Oleh: Deta Ratna Kristanti
Apa kegiatan yg Anda bayangkan akan Anda lakukan saat Anda mencapai usia 60 tahun? Atau ketika Anda sudah pensiun menurut pekerjaan Anda ketika ini?
 |
Foto Ibu Susen - dengan talas raksasa di Tahura |
Sambil membayangkan, penulis mengajak Anda menemui sosok seorang ibu berusia 61 tahun yang masih aktif berkegiatan di berbagai tempat. Ibu Susann Suryanto, biasa dipanggil Ibu Susen, dulu berprofesi sebagai Dosen di Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran hingga pensiun 8 tahun yang lalu. Ibu Susen juga merupakan pendiri Perhimpunan Insan Kreatif dan Pecinta Lingkungan (PIKPL) Semanggi, sebuah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan. Saat ini, ibu Susen aktif sebagai penasehat di Perkumpulan Pecinta Tanaman di Kotamadya Bandung, Ketua 1 di Ikatan Perangkai Bunga cabang Jawa Barat serta beberapa kegiatan lainnya. Aktivitas lain yang sedang dikerjakan Ibu Susen saat ini adalah menyusun Buku 101 Pesona Pohon di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda Bandung, berdasarkan penelusuran/ identifikasi terhadap 112 tanaman di Tahura yang dilakukannya pada tahun 2013. Ibu yang selalu antusias bercerita ini juga memproduksi beberapa makanan tanpa
monosodium glutamat (MSG), pengawet, pemanis dan perasa buatan. Ibu Susen memproduksi makanan sehat setelah di’
curhat’i beberapa kawannya yang kesulitan menemukan makanan sehat saat makan di luar rumah. Ibu Susen lalu berkesimpulan bahwa kalau ingin aman makan makanan sehat berarti makanannya perlu diproduksi sendiri. Maka kemudian Ibu Susen memutuskan untuk membuat makanan sehat.
Punya Hobi Seawal Mungkin
 |
Foto Ibu Susen - menggunakan Kriuk |
(produk kuliner sehat)Dalam ceritanya pada KAIL, Ibu Susen menuturkan bahwa beliau memiliki banyak hal yg ia senangi buat dikerjakan. Tetapi 2 hal yg paling dia senangi merupakan aktivitas yg berhubungan dengan tumbuhan dan mengolah. Menurut Ibu Susen, hobi memasak telah dia geluti semenjak usang. Hampir setiap ia menerima kesempatan berkunjung dan mencicipi kuliner berdasarkan banyak sekali wilayah atau menemukan makanan baru, beliau akan bertanya atau mereka-reka bumbunya, lalu mencobanya sendiri di tempat tinggal . Karena hobinya itu, Bu Susen terbiasa buat membuat kuliner sendiri sesuai menggunakan keinginannya. Tentunya, termasuk makanan sehat & bergizi. Ibu Susen pun bahagia jika bisa membuatkan kuliner sehat bagi famili, kerabat maupun teman-sahabatnya. Baginya, mengembangkan makanan sehat adalah bagian menurut tujuannya menularkan kebiasaan hidup sehat.
Hobi Ibu Susen yang ke 2 herbi flora. Ini merupakan hobi yang sangat ia senangi, karena rasa cintanya yg besar terhadap tumbuhan. Ibu Susen tidak hanya mengagumi dan merawat flora, namun jua mencari tahu nama Latin (nama ilmiah yang berlaku pada seluruh global) serta kegunaan tumbuhan-tumbuhan yg dia jumpai. Ibu Susen menuturkan, setiap ia melewati hutan atau jalan dengan poly tumbuhan, ia selalu merasa ditemani sang flora-tanaman yang dijumpainya.
