekas_19.Html & http://agresif-online.Blogspot.Com/2018/08/tempat tinggal -kail-seluk-beluk-perawatan-rumah_19.Html.

Berbagai upaya telah dilakukan KAIL  dalam mewujudkan kemandirian hidup yang selaras dengan alam di Rumah KAIL maupun lingkungan sekitar. Ada kalanya upaya tersebut membawa hasil yang memuaskan. Namun ada kalanya meski usaha telah dikerahkan, namun belum membawa hasil yang diharapkan hingga saat ini. Itu artinya, proses pembelajaran masih belum selesai.

Tantangan Pola Hidup di Masyarakat Sekitar Rumah KAIL

Rumah KAIL menjunjung nilai praktek hidup yg selaras dengan alam. Dalam kegiatan sehari-hari, Rumah KAIL mengupayakan penggunaan produk-produk alami, & sebisa mungkin menghindari terbuangnya sampah, terutama sampah anorganik (sampah yang tidak dapat diurai) ke tanah. Materi yang bersifat organis, seperti sisa-sisa kuliner dijadikan kompos atau ditimbun di pada tanah menjadi asal kuliner biota tanah.

Masyarakat di sekitar Rumah KAIL belum memiliki sistem pembuangan sampah yang terorganisir. Sehingga, banyak rumah tangga di lingkungan sekitar Rumah KAIL mengambil jalan pintas untuk meniadakan sampah yaitu dengan membakarnya. Namun demikian, pembakaran sampah menimbulkan dampak yang buruk. Selain asapnya menyebabkan polusi udara,  unsur hara pada tanah yang digunakan sebagai tempat membakar sampah akan hilang. Apabila ada material plastik yang turut dibakar, maka asap pembakarannya menghasilkan racun yang dapat memicu penyakit bagi manusia yang menghirupnya. Kebiasaan membakar sampah di sekitar Rumah KAIL menjadi tantangan bagi KAIL untuk mengedukasi masyarakat sekitar tentang bagaimana pengelolaan sampah yang lebih selaras dengan alam.

Lahan pembakaran sampah tempat tinggal tangga di dekat Rumah KAIL

Sementara itu, KAIL selalu meminta semua pengunjung Rumah KAIL, baik itu peserta pelatihan, staf dan relawan KAIL, maupun tamu untuk membawa kembali sampah anorganik yang mereka bawa ke Rumah KAIL.Di Rumah KAIL sengaja tidak disediakan fasilitas kotak sampah anorganik. Aturan ini mengedukasi pengunjung agar sebisa mungkin tidak membawa makanan dan minuman yang berkemasan plastik ke Rumah KAIL. Jika KAIL perlu memesan makanan ringan untuk konsumsi kegiatan, KAIL memilih jenis makanan yang tidak berkemasan plastik. Jika makanan tersebut adalah makanan yang berbungkus, KAIL akan memilih kue dengan bungkus daun pisang, misalnya nagasari atau lemper. Ketika akan membeli makanan, KAIL membawa  kotak makan untuk wadah kue-kue tersebut. Ketika memesan makanan, KAIL akan menitipkan kotak makanan terlebih dahulu kepada si penjual, agar mengurangi plastik atau kresek pembungkus. KAIL juga mengupayakan untuk memesan makanan di tetangga sekitar Rumah KAIL. Selain berguna untuk menjalin silaturahmi, pemesanan makanan di tetangga sekitar Rumah KAIL juga bertujuan agar sisa material organis yang mungkin digunakan sebagai bahan makanan dibuang masih di sekitar Rumah KAIL, sehingga mendukung  meluasnya area tanah subur di sekitar Rumah KAIL. Selain itu, hal ini juga bertujuan untuk mengurangi jejak karbon yang mungkin ditimbulkan jika memesan makanan dari tempat yang jauh.  Jadi, untuk satu aksi yang dipilih dengan mandiri, ada banyak tujuan yang disasar.  Tentu saja, dengan membiasakan tidak memilih makanan dan minuman berkemasan, kita juga berlatih untuk membebaskan diri dari bentuk ketergantungan terhadap makanan dan minuman berkemasan anorganik.

Pilihan Makanan yang Lokal & Sehat

Dalam memenuhi kebutuhan pangan, baik buat operasional sehari-hari maupun kegiatan pelatihan, Rumah KAIL pun berupaya mandiri menggunakan penyediaan pangan dari kebun sendiri. Ada banyak sekali tanaman pada Kebun KAIL yg dapat dimanfaatkan buat memenuhi kebutuhan konsumsi, walaupun belum 100%. Kebun tadi dijalankan menggunakan prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan, yaitu memakai material organis yang asal menurut kebun itu sendiri, maupun output olahan biodigester buat menjaga kesuburan tanah. Proses-proses kemandirian Rumah KAIL pada pemenuhan kebutuhan pangan, dapat ditinjau pada artikel ini: http://agresif-online.Blogspot.Com/2018/04/tempat tinggal -kail-kebun-pangan-di-rumah-kail_20.Html .

