Oleh : Fransiska Damarratri
Lebih berdasarkan 7 milyar insan hayati pada ruang-ruang bumi ini. Dalam ruang-ruang hayati tersebut, insan hayati bersama membangun rumah-rumah buat bermukim & semua pendukung kehidupan mereka. Manusia pun memenuhi kebutuhan hayati menggunakan banyak sekali upaya kebudayaan, termasuk melalui teknologi, pada antara tegangan antar pihak & batasan daya dukung alam.
Masalah-masalah, perihal, dan upaya penyelesaian pun timbul. Manusia lantas berkumpul buat mengusahakan ruang hidup yang lebih baik. Usaha-bisnis kolektif itulah yg tidak sporadis menjadi arus-arus pergerakan sosial.
Tak terkecuali di Indonesia, wacana-wacana tentang isu ruang hidup juga digerakkan oleh berbagai kelompok. Kelompok-kelompok ini cukup beragam, dari yang berbasis gerakan warga, sosial kebudayaan, keprofesian, akademik, hingga komunitas anak muda. Kali ini Pro:aktif Online mencoba mencuplik profil 4 organisasi dan komunitas yang peduli terhadap isu papan di Indonesia.
1. Kolektif Agora (Bandung)
Melihat ruang kosong akan literasi mengenai perkotaan pada Bandung, 3 anak muda menginisiasi sebuah program diskusi yang diberi nama Agora. Diskusi itu pun berkembang sebagai sebuah kolektivitas yang selain berdiskusi pula mengumpulkan pemikiran pada bentuk goresan pena, dan menyebarluaskannya pada media sosial. Kolektif Agora sebagai wadah di mana isu-info tentang perkotaan dibahas, lalu pembahasan tadi dikumpulkan dan dikomunikasikan ke khalayak, terutama kaum belia kota.

Diskusir #8 Kolektif Agora menggunakan tajuk "Memungut Remah-remah Wacana Rumahdanquot; (Mei 2018, Sumber: Instagram @kolektifagora)
Pembahasan mengenai kota, dari Kolektif Agora, krusial buat disebarluaskan karena rakyat kota perlu tahu kota sebagai sistem yg saling berkaitan satu sama lain. Agar masyarakat kota yang masing-masing sudah mempunyai pencerahan atau perhatian terhadap satu isu eksklusif, menjadi terbuka wawasannya atas keterkaitan majemuk berita kota secara keseluruhan. Di kota Bandung, sudah poly upaya pemerintah buat menciptakan masyarakat kota nyaman. Namun pada luar itu, rakyat kota sendiri perlu mengulik hal-hal apa yang masih mampu terus diperbaiki.
Kolektif Agora memang lebih fokus pada proses literasi kaum belia. Harapannya, kaum muda bisa terinspirasi dan akhirnya berefleksi bahwa penyelesaian masalah kota tidak sanggup hanya mengandalkan satu-2 pihak saja yg menyediakan kebijakan & infrastruktur. Penyelesaian beserta harus dimulai juga menurut diri & lingkungan kaum muda.
Beberapa isu yang pernah dibahas di Kolektif Agora antara lain transportasi yang berkelanjutan, bangunan heritage, pangan, serta papan atau rumah. Salah satu tema yang akan digarap berikutnya adalah soal persampahan, yaitu bagaimana kota berinteraksi dan memproduksi sampahnya sendiri. Proses literasi di Agora pun mencoba menyentuh banyak sisi, mulai dari sisi psikologi hingga tataran abstrak seperti filsafat, hingga aspek teknis seperti kebijakan. Kolektif Agora memang menjadi wadah urun rembug dan diskusi, bukan sebuah kolektif yang sudah sedia dengan jawaban-jawaban akan sebuah isu.