Sejak kapan Ibu Susen mempunyai hobi mengulik & merawat tumbuhan? Ternyata, sejak kecil Ibu Susen telah mulai menyenangi kegiatan menanam & berkebun. Ini lantaran ayahnya senang menanam banyak sekali flora & Ibu Susen senang ikut ayahnya berkebun. Di rumahnya, ayah berdasarkan Ibu Susen menanam & merawat berbagai jenis tanaman , antara lain pohon loquat, jambu mawar, belimbing, pandan, bunga soka, delima, suji, cokelat, bunga cempaka gondok, bunga cempaka pisang, apel, kucai, mawar, laos, sirsak, delima, cengkeh, dan bumbu-bumbu dapur. Dengan begitu poly tumbuhan pada kebunnya, Ibu Susen jadi memahami & sanggup belajar rupa dari macam-macam flora itu, meskipun waktu itu dia belum memahami namanya. Ketika belajar pada perguruan tinggi, barulah Ibu Susen belajar nama-nama Latin dari flora-flora yang dia kenali semenjak kecil. Ibu Susen bersemangat sekali belajar nama-nama Latin flora lantaran akhirnya ia bisa mengetahui nama dan kegunaan tanaman -tanaman yg ia kenali semenjak mini tadi. Sangking bersemangatnya, ketika berangkat kuliah dulu, Ibu Susen berjalan berdasarkan rumahnya pada Jalan Mundinglaya, Bandung ke kampus pada Jalan Dipati Ukur sembari menghafalkan nama-nama Latin dari pohon-pohon yang dia temui pada sepanjang jalan. Benar-benar hobi ya!
Seperti yang dituturkan kepada KAIL, Ibu Susen berpendapat bahwa aktivitas-aktivitas yang berpotensi menjadi hobi harus dikenalkan sejak dini dan secara total. “Contohnya, ketika anak belajar berkebun, ya biarkan anak itu kotor-kotoran. Ya, itulah alam. Terlibatlah, karena itu sesuatu yang nyata” kata Bu Susen. Tidak selalu pula, hobi mesti dikembangkan lewat kursus atau les. “Saya tidak pernah kursus. Dapat membuat sesuatu yang indah, misalnya , membuat landscape, itu keluar dari diri saya sendiri, setelah lama saya menekuni (hobi). Karena saya tahu, oh karakter tanaman jenis ini cocoknya ditaruh di ruangan, karakter tanaman ini harus kena sinar matahari, karakter tanaman ini harus dekat jendela. Karena saya betul-betul jadi kenal (tanaman) seperti sahabat. Ya, saya menganggap tanaman-tanaman itu sahabat saya,” cerita Ibu Susen.
Alangkah Menyenangkan Punya Pekerjaan Sesuai Hobi
Hobi digambarkan Ibu Susen sebagai aktivitas yang disukai, dan ketika mengerjakannya, orang yang memiliki hobi tersebut tidak memiliki beban. Malahan dari hobi yang kita kerjakan, kita memperoleh input yang positif untuk diri kita, misalnya perasaan senang, semangat, dan antusias. Dalam perjalanan hidupnya, Ibu Susen juga bertemu dengan banyak orang, bahkan aktivis, yang tidak memiliki hobi, dan ini menjadi keprihatinan Bu Susen. Menurut Ibu Susen, orang-orang ini biasanya masih menjadi pengikut (followers) saat mengerjakan aktivitas tertentu, dan bukan menekuni sesuatu karena kecintaan yang tumbuh dari hatinya. Misalnya saja, aktivitas yang dilakukan adalah karena tuntutan pekerjaan atau kebutuhan dari tempat kerjanya saat itu. Tapi sebetulnya kalau orang itu mau membuka diri, mungkin bisa jadi hobinya tersebut menjadi aktivitas yang ia lakukan selama hidupnya, yang menyenangkan dan bisa dikembangkan seumur hidupnya. Jadi ketika memasuki masa pensiun, aktivitas hobi tersebut bisa ia kembangkan, memberikan inspirasi dan semangat untuk dirinya. Ibu Susen sendiri merasa prihatin dengan sebagian kawan lamanya yang dulu terlihat begitu aktif dan eksis di pekerjaannya, namun ketika pensiun mereka merasa kehilangan segalanya dan tidak tahu harus berbuat apa sekarang karena pekerjaan itu sudah dihilangkan. “Saya meragukan kecintaan mereka pada apa yang mereka geluti semasa bekerja dulu. Mungkin hanya karena tuntutan pekerjaan. Sekarang mereka tidak tahu harus berbuat apa. Sangat menyedihkan, kan.”