Untuk mengupayakan hayati yang lebih sehat, selain memperkenalkan makanan yang berkemasan minim sampah, KAIL jua menentukan buat sebisa mungkin menyajikan kuliner & minuman berjenis lokal yang enak dan sehat pada kegiatan-aktivitas pada Rumah KAIL. Kue nagasari, kacang dan singkong panaskan, rujak tahu, bubur kacang hijau, butir-buahan, bandrek & jamu adalah beberapa penganan ringan yg acapkali muncul pada aktivitas pelatihan di Rumah KAIL. Tumis daun pseudo-ginseng & perkedel talas merupakan hasil Kebun KAIL yg kerap menjadi hidangan lauk makan siang di Rumah KAIL. Sesekali, kuliner-makanan ini masih disajikan berdampingan dengan gorengan tahu isi & cireng buatan tetangga Rumah KAIL. Namun, sudah dapat dipastikan bahwa seluruh kuliner-makanan ini dibentuk tanpa memakai MSG, pengawet & pemanis/ pewarna buatan.

Perlu dicatat, KAIL juga menularkan prinsip-prinsip hidup berkelanjutan dan selaras dengan alam ini kepada anak-anak yang tinggal di sekitar Rumah KAIL. Dalam kegiatan Hari Belajar Anak yang diselenggarakan setiap bulan, anak-anak diajak untuk mengurangi jajanan berkemasan dengan mengenalkan snack sehat dan minim sampah.  Cukup mengejutkan awalnya, ternyata snack kesukaan anak-anak adalah buah-buahan. Jika disajikan buah potong seperti pepaya, pisang dan buah naga,  biasanya piring langsung licin tandas, tak bersisa. Merupakan hal yang penting bagi KAIL bahwa anak-anak pun terpapar dengan prinsip-prinsip hidup sehat dan selaras dengan alam, karena anak-anak justru merupakan generasi yang akan meneruskan kehidupan hingga puluhan tahun ke depan. Seperti apa pengalaman yang mereka terima saat ini, tentunya berperan dalam pola hidup yang akan mereka jalankan saat dewasa nanti.

Mengolah sendiri kopi output kebun pada Rumah KAIL

Tantangan Alam di Sekitar Rumah KAIL

Halaman belakang Rumah KAIL sempurna bersisian dengan sebuah sungai kecil, yg adalah bagian berdasarkan sub-DAS (Daerah Aliran Sungai) Cikeruh, yang kemudian menyatu dengan bagian DAS Citarum. Beberapa bagian menurut tebing yang bersisian dengan sungai sudah terkikis sedikit demi sedikit akibat kikisan air sungai waktu alirannya deras. Pun tanah permukaan pernah mengalami longsor relatif banyak, ditimbulkan tiadanya akar-akar pohon yg mengikat struktur tanah tadi. Sementara pada loka lain pada sekitar Rumah KAIL, staf KAIL pernah menyaksikan penebangan pohon untuk pembangunan rumah yang lokasinya persis di tepi sungai. Praktek penebangan pohon buat aneka macam keperluan, tanpa tanggung jawab buat menanami pulang masih terjadi pada kurang lebih Rumah KAIL, padahal seperti yang dipaparkan sebelumnya, bahaya longsor mengintai. Menjadi tantangan bagi KAIL buat menggugah kepedulian & pencerahan masyarakat tentang bahaya yg mungkin terjadi, bukan sekarang, tapi di lalu hari.

Sungai di laman belakang Rumah KAIL

KAIL merancang kebun menggunakan prinsip berkelanjutan. Bagian terluar Kebun KAIL dirancang dengan syarat alam menyerupai ekosistem hutan atau zona liar, pada mana daur alam memegang peranan primer. Akar tumbuhan yang tumbuh pada zona liar Kebun KAIL, misalnya pala, aren dan bambu saat ini menjadi pelawan laju air pada tanah yang bisa mempercepat erosi & longsor.

Tantangan lainnya dalam perawatan kebun, antara lain tantangan kondisi tanah dan sumber daya manusia dalam pengelolaan kebun. Jenis tanah di Kebun KAIL sebenarnya merupakan jenis tanah lengket seperti tanah liat. Setelah diolah dan dirawat, tanah di Kebun KAIL menjadi subur untuk ditanami. Terutama di musim hujan, kebun KAIL menghasilkan panen cukup banyak dan beragam, sehingga hasil tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di Rumah KAIL. Namun, di musim kemarau, sebagian tanah menjadi kering dan pecah-pecah. Tidak terlalu banyak  panenan yang dapat dimanfaatkan dari Kebun KAIL.

