Tampilkan postingan dengan label Proaktif-Online Desember 2012. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Proaktif-Online Desember 2012. Tampilkan semua postingan

Jumat, 10 Juli 2020

[JALAN-JALAN] Menengok Dapur Relawan YPBB

Sejak pertama kali didirikan, YPBB sebagai organisasi non-profit berbasis relawan, melibatkan banyak peran relawan hampir di dalam setiap kegiatannya. Mereka yang jadi garda depan YPBB ini mendedikasikan waktu dan tenaganya, bahu membahu merealisasikan cita-cita bersama tentang kualitas hidup manusia yang baik, dengan memperbaiki kualitas lingkungan alamnya. YPBB melihat ini sebagai satu dari beberapa titik kampanye hidup organis yang sejalan dengan visi dan misi YPBB. Karena itulah Divisi Relawan dibentuk.  Saat ini divisi relawan YPBB dikelola oleh dua orang staf dengan total jumlah rata-rata jam kerja sebesar 40 jam efektif/bulan.


Dokumen YPBB


Pertemuan Relawan buat Revisi Katalog Diet Karbon, bertempat pada selasar kampus ITB

Bagi YPBB, relawan bukan sekedar orang-orang tambahan yg membantu lancarnya aktivitas. Mereka adalah mitra utama dalam pencapaian visi & misi YPBB. Sementara bagi relawan, banyak manfaat yang mereka dapatkan dengan berkegiatan beserta YPBB. Dari mulai menerima kesempatan penyaluran kepedulian terhadap lingkungan hidup secara efektif sesuai minat, kemampuan, dan saat yang dimiliki, kesempatan pengembangan kapasitas diri dalam usaha penyelamatan dan pelestarian lingkungan hayati, kesempatan bertemu dan berkenalan dengan orang-orang yg satu visi tentang lingkungan hidup dan ikut serta dalam kegiatan seru yang bermanfaat.



Dokumen YPBB


Para relawan peserta uji coba pelatihan pemanasan global, kantor Cigadung

Dokumen YPBB


Para relawan pada pameran Envirovolution, Lapangan Kampus ITB, Bandung

YPBB berperan sebagai penyelenggara aktivitas dan mengklaim relawan bisa mengontribusikan yang terbaik menurut tenaga dan saat yg sudah disediakannya. YPBB akan menangani segala urusan administrasi, operasional dan konseptual.


Beberapa layanan yang diberikan oleh YPBB kepada berupa pendaftaran melalu media online: dan offline. Informasi kegiatan secara berkala melalui berbagai media seperti: pertemuan rutin relawan, email, situs jejaring sosial (facebook, twitter dan blog) dan SMS (Short Message Service). Juga diberikan fasilitas pelatihan untuk menunjang efektivitas berkegiatan. Layanan pencatatan berbagai aktivitas relawan juga diberikan sebagai salah satu bentuk rekognisi. Catatan tersebut akan dikompilasi dan didokumentasikan dalam bentuk sertifikat. Pembagian sertifikat biasanya dilakukan setahun sekali pada pertemuan relawan tahunan.     Untuk peranan relawan tertentu, dibuatkan juga surat kesepakatan kerja sama antara YPBB dengan relawan. Pada kegiatan yang intensitasnya relatif tinggi dan menuntut tanggung jawab, relawan bisa mendapatkan dukungan dana transportasi. Dalam setiap kegiatan, YPBB senantiasa berupaya menyediakan konsumsi bagi para relawan. Bentuk fasilitas konsumsi pada setiap kegiatan didasarkan pada waktu dan durasi kegiatan, serta alokasi dana yang sudah ditentukan dalam kegiatan tersebut.