Dari pengalaman sahabat-temannya itulah, Bu Susen beropini, seorang wajib mempunyai hobi. Karena hobi adalah sesuatu yg inheren dengan diri orang tadi. Ya memang mungkin ketika masih bekerja, ketika buat melakukan hobi itu terbatas. Tetapi saat seorang memasuki usia pensiun, hobi itu bisa menjadi sesuatu yang mengisi dirinya. ?Lantaran hidup manusia perlu diisi dengan sesuatu yg berarti. Berarti bagi dirinya, bagi orang lain, dan makhluk lain. Sehingga orang merasa ?Aku terdapat artinya?. Tanaman-tanaman yg kuurus, saat kurawat menggunakan penuh kecintaan dan tumbuh subur, dia pulang menaruh semangat kepadaku.?
?Menurut aku , memang yg paling ideal itu, sebaiknya orang itu bekerja di hobinya, dan hobinya mampu menghasilkan buat kehidupannya. Tapi hati-hati pula, kadang lantaran ambisinya, banyak permintaan yang herbi karya menurut hobinya, kemudian orang sanggup jadi kejenuhan & kehilangan apa yg tadinya dirasakan latif berdasarkan hobinya itu ya,? Tambah Ibu Susen.
Hobi buat Berbagi
Ibu Susen mengajak orang-orang untuk memiliki hobi sepanjang usianya. “Jadilah lansia yang produktif,” pesannya pada rekan-rekan sebayanya. Menurut Ibu Susen, dengan tetap merawat hobi, orang yang sudah pensiun pun bisa berbagi dengan temannya. Bisa membagi hasil dari hobinya, ataupun ilmunya. Berbagi hobi bisa mengisi waktu para pensiunan dengan sesuatu yang bermakna. Bagi Ibu Susen, kita dapat berbagi hobi, ataupun menjadikan hobi sebagai media untuk berbagi. Misalnya ketika kecil, Ibu Susen memiliki hobi mengumpulkan perangko. Tetangganya pun demikian. Di waktu-waktu tertentu, mereka bertemu untuk bertukar perangko. Dengan kegiatan tukar-menukar perangko, ada berbagai hal yang bisa dibagi, misalnya pengetahuan dan rasa pertemanan. Demikian juga dengan tanaman. Di rumahnya yang tak berlahan, Ibu Susen membangun vertical garden dengan menjepitkan pot-pot tanaman pada jalur-jalur besi yang didesainnya sendiri. Model vertical garden semacam ini ternyata menginspirasi teman-teman Bu Susen yang datang ke rumah untuk membuat model yang serupa. Dengan posisi rumah Bu Susen yang juga berada di pinggir jalan, masyarakat umum juga dapat dengan mudah mendapat ide menanam dengan memanfaatkan ruang sempit seperti yang dilakukan Ibu Susen. Di Perkumpulan Pecinta Tanaman, Ibu Susen dapat berbagi tanaman yang ia punya kepada teman-temannya sesama anggota dan juga sebaliknya.