Unggahan Kolektif Agora tentang perkara perumahan di Instagram (Sumber: Instagram @kolektifagora)
Terkait isu papan di perkotaan, Agora pernah mengangkat beberapa tajuk seperti: “Kelak Rumah Jadi Tak Lumrah”. Kolektif Agora juga pernah membuat survey kecil dibantu oleh @rumahpertama.id tentang bayangan rumah ideal oleh generasi muda. Hasil survey tersebut menunjukkan harapan yang jika disandingkan dengan kondisi riil terpaut jarak yang jauh karena berbagai hal: keterbatasan lahan, harga lahan, dan pendapatan. Namun banyak alternatif yang bisa diperjuangkan di luar solusi top down dari pemerintah atau developer. Terutama jika melihat pembangunan properti kini lebih berpihak pada kaum atas.
Alternatif-alternatif yang muncul dari diskusi antara lain konsep rumah tumbuh, social housing atau hidup secara komunal. Lalu juga pemanfaatan ruang-ruang kecil yang bisa ditinggali. Diskusi juga menguak akan mitos-mitos bahwa rumah susun atau apartemen itu tidak lebih buruk dari pada rumah biasa (landed house). Akan tetapi perlu diperhatikan cara-cara bagaimana perumahan vertikal itu dibentuk dan dibangun. Pasca diskusi, juga muncul wacana tentang kampung di Indonesia, sebuah proses pembangunan yang terkadang diberi stigma negatif, namun sifatnya yang organik dan swadaya bisa menjadi penting bagi masa depan perumahan kita. Sedangkan pertanyaan ke depan yang perlu dijawab juga adalah isu papan bagi mereka yang lebih membutuhkan dibandingkan kaum muda atau kelas menengah.
***
Kolektif Agora berharap lebih banyak lagi orang mampu terlibat dalam kegiatan-kegiatannya. Kolektif Agora membuka rubrik menulis buat siapa saja yang tertarik. Informasi lebih lanjut dapat dipandang pada blog & media sosial.
Kunjungi Kolektif Agora
Email: kolektif.Agora@gmail.Com
Instagram: @kolektifagora
Medium: medium.Com/kolektif-agora
Hubungi Kolektif Agora
Nayaka Angger: 0877-7797-7710
Naufal Rofi: 0857-6248-2052
2. ASF-ID (Jakarta, Bandung, Malang, Semarang)
ASF-ID, Architecture Sans Fronti?Res Indonesia didirikan pada tahun 2015. ASF-ID sendiri merujuk pada organisasi arsitektural non-profit Architectes Sans Fronti?Res (Arsitek tanpa Batas), yang didirikan dalam 1979, & hub internasionalnya, ASF-Int (2007), yang bertujuan buat memberi wawasan sosial kepada arsitek, sarjana arsitektur, juga mahasiswa lewat ihwal juga aksi arsitektural. Kegiatan ASF-ID didasari oleh kesukarelaan & kontribusi dari anggota maupun simpatisan.
Dari grup yang bergiat di seputar Jakarta & Bandung dari tahun 2015, ASF-ID pun berkembang ke 2 kota yaitu Malang dan Semarang mulai kurang lebih tahun 2017. Pada 6 Mei 2017 pun diselenggarakan kegiatan Hari Relawan ASF-ID serentak di 4 kota jaringan tersebut. Lantas pada tanggal 30 September-1 Oktober 2017, diadakanlah Musyawarah yang mengumpulkan para perwakilan kota buat saling bertukar kabar dan berembuk tentang organisasi ke depan.
ASF-ID sendiri memiliki visi sebagai perkumpulan arsitek, akademisi, maupun profesional yang bekerja di akar rumput, bergiat untuk memfasilitasi komunitas maupun masyarakat yang membutuhkan pendampingan arsitektur maupun keswadayaan. Kegiatan ASF-ID pun beragam mulai dari kegiatan workshop, fasilitasi desain, diskusi wacana-wacana alternatif hingga pemetaan.

Warga Kampung Tongkol & maket Rumah Contoh
Pada akhir 2015 hingga awal 2016, ASF-ID mendampingi pembangunan partisipatif rumah contoh di Kampung Tongkol, bantaran anak Sungai Ciliwung, Jakarta Utara. Rumah contoh dengan konsep co-housing ini merupakan salah satu hasil kerja bersama perbaikan kampung dengan Komunitas Anak Kali Ciliwung, Jaringan Rakyat Miskin Kota, Urban Poor Consortium, Universitas Indonesia dan berbagai pihak lainnya. Perbaikan kampung (kampung upgrading) tersebut adalah upaya warga Kampung Tongkol, Krapu dan Lodan yang tergabung dalam Komunitas Anak Kali Ciliwung untuk mengantisipasi penggusuran yang akan dilakukan pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Karya rumah contoh tersebut mendapatkan penghargaan dari jaringan ASF Award 2017: Social Construction of Habitat.