Dokumen YPBB


Seorang relawan mendemonstrasikan pembuatan kertas siklus ulang, di Taman Cilaki, Bandung

YPBB dalam setahun terakhir ini (2011-2012) melibatkan relawan dalam aneka aktivitas YPBB menjadi relawan notulis, tim kampanye #ZeroWaste (salah satunya relawan trainer), relawan reporter, relawan EO (dokumentasi, konsumsi, alat-alat). Perkembangan teknologi kini membantu menjembatani peran relawan yang nir bisa hadir secara fisik pada aktivitas tetapi sangat ingin ikut terlibat dalam aktivitas YPBB seperti dalam acara kegiatan relawan penerjemah.



Dokumen YPBB


Para relawan YPBB mendata ATK kantor yang bisa dipakai balik

Perkembangan jaman menjadi keliru satu tantangan yg dialami sang tim YPBB relawan pada membangun dan memelihara jaringan relawan ini. Dimana ketika ini pola kegiatan kerelawanan sudah jauh tidak sinkron dibandingkan dengan awal YPBB dibangun. Tantangan lainnya adalah membuatkan visi pengelolaan relawan menggunakan staf divisi lain. Kami menjawabnya menggunakan penyediaan SOP pengelolaan relawan dan juga merutinisasi SOP tadi.


Kreatif dan inovatif!


Itulah kunci dari pengelolaan progam relawan YPBB sehingga relawan bisa mengkontribusikan yg terbaik dari energi dan ketika yg sudah disediakannya. Tentunya menuju pencapaian visi YPBB.


Tertarik buat menjadi relawan YPBB:
Daftar pada: http://ypbbblog.Blogspot.Com/p/relawan-2012.Html
Info mengenai YPBB:
Blog: http://ypbbblog.Blogspot.Com/
Facebook: http://www.Facebook.Com/ypbb.Bandung
Twitter: https://twitter.Com/ypbbbdg


(Oleh : Anilawati Nurwakhidin & Tim YPBB)












































[MASALAH KITA] Suka Duka Menjadi Relawan

Jujur, pengalaman aku menjadi relawan tidaklah poly, akan tetapi dari pengalaman yg hanya beberapa itu kemudian aku merasa ketagihan. Mungkin terdengar relatif hiperbola, tapi rasanya benar-benar terdapat kepuasan tersendiri ketika tahu bahwa sedikit saja bantuan kita ternyata mampu meringankan beban orang lain. Dan nyatanya tidak semua orang bisa mengerti akan situasi itu apabila tidak merasakannya sendiri.
Beberapa teman dekat saya bilang “Ngapain sih kamu capek-capek kerja buat orang lain tapi gak dibayar?” Padahal sebenarnya saya mengharap sesuatu yang lain dari hanya sekedar materi. Saya ingin mendapat berbagai pengalaman dan ilmu baru, punya banyak teman baru untuk saling berbagi, bahkan kesempatan terekspos dengan segala hal yang belum pernah saya jumpai sebelumnya. Hidup itu, kan, bukan hanya tentang uang, semua ini membuat saya lebih bersyukur dan menghargai hidup.

Bagi saya, menyumbangkan ketika, energi & pikiran menggunakan menjadi relawan merupakan keliru satu upaya buat ekspresi selain hobi. Apabila hobi hanya terkait dengan urusan pada pada diri sendiri, kerelawanan mengondisikan kita buat berhubungan dengan orang lain. Ini krusial lantaran manusia adalah mahluk sosial. Tetapi, jika siap menjadi relawan juga harus siap menghadapi cermin sosial yang berkembang pada masyarakat lebih kurang kita. Orang-orang terdekat seperti famili, teman atau tetangga sanggup saja memberi komentar negatif terhadap pilihan sebagai relawan. Kadang, tanggapan kurang menyenangkan pula datang dari pihak yg kita bantu secara sukarela. Tapi sepanjang niat kita baik & nir merugikan orang lain, terbukti selama ini saya selalu sukses dan menerima kebahagiaan menggunakan sebagai relawan.
Saya masih jangan lupa pada athun baru 2012, saya bertemu seseorang bapak dari Australia bernama Chris