Hobi sebagai Gerakan buat Perubahan
Selain untuk berbagi, hobi juga dapat menjadi gerakan untuk membawa perubahan. Sebagai contoh, Bu Susen membuat vertical garden di rumahnya dengan dua tujuan. Yang pertama, menyaring debu-polusi udara dan polusi suara, terutama dari asap dan suara kendaraan bermotor yang lalu lalang di depan rumah. Kedua, memberi inspirasi pada orang-orang yang melihat vertical garden tersebut, terutama untuk orang-orang yang tidak punya lahan. “Tidak usah masyarakat menanam tanaman hias seperti saya, kalau masyarakat mau menanam sayur-sayuran dalam pot, saya kira yang seperti ini bisa cukup untuk konsumsi satu keluarga, tanpa harus membeli ke pasar,” ujar Ibu Susen. “Saya kira, sekarang mulai banyak juga yang membuat vertical garden di RT dan RW mereka. Ini bisa jadi satu gerakan sosial.”
 |
Foto Ibu Susen - Vertical Garden3 |
Selain menginspirasi lewat rancangan
vertical garden, dari hobinya yang sudah menghasilkan pemetaan dari 112 tanaman hutan di Tahura dan akan segera dibukukan, Ibu Susen berharap dapat mendorong generasi muda untuk mengenal kekayaan pohon-pohon di Tahura dengan bantuan para regulator dan pendidik. Lebih jauh lagi, Ibu Susen ingin tanaman-tanaman yang ada di Tahura tidak hanya dikenal oleh masyarakat Bandung dan Jawa Barat, namun dapat menjadi aset nasional. Karena itu Ibu Susen sedang mengusahakan supaya dilakukan perbanyakan atas tanaman-tanaman tersebut. “Kegunaan dan khasiat pohon-pohon ini luar biasa. Terhadap tanaman ini bisa dilakukan perbanyakan dengan cara konvensional maupun modern dengan
tissue culture (kultur jaringan). Harapannya, tanaman-tanaman ini bisa dibagikan ke daerah-daerah di provinsi di seluruh Indonesia, sehingga masyarakat luas dapat memanfaatkannya untuk kehidupan mereka. Sebagai contoh, ada sekitar 80% tanaman yang saya petakan adalah zat pewarna alami. Di daerah NTT yang menghasilkan tenunan, zat pewarna alami ini bisa sangat dibutuhkan, sebab saat ini tenunan di sana sudah mulai diracuni dengan zat pewarna sintetik. Itu karena mereka tidak memiliki bahan. Ketika saya berkunjung ke salah satu daerah di NTT, untuk pewarna alami mereka hanya bisa bergantung dengan bahan yang ada di halaman rumahnya. Kalau kita dapat mendorong bupati atau pemerintah daerah agar membuat lahan-lahan pinggir jalan menjadi
arboretum, maka kita bisa menanam mengkudu, misalnya, yang merupakan pewarna coklat alami. Saya kira akan memudahkan rakyat untuk mencari bibitnya. Membuat
arboretum pewarna alami yang dibutuhkan masyarakat NTT. Saya kira begitu,” tutur Ibu Susen. Ibu Susen juga melihat bahwa hasil hutan seperti biji dan serat tanaman dapat memberi inspirasi kepada para generasi muda untuk menghasilkan karya-karya kreatif yang mendunia.
Bagi sosok Ibu Susen, menjalankan hobi memang bukan sekadar pengisi saat senggang yg menyenangkan. Lebih jauh, hobi kita bisa berkembang sebagai pandangan baru, menjadi gerakan buat perubahan besar , bahkan pada skala dunia. Ibu Susen menekankan pada hobi menjadi aktivitas yang dikerjakan menggunakan hati. Sebab jika dikerjakan menggunakan hati, segala aktivitasnya akan total dan dalam. ?Sebab hati punya akalnya sendiri, yang akan sanggup berkembang ke mana-mana,? Ujarnya. Di mata Ibu Susen, seseorang pelaku hobi memang sepantasnya adalah aktivis, yang akan merawat dan menyebarkan kegiatan hobinya dengan tidak putus-putus, buat membuatkan serta memberi manfaat yg semakin akbar bagi global.
***