Sistem di Rumah KAIL sesungguhnya telah disiapkan untuk mandiri dalam perawatan kebun, yaitu dibangunnya biodigester sebagai pengolahan kotoran sehingga menghasilkan material organis yang dibutuhkan untuk kesuburan tanaman. Namun demikian, biodigester belum berfungsi sepenuhnya, karena belum cukupnya jumlah kotoran yang dihasilkan dari WC atau toilet di Rumah KAIL  yang dapat diolah oleh biodigester, sehingga penggunaannya belum maksimal.

Dalam perawatan Rumah KAIL, KAIL menghadapi tantangan lainnya, yaitu dalam menghadapi rayap & tikus. KAIL mengupayakan buat nir menggunakan obat-obatan kimia buat mengusir hewan-fauna tersebut . Upaya yg pernah dilakukan adalah memakai cairan tembakau untuk mengusir rayap.

Penutup

Upaya KAIL untuk mewujudkan pilihan hidup berkualitas dan selaras dengan alam masih terus dilakukan. Berbagai tantangan masih dihadapi KAIL dan belum semuanya dapat teratasi. Melalui praktek di Rumah KAIL, masing-masing anggota KAILpun tengah berproses dan belajar untuk  mengembangkan kemandirian menentukan pilihan-pilihan untuk mencapai hidup yang lebih berkualitas . Dan semoga, nantinya, tidak hanya di KAIL saja hidup yang berkualitas tinggi dan selaras alam dapat diwujudkan, namun juga dapat dicapai di lingkungan sekitar dan menjangkau tempat-tempat yang lebih luas lagi.

Rabu, 06 Mei 2020

[TIPS] BERTANGGUNG JAWAB ATAS SAMPAHMU

Oleh: Rensti Raharti

Salah satu tren gaya hidup yg dipilih banyak orang saat ini adalah Zero Waste life style. Kesadaran hidup minim sampah menurut saya sangat perlu dilakukan saat ini. Banyak isu yang menaruh perhatian pada masalah sampah yang sudah mengancam keberlangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lain. Sayangnya, masih ada yang melakukan sebatas mengikuti tren tanpa kesadaran untuk mencapai dampak yang lebih luas. Misalnya, membeli barang baru untuk mendukung aktivitas zero waste-nya ketimbang menggunakan apa yang tersedia, menjadi tidak sejalan dengan semangat zero waste jika pada akhirnya menimbulkan barang lain yang tidak dapat digunakan.

Cara hayati yg minim membuat sampah sebenarnya dimulai berdasarkan saya mini menurut norma yang ditanamkan oleh orangtua. Sedari kecil saya hayati di kota mini di pulau ujung timur Indonesia. Keterbatasan akses dan pula gaya hidup, membantu kami buat mengutamakan asal & bahan yg tersedia. Saya juga sudah dikenalkan dengan sistem pengelolaan sampah, walau sebatas organik & anorganik saja.

Saya nir mengenal jajan karena tidak tersedia pedagang kuliner jadi. Sekolah & tempat tinggal yg jaraknya sangat dekat, membuat saya punya waktu buat pergi makan siang. Orangtua saya bekerja dan disediakan fasilitas mess yg lengkap menyajikan kuliner selama 24 jam. Apabila kami bosan makanan rumah dan ingin hidangan yang tidak sinkron, kami akan menikmati santapan di mess. Alternatif lain adalah bertukar makanan dengan keluarga lain yang dari berdasarkan wilayah lain. Selain kuliner, kami juga tak jarang bertukar barang (pakaian dan buku). Setiap keluar tempat tinggal , selalu tersedia botol minum dan minimal sekotak penganan ringan di dalam tas, bahkan waktu bepergian keluar kota sekalipun.

Seiring perkembangan dan tuntutan kehidupan, pula lantaran kami pindah ke Ibukota, gaya hidup pun turut berubah. Saya beradaptasi menggunakan ritme kota modern yang serba cepat, penuh persaingan, tergesa, individualis, & simpel. Seakan hampir tanpa ruang buat memberi kebaikan & selaras menggunakan alam.

Berpindah kota beberapa kali, mengalami poly pengalaman & situasi yg bhineka, kami (aku dan suami) mulai tersadar akan pentingnya menjalani hidup yang lebih selaras menggunakan lingkungan alam. Kami sadar & merasa perlu mengganti cara hayati kami buat memberi kesempatan pada anak kami melihat bahwa pada dunia ini poly hal baik & mampu berdampak baik. Kami sendiri yg bertanggungjawab atas pilihan & tindakan diri sendiri.

Kekhawatiran juga timbul dengan deraan fakta tentang masalah yang banyak terj

adi dalam berkehidupan di rakyat secara umum & pertarungan lingkungan hayati secara spesifik. Kami melihat bahwa global dan perubahan pada atasnya sanggup membawa pengaruh negatif bagi anak. Tetapi sadar bahwa tindakan kita menjadi insan mampu membawa perubahan ke arah yang baik, maka kami berani berangkat dari situ.

Sebagai orangtua, kami berusaha memberi teladan dengan segenap ketua, hati, dan tangan kami dengan konsisten melaksanakan apa yang kami yakini baik yang akan berdampak baik pula adanya. Kami menciptakan rencana, memperhitungkan efek, dan merepotkan diri sedikit dengan persiapan sebelum berkegiatan. Harapan kami kebiasaan sederhana menggunakan efek luas akan tertanam dalam diri anak.

Setiap aspek aktivitas sehari-hari bukan tanpa risiko sampah. Kami berusaha merencanakan setiap aktivitas sambil pula belajar menunda diri. Tantangan akbar menurut hidup minim sampah merupakan pola konsumsi instan & simpel yang telah menjadi bagian dari perkembangan diri dan kemudian terasa sebagai kebutuhan. Kita seluruh tahu, seiring perkembangan industri, penyumbang sampah terbanyak saat ini merupakan bungkus praktis terutama yg terbuat menurut plastik karena nir mampu diurai alam secara pribadi. Sebenarnya bungkus tersebut poly yg dapat digunakan balik atau didaur ulang. Tetapi poly jua yang hanya sekali pakai dan berakhir sebagai sampah.

Ada beberapa cara yg kami coba lakukan buat menuju minim sampah pada kegiatan kami sehari-hari.

1. Menyusun menu makanan selama 1-dua minggu ke depan

Menu makan sehari-hari direncanakan & diusahakan mengolah sendiri. Belanja bahan disusun & diatur supaya tidak ada yg mubazir lantaran disimpan lebih usang menurut daya tahan bahan itu sendiri. Membawa wadah dan kantung sendiri asat belanja di pasar tradisional juga supermarket. Kami seringkali mendapati pedagang pada pasar berujar senang jika pembeli tidak memakai plastik yang mereka sediakan karenanya berarti juga berhemat pengeluaran belanja plastik mereka. Wadah jua membantu kami mengorganisir penyimpanan nantinya di tempat tinggal sehingga turut berhemat saat.

Saat memilih jajan, kami pula belajar menahan diri buat tidak impulsif dan lebih merencanakan jajan kami (kecuali dalam saat darurat). Sedapat mungkin kami rencanakan apakah akan makan pada tempat atau membawa pulang. Selain alat makan gunakan ulang, pada tas tersedia setidaknya 1-dua wadah kecil buat membungkus makanan yg tidak habis atau waktu keinginan jajan spontan mendera.

Selain itu berusaha mandiri pangan dengan menanam tanaman sayur dan buah juga turut berdampak baik. Melakukan pengawetan daging, sayur, dan buah dengan cara sederhana skala rumahan. Seperti menggunakan metoda pengasapan, pengasinan/pemanisan/pengasaman, membuat makanan instan untuk stok pribadi (contoh: nugget, sosis, fruit jam dan jelly), dll. Sebagai konsumsi pribadi tentu akan lebih ekonomis dan sehat.

Keju cheddar buatan sendiri

dua. Memilah sampah.

Memilah barang & sampah sebenarnya tampak sepele, tapi dampaknya besar apabila paling tidak di ranah rumahtangga telah mampu melakukannya. Tumpukan sampah pada TPA bisa berkurang drastis. Kami sudah berusaha melakukan sejak tiga tahun belakangan. Memilah sederhana semampu kami dengan memisahkan & mengelola sampah anorganik (plastik, kertas, kaca, kaleng), dan organik. Sampah anorganik dibedakan berdasarkan jenisnya; yg masih bisa digunakan/diolah pulang, dan tidak mampu. Sedapat mungkin dibersihkan dan diatur/dikemas sedemikian rupa buat mengurangi volume. Kemasan plastik dicuci higienis kemudian ditiriskan, buat menghilangkan bau & risiko keluarnya serangga atau hewan. Botol plastik dicuci & ditiriskan, ditipiskan/digepengkan, kemudian dikumpulkan pada satu wadah. Demikian juga sampah kertas, bungkus kotak dibuka dan diratakan untuk memudahkan disusun. Sampah organik dimasukkan pada komposter sederhana atau dikubur pada tanah.

Sedikit butuh usaha mengungkapkan dalam tamu yg berkunjung, lantaran kami perlu tetap konsisten akan tetapi tanpa menciptakan tamu merasa digurui atau tersinggung. Tentu pula sembari berharap mereka tergerak melakukan hal yg sama. Dalam syarat bepergian, kami kumpulkan sampah dan simpan pada tas apabila nir menemukan tempat sampah. Alternatif pengelolaan sampah anorganik mampu berafiliasi menggunakan pemulung dan juga bank sampah yg sudah banyak bertumbuh sekarang ini. Atau mampu jua berafiliasi dengan komunitas perajin yang membuat aneka kerajinan menurut plastik bekas pakai.

3. Membuat sendiri beberapa kebutuhan yg diubahsuaikan menggunakan kemampuan.

Kebutuhan sehari-hari yang dapat dibuat sendiri antara lain bahan pembersih. Kebutuhan pembersih beragam varian dan jumlahnya tergantung tujuan pemakaian. Banyak pembersih yang mengandung komposisi tidak ramah lingkungan. Jika memungkinkan, kita bisa membuat sendiri sabun (mandi maupun pencuci) dan sampo, juga pembersih serbaguna dari eco-enzyme yg terbuat dari sisa bahan organik dapur. Mudah dan ekonomis.

Atau membeli dari bulk store dengan membawa kemasan sendiri. Di Indonesia keberadaan toko seperti ini belum banyak tersedia, masih terbatas di kota besar.

Sabun kopi protesis sendiri

Eco-enzyme cleaner yg terbuat berdasarkan kulit jeruk

Di samping memilah sampah, barang di rumah juga dipilah untuk dimanfaatkan kembali. Wadah sampah bisa menggunakan kotak kemasan atau kardus besar. Hal lainnya yang bisa dilakukan adalah vermak pakaian (repurpose) menjadi pakaian anak, tas, selimut, keset, atau alat kebersihan. Ide-ide untuk memanfaatkan kembali barang sudah banyak beredar dan mudah sekali diakses di internet. Memberikan barang layak pakai yang sudah amat jarang digunakan kepada orang lain yang membutuhkan, menyelenggarakan garage sale, atau bertukar barang dengan teman dekat bisa ditempuh untuk memperpanjang usia penggunaan barang.

Sabun serbaguna menurut minyak jelantah

4. Hemat tenaga & cermat memanfaatkan alat elektronik pada rumah.

Jika hendak membeli, pilihan alat elektronika yg irit tenaga dan berkapasitas daya listrik rendah sudah poly tersedia di pasaran. Namun apabila telah terlanjur mempunyai, perlu bijak menggunakan sinkron dengam kapasitasnya, juga mematikan & melepas sambungan listriknya waktu nir digunakan. Alat elektronika yang permanen tersambung meskipun nir dipakai akan mengkonsumsi daya listrik walau dalam jumlah yg sangat mini . Selain itu, pula menjaga alat menurut kerusakan dan meminimalisir risiko korsleting. Melakukan perawatan rutin juga memperpanjang usia alat serta memperkecil risiko. Mengusahakan peralihan menurut tergantung dalam daya listrik yg tersedia dengan daya listrik yg dapat diusahakan sendiri. Seperti menggunakan alat elektronik bersumberdaya tenaga sinar surya menurut yg kapasitas mini seperti lampu taman atau lampu meja.

Lampu taman energi sinar surya

Menjalani gaya hidup minim sampah adalah cara hidup dengan penuh kesadaran untuk mengurangi dampak yg salah satunya berupa sampah. Tidak perlu dilakukan di titik extreme sampai tidak menggunakan plastik sekali pakai atau tidak menghasilkan sampah sama sekali, atau mengusahakan semua serba dibuat sendiri. Tapi menyesuaikan dengan sebisa yang kita mampu. Penting memiliki kesadaran bahwa ada dampak dari tindakan kita. Berkegiatan dengan keluarga dan teman yang memiliki kesadaran yang sama tentu akan mendukung pilihan gaya hidup kita. Kita bisa saling berbagi saran dan pengalaman terkait hidup minim sampah.

Secara umum cara yg kami lakukan sehari-hari masih dipercaya aneh sang poly orang. Saat membeli kuliner jadi misalnya, kami terbiasa pribadi menyodorkan kotak kuliner karena sudah dipersiapkan. Sering ada yang bertanya, kenapa kami merepotkan diri menyiapkan begitu banyak indera sementara telah disediakan pihak penjual. Tentunya kami menggunakan senang hati akan mengungkapkan alasan kami. Semoga bisa menggerakkan impian pada dalam diri orang lain yg mendengarkan.

Dalam kegiatan luar tempat tinggal seperti di sekolah dan komunitas, sering masih menuntut kepraktisan dan kemudahan. Kegiatan berkumpul rutin yg disertai hidangan penganan & minuman, ringan juga besar . Masih menggunakan kemasan pembungkus kuliner, wadah dan indera makan & minum sekali pakai, dan sisa kuliner yang berpotensi sampah. Penyajian makanan dan minuman jua tetap diusahakan tanpa memakai bahan non organik yg sekali pakai. Sebagai peserta, selalu berusaha jangan lupa buat membawa satu set indera makan dan minum sederhana. Sebagai pihak penyelenggara pun juga perlu berusaha & sadar buat turut mengurangi potensi sampah dari hidangan.

Hidup minim sampah wajib sanggup dilakukan dalam berbagai situasi. Kami tak jarang melakukan perjalanan keluar kota menggunakan menggunakan moda transportasi massal. Mengatur jam kepergian sedapat mungkin disesuaikan dengan jam makan & tidur. Di dalam tas selalu tersedia indera makan & minum sederhana, ditambah kantung buat menampung sampah ad interim. Botol minum menggunakan kapasitas akbar tentu lebih mudah. Di banyak sekali lokasi bandar udara sudah menyediakan stasiun pengisian ulang air minum. Kalaupun ingin membeli minuman, mampu juga membeli air minum bungkus botol kaca yg isinya dipindahkan ke botol kami.

Jajan di restoran & membawa penganan pergi

Memiliki pencerahan memilih cara hayati ramah lingkungan menggunakan berusaha minim sampah merupakan tujuan yg baik dan mulia. Tetapi tentunya perlu tahu kapasitas diri masing-masing. Tips yang aku bagikan pada goresan pena ini adalah hasil pembelajaran diri dan melalui aneka macam proses selama bertahun-tahun. Bukan proses yg gampang & kami pun masih akan terus belajar buat menyesuaikan dengan syarat yg pula terus berubah.

Menurut pengamatan saya, terdapat kaitan erat antara hidup minim sampah menggunakan berdaulat asal daya. Daya upaya buat hidup sehat & tetap minim sampah mampu dimulai menurut memilih sumber pangan sehat yang gampang kita temui menggunakan harga terjangkau, atau mampu kita usahakan sendiri misalnya dengan bertanam sederhana pada rumah. Kita bisa bergantung dalam kearifan lokal mengenai sumber daya & komunitas dalam masyarakat buat saling berbagi. Salah satu contohnya, beberapa tahun belakangan terdapat tren memakai garam himalaya yg dipercaya mempunyai lebih poly manfaat. Proses mendapatkannya menciptakan harganya sebagai mahal. Belum lagi transportasi yang membawanya ke Indonesia, selain memakan porto, pula mungkin menimbulkan jejak karbon yang tinggi. Sementara, petani garam lokal banyak tersebar di sepanjang garis pantai di Indonesia tentu dengan harga yg lebih terjangkau. Apakah benar, sebegitu jauhnya disparitas manfaat garam Himalaya dengan garam lokal, sehingga kita wajib memilih memakai garam impor tersebut? Sudahkah pilihan itu diteliti dan ditimbang menggunakan baik? Padahal, menggunakan menentukan memilih garam lokal, selain ekonomis, jua turut mendukung kedaulatan garam. Ada banyak hal yang bisa kita pertimbangkan pada samping masalah konsumsi.

Mungkin saja masih poly asal daya di lebih kurang kita yang perlu dieksplorasi untuk mendukung gaya hidup minim sampah. Kita sanggup mulai menggunakan memakai apa yang terdapat pada sekitarmu dari rumah kita sendiri. Selamat memilih pilihan!

[TIPS] SAYA TIDAK TAHU, MARI KITA CARI TAHU

Oleh: Fitri Kusnadi

Sudahkah Anda pernah mendengar tentang homeschooling? Homeschooling adalah bentuk kemandirian dalam bidang pendidikan yang saya dan keluarga pilih. Homeschooling sendiri berarti pendidikan berbasis keluarga, di mana keluarga tersebut, baik orangtua maupun anak belajar mengenal dirinya sendiri sebagai individu dan sebagai sebuah keluarga. Perkenalan saya dengan homeschooling dimulai ketika anak saya memasuki usia 3 tahun.  Saat itu, seperti pada umumnya anak mulai bersekolah sejak usia 3 tahun, maka kamipun bersiap-siap mencari sekolah yang baik untuk anak kami.

Dorongan  rasa ingin tahu saya untuk menemukan pola pendidikan yang baik justru membawa saya pada kesimpulan bahwa sekolah menjadi salah satu penyebab  matinya semangat belajar anak, Di sekolah yang saya jumpai, anak belajar bukan berdasarkan rasa ingin tahunya, tapi berdasarkan motivasi untuk mendapatkan nilai tinggi dalam pelajaran di sekolah. Sementara itu, sekolah dengan pola pendidikan yang cukup ramah anak,  biayanya cukup membebani kantong kami. Dalam pencarian, saya mulai mendengar istilah homeschooling dan berkenalan dengan komunitas homeschooling di Bandung. Melalui teman-teman, saya mendapat masukan dan mulai memahami apa itu homeschooling.

Demografi sekolah tempat tinggal pada Bandung

Alasan memilih homeschooling karena biaya dan efek negatif dari sekolah, perlahan - lahan berubah menjadi  urusan pengembangan karakter anak. Visi dan misi pendidikan yang kami rumuskan di dalam   keluarga kami adalah pengenalan anak akan dirinya sendiri dan latar belakang keluarga dengan baik, sehingga mereka memiliki akar yang kokoh dan tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya.Kami menganggap sekolah bukan merupakan sarana yang tepat untuk mencapai visi dan misi tersebut. Kami berusaha merdeka dari standar sistem nilai dan kesuksesan yang digunakan di sekolah dan masyarakat umum. Kami tidak dinilai berdasarkan sistem nilai raport dan kesuksesan kami tidak diukur berdasarkan piala atau piagam atau bahkan sekedar masuk 10 besar di kelas. Kami berusaha mandiri dalam menentukan apa yang kami pelajari dan kapan kami akan mempelajarinya. Ruang dan waktu kami tidak terikat pada jadwal ulangan harian, ujian tengah semester dan sejenisnya.

Di Indonesia, nama homeschooling sering sekali rancu dengan pendidikan yang dilakukan seorang anak di lembaga selain sekolah. Ada lembaga-lembaga kursus yang menggunakan nama homeschooling dan dalam prakteknya anak mengikuti kegiatan bimbingan belajar di mana orang tua sepenuhnya menyerahkan seluruh proses pembelajaran dan standar nilai kepada guru bimbingan belajar. Namun, di sini saya tegaskan kembali, homeschooling yang keluarga saya lakukan murni kami kelola sendiri. Jika anak kami memiliki keinginan mempelajari sesuatu dan saya atau suami tidak mampu membimbingnya maka kami akan mencari bantuan dari luar, tetapi kami akan tetap memantau perkembangan dari anak kami.

Kegiatan anak-anak homeschooling. Sumber foto: Koleksi pribadi.

Ketika kami mengambil keputusan untuk menyelenggarakan pendidikan mandiri, atau - istilah yang lebih umum -homeschooling, maka hal yang paling utama adalah saya, sebagai orang tua harus belajar merubah pola pikir terhadap pendidikan itu sendiri. Banyak  hal yang sudah bertahun-tahun saya anggap benar harus kami pertanyakan kembali. Beberapa yang kami pertanyakan kembali, antara lain: Jika mau jadi pintar dan sukses, apakah jalannya harus dengan bersekolah? Apakah guru adalah orang yang selalu tahu jawaban yang tepat? Bertanya itu, apakah berarti tidak tahu, dan apakah tidak tahu berarti bodoh? Apakah semua orang harus diukur berdasarkan standar nilai yang sama? Apakah semakin bagus fasilitas sekolah semakin besar kemungkinan kita untuk sukses?

Pandangan yang sudah ditanamkan kepada kita sejak dari taman kanak kanak sampai perguruan tinggi, kadang-kadang sudah kita anggap sebagai satu-satunya kebenaran yang mutlak. Ini sudah menjadi kebiasaan kita yang sangat sulit diubah. Ketika I + I = 2 adalah sesuatu yang diajarkan sebagai kebenaran mutlak, maka jika ada yang menjawab  I + I = IIII, reaksi yang umum ditemui di lingkungan sekitar kita adalah menganggap jawaban tersebut salah, dan langsung akan muncul stigma bahwa yang memberi jawaban tidak mengerti atau bahkan dianggap bodoh. Pemikiran kita menjadi sempit dan tidak memberi ruang pada perbedaan pola pandang terhadap suatu masalah. Padahal jika kita melihatnya sebagai garis bukan sebagai angka maka jawaban kedua adalah benar. Memiliki pandangan berbeda menjadi hal yang tabu dan kita menjadi takut untuk berbeda dan ketakutan tersebut akan menjadi racun yang pelan-pelan membunuh kreativitas.

Perubahan pola pikir tidak akan datang tiba-tiba dan dapat dilakukan semudah membalikkan telapak tangan. Perubahan itu harus muncul dari dalam diri kita sendiri, tidak bisa hanya karena ikut-ikutan semata. Jika kita hanya ikut-ikutan maka kita akan mudah terombang-ambing akan berbagai pilihan metode atau kurikulum homeschooling,  juga tergiur dengan berbagai penawaran produk-produk pendidikan yang menjanjikan suatu hasil yang instan. Dan kita akan kembali menjadi konsumen pendidikan. Tapi, teman-teman jangan berkecil hati, pada saat saya memulai, saya juga banyak terombang-ambing antara berbagai pilihan lembar kerja gratis yang banyak tersedia online dan juga berbagai e-book. Jika saya menemukan laman internet yang memberikan lembar kerja yang terlihat menarik dan gratis tentunya, saya langsung mengunduhnya, mencetaknya dan memberikannya kepada anak saya untuk dikerjakan. Baru beberapa hari anak saya mengerjakan lembar kerja dari laman tadi, saya sudah menemukan laman lain yang memberikan lembar kerja gratis dan sepertinya lebih menarik dari yang sebelumnya. Lalu saya mengulangI hal yang sama yaitu mengunduh, mencetak, dan memberikannya kepada anak saya untuk dikerjakan. Begitu seterusnya. Akibatnya, anak saya menjadi kebingungan karena terlalu bervariasinya lembar kerja. Namun, semuanya akan perlahan-lahan berubah jika kita terus belajar.

Jadi kunci selanjutnya adalah terus belajar. Belajar melalui membaca adalah salah satu cara. Cara lainnya adalah: mencari buku-buku, artikel-artikel, laman internet, dan forum diskusi. Bukalah wawasan seluas-luasnya karena dengan begitu perbendaharaan referensi kita akan semakin banyak. Selain membaca kita juga sebaiknya bergabung dengan komunitas homeschooling karena di komunitaslah kita mendapatkan info, mendengar pengalaman sesama homeschooler dan juga berbagi pengalaman. Mengikuti seminar, kulwap ( kuliah via Whatsapp) atau lokakarya juga dapat memperkaya wawasan kita. Referensi yang banyak memungkinkan kita untuk mengkombinasikan berbagai metode atau cara sehingga homeschooling yang kita jalankan adalah homeschooling ala keluarga kita. Jika kita sudah menemukan homeschooling ala keluarga kita, kegiatan kita menjadi semakin spesifik dan semakin mandiri dalam menentukan arah dan menyediakan sarana pendidikan yang dibutuhkan anak anak kita.

Proses belajar pada rumah. Sumber foto: Koleksi pribadi.

Kita jua harus selektif memilih. Membeli berbagai kitab tapi kita tidak menyempatkan diri atau kehabisan ketika buat membacanya, maka semua kitab yang kita beli malah menjadi pemborosan. Mengikuti berbagai lembaga, mengikuti terlalu banyak komunitas, seminar atau kulwap jua malah membuat kita terlalu sibuk sehingga nir punya ketika buat mengamati & mengenali famili kita sendiri. Semua itu berproses & perlu ketekunan.

Saya juga berproses beserta seluruh anggota keluarga buat mencari solusi buat berbagai permasalahan. Kita sebagai orang tua wajib mau diproses sang anak kita sendiri. Pandangan bahwa orangtua lebih tahu berdasarkan anak wajib mulai kita singkirkan. Apabila kita berbuat keliru & anak kita menegur atau protes, kita belajar menunda diri buat tidak marah, belajar meminta maaf & berterima kasih karena telah diingatkan. Yang kita wajib ajarkan dan contohkan adalah cara menegur atau mengungkapkan kritik menggunakan baik. Apabila anak bertanya & kita nir tahu jawabannya maka kita belajar mengatakan jujur mengatakan ?Maaf Nak , saya nir tahu. Apakah kamu mau Mama bantu cari memahami??

Proses belajar bersama di tempat tinggal , bersama-sama mencari memahami. Sumber foto: Koleksi eksklusif.

Pada hakikatnya, manusia akan belajar karena dua hal, yaitu karena kebutuhan dan ketertarikan. Saya mempelajari homeschooling karena kebutuhan informasi tentang pendidikan anak dan kebutuhan itu menimbulkan ketertarikan untuk mencari tahu lebih dalam tentang pendidikan yang merdeka. Semoga pengalaman saya menjalani homeschooling bisa menjadi sarana untuk  lebih bijaksana dalam menentukan pendidikan untuk keluarga kita. Tidak ada satupun metode pendidikan yang cocok untuk semua keluarga di dunia ini. Maka tugas pribadi kita masing-masing untuk menemukan metode pendidikan yang sesuai untuk keluarga kita. Dengan demikian, kita berdaulat atas pemenuhan kebutuhan pendidikan kita.

Cloud Hosting Indonesia