Rumah Contoh pada Kampung Tongkol, Anak Kali Ciliwung, Jakarta Utara

Gotong royong menciptakan rangka bambu untuk atap
ASF-ID jua melaksanakan aktivitas seperti Pemetaan pada Kampung Pasirluyu-Bandung, Lokakarya Perencanaan & Konstruksi di Desa Jengger-Malang, Pembangunan Jembatan Bambu pada Solo, serta pembangunan PAUD Nur Hikmat di Tasikmalaya.
Selain itu, ASF-ID juga mengadakan kegiatan yang memantik wacana-wacana alternatif. Contoh kegiatan yang pernah dilaksanakan adalah Workshop Konstruksi Bambu, Pemutaran Film Dokumenter Chile Barrio, Pemutaran Film The Pruitt-Igoe Myth: An Urban Historydi berbagai kota, Diskusi “Arsitektur Partisipatoris: (di mana) Arsitektur, (siapa) Arsitek, dan (apa) Keindahan?”, serta banyak lagi diskusi dan kuliah umum lainnya di berbagai kota.

Acara nonton bareng dan diskusi film The Pruitt-Igoe Myth di ITB, Bandung
Terbuka kesempatan bagi siapa saja yg tertarik bergabung menggunakan ASF-ID, baik sebagai relawan juga donatur. Untuk mempelajari aktivitas-kegiatan modern ASF-ID silakan mengunjungi media sosial yg tercantum berikut.
Kunjungi ASF-ID
Website: http://asf.Or.Id
Meniti Batas: http://blog.Asf.Or.Id
Page: http://facebook.Com/asfindonesia
Hubungi ASF-ID
jakarta@asf.Or.Id
bandung@asf.Or.Id
malang@asf.Or.Id
semarang@asf.Or.Id
3. Praksis - Studio Perencanaan Partisipatif dan Kajian Pembangunan (Bandung)
Praksis adalah studio perencanaan partisipatif dan kajian pembangunan yang berbentuk yayasan, berkedudukan pada Bandung. Praksis mempunyai penekanan pada 3 jenis aktivitas: pendampingan warga , konsultasi kepada kawan-mitra yang membutuhkan, dan riset aksi. Ada pula program-program lain seperti pembinaan & diskusi mengenai isu-isu partisipatif & pembangunan di rakyat.

Pertemuan lapangan Kelas Informal Praksis: presentasi output pemetaan dengan peserta & warga .
Yayasan Praksis didirikan oleh beberapa mahasiswa dan mahasiswi Arsitektur ITB pada tahun 1997. Pada masa itu, terutama pasca lengsernya Presiden Soeharto, salah satu isu utama yang dirasa para pendiri harus digarap adalah isu pemberdayaan masyarakat. Pendampingan pertama yang dilakukan adalah program pendampingan pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Otto Iskandar Dinata, Bandung pada 1997-2000. Dilaksanakan program untuk membantu PKL agar bisa tetap berjualan tetapi tidak saling merugikan dengan pihak lain. Solusi yang dihasilkan berbentuk kesepakatan desain. Desain tersebut lalu diimplementasikan oleh para PKL. Akan tetapi, di periode pemerintahan yang selanjutnya PKL tetap digusur. Setelah tahun 2000-an, Praksis sempat mengalami kekosongan kegiatan sebelum mulai aktif lagi di 2010 hingga sekarang.
Nilai-nilai dasar yang diperjuangkan Praksis dalam kegiatannya adalah terbentuknya kesadaran manusia yang selaras antara diri sendiri, masyarakat luas dan alam. Pemetaan partisipatif dan kajian pembangunan secara prinsip adalah salah satu tools untuk membantu mengembangkan kesadaran manusia itu sendiri. Praksis percaya bahwa jika manusia sudah sadar dan bisa menyelaraskan antara diri, masyarakat dan alam, maka pembangunan yang baik pun bisa terjadi.
Salah satu penekanan program Praksis kini adalah pendampingan di wilayah RW 05, Kelurahan Cibangkong, Bandung. Program ini sedang dalam proses mengusahakan prototip sistem liputan berbasis data yang didapat berdasarkan pemetaan partisipatif beserta rakyat. Harapan berdasarkan program ini adalah supaya pembangunan yg dilakukan rakyat RW 05 mampu sinkron menggunakan data-data riil di lapangan. Pembangunan permanen berjalan sinkron data lapangan, nir bergantung pada pergantian periode pemerintahan atau rezim.

Pemetaan partisipatif beserta rakyat RT 03/RW 05 Cibangkong, Kota Bandung
RW 05 Cibangkong sendiri adalah wilayah strategis yg terletak pada belakang tempat Trans Studio Mall. Wilayah memang sempat dirancang ke pada sebuah masterplan kawasan usaha. Tanah rakyat pun ditawar buat pembangunan apartemen & lainnya. Beberapa rakyat menjual tanahnya dengan harga yang relatif tinggi dan pindah ke lokasi lain. Tetapi mereka permanen bekerja pada wilayah Cibangkong, sebagai akibatnya mereka pulang-pulang setiap hari buat bekerja. Pada akhirnya, beberapa rakyat pun balik ke Cibangkong & menyewa rumah.
Praksis memandang, rumah atau papan nir sanggup terpisah dari kehidupan manusia. Rumah menjadi ruang itu sendiri terhubung dengan proses produksi ekonomi & sosial. Rumah harus dicermati secara integral ke aspek-aspek lain di kehidupan insan. Salah satu perkara mendasar di proses pembangunan sekarang adalah penekanan yang hanya melihat dalam aspek fisik atau nilai tanah saja. Selain kasus ekonomi & sosial, pembangunan juga harus menyesuaikan sumber-sumber daya alam yg ada.
Untuk berkontribusi di Praksis, siapa saja sanggup menghubungi hubungan atau akun sosial media yg tercantum. Praksis juga terbuka buat dikunjungi di alamat kantor Jalan Tubagus IV no. Lima, Bandung. Kontribusi sanggup berupa donasi, energi dan pikiran, ataupun sebagai pemberi saran dan inspirasi. Terbuka juga kesempatan buat pemagang yang tertarik dengan isu-isu yang digarap.
Kunjungi Praksis
Facebook: Praksis Indonesia
Hubungi Praksis
Ahmad Syaiful: 0815-6035-164
Okie Fauzi Rachman: 0815-6353-3091
4. Paguyuban Kalijawi (Yogyakarta)
Paguyuban Kalijawi merupakan perkumpulan kelompok-kelompok warga yang bermukim di bantaran sungai Gajah Wong dan Winongo, Yogyakarta. Sebelum Paguyuban Kalijawi terbentuk, terselenggara kegiatan pemetaan partisipatif oleh ArkomJogja di dua kampung bantaran sungai Winongo dan Gajah Wong. Dari kegiatan tersebut, terkumpul potensi serta permasalahan kampung yang diaudiensikan bersama kepada pemerintah. Masalah yang sama-sama dirasakan oleh warga bantaran antara lain: rumah tidak layak huni, status tanah informal, hingga masalah sanitasi dan sampah.
Akhirnya, warga yg terkumpul bersepakat membangun Paguyuban Kalijawi mulai Juli 2012. Kini Paguyuban Kalijawi mencakup 21 gerombolan aktif di 14 kampung bantaran Sungai Winongo dan Gajah Wong. Paguyuban ini sekarang mempunyai 7 divisi acara: permukiman, ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial-kemasyarakatan, advokasi-jaringan, dan kesekretariatan.
Kegiatan Paguyuban dimulai menurut mengajak masyarakat bantaran sungai menuntaskan perkara yg urgen berdasarkan hasil pemetaan dengan cara menabung berkelompok. Masalah urgen tadi merupakan tempat tinggal yg tidak layak huni. Warga yg tergabung lantas membangun grup berisikan 10 orang. Setiap orang mewakili satu keluarga, menyisihkan Rp 2.000 per hari. Sehingga pada 2 bulan terkumpul Rp 1.200.000 berdasarkan semua anggota.

Kelompok berkumpul buat melaksanakan pemetaan kasus dan potensi serta merencanakan banyak sekali hal mengenai kampung.
Lalu dana tersebut bergulir setiap dua bulan sekali selama 20 bulan, ditambah dengan dana stimulan menurut ArkomJogja, buat acara renovasi tempat tinggal . Para anggota kelompok pun memetakan prioritas pemugaran rumah, sehingga dana tersebut bisa bermanfaat menggunakan baik. Selain swadaya anggota, mereka pun mencari asal daya lain di luar Paguyuban Kalijawi. Dalam 10 bulan, terjadi renovasi buat 165 tempat tinggal . Di luar itu, ada 4 gerombolan masyarakat yang secara khusus menabung buat perbaikan talud sungai atau menciptakan balai rakyat.
Setelah itu, kelompok tabungan permanen berjalan. Dana Pembangunan Komunitas yang terkumpul digulirkan kembali menggunakan peruntukan yg lebih luas selain permukiman seperti buat ekonomi, kesehatan, pendidikan, bahkan kebutuhan khusus buat terbebas menurut hutang dengan bunga tinggi.
Sementara program pemetaan permukiman tetap berkembang hingga kampung lain. Hasil pemetaan pun pernah mempengaruhi kebijakan pemerintah. Salah satunya ketika warga Pringgodani, Mrican di bantaran Sungai Gajah Wong dapat terbebas dari wacana penggusuran permukiman kumuh di tahun 2016 dengan konsep perencanaan Mundur, Munggah, Madep Kali (M3K) atau Mundur, Naik dan Menghadap Sungai.

Paguyuban Kalijawi & ArkomJogja menerima kunjungan mahasiswa S2 Master of Human Rights and Democratization, FISIPOL UGM di Kampung Tegal RT 38/RW 08, Pakuncen, Yogyakarta. (Maret 2018, Sumber: Instagram @paguyuban_kalijawi)
Tujuan akbar Paguyuban Kalijawi merupakan hak bermukim. Hak bermukim yang dimaksud bukan berarti bangunan fisik rumah, namun lebih luas dan fundamental meliputi keamanan & ketenangan bermukim, dan terwujudnya masyarakat yang harmonis, cerdas, & sehat. Paguyuban Kalijawi mengupayakan serasi keluarga, menggunakan alam & bernegara dalam acara-programnya.
Ke depan, Paguyuban Kalijawi mempunyai mimpi yang lebih besar . Di antara masalah ketidakadilan kepemilikan tanah, harga tanah meroket tinggi, sampai program pemerintah yg susah diakses warga informal, Paguyuban Kalijawi bermimpi akan keamanan bermukim. Di lahan informal bantaran sungai, Paguyuban Kalijawi mencoba memenuhi kewajiban & mengikuti regulasi agar nir terjadi penggusuran. Cita-cita besar selanjutnya merupakan menabung bersama untuk membeli lahan komunal.
Semangat Paguyuban sangatlah besar untuk memetakan tanah potensial di pinggiran kota dan mencari skema dana di jaringan-jaringan seperti credit union. Dalam mimpi tinggal secara komunal, diharapkan terbangun permukiman yang layak huni, sehat, dengan masyarakat yang baik. Kepemilikan secara kolektif mendorong para pemilik lebih melindungi aset. Kasus penggadaian sertifikat hingga hilangnya aset kepemilikan tanah dapat dihindari.
Selain itu, Paguyuban Kalijawi juga mendorong anggota komunitasnya untuk belajar. Di antaranya pernah dilakukan lokakarya belajar acupressure hingga pembuatan jamu. Jika anggota Paguyuban menerima kenyataan paling pahit, yaitu tergusur dan kehilangan pekerjaan karena itu, anggota punya kemampuan untuk bisa bekerja mandiri dan memiliki perencanaan untuk menjadi ahli di bidang tertentu.

Paguyuban Kalijawi bekerja sama menggunakan Warga Pringgodani RW 08 menyelenggarakan Bakti Sosial memperingati Hari Habitat menggunakan tema: 'Kesehatan cara lain adalah salah 1 cara cerdas masyarakat Kalijawi pada mencapai terwujudnya pemukiman sehat nyaman dan berkualitas" (8 Oktober 2017, Sumber: Instagram @paguyuban_kalijawi)
***
Paguyuban Kalijawi membuka kesempatan buat kontribusi kepada siapa saja yang tertarik ingin berkegiatan juga belajar bersama.
Kunjungi Paguyuban Kalijawi
Facebook: Paguyuban Kalijawi
Instagram: @paguyuban_kalijawi
Email: paguyubankalijawi@gmail.Com
Hubungi Paguyuban Kalijawi
Atik (Sekretaris): 0838-1610-5939
Ainun (Divisi Advokasi-Jaringan): 0818-0426-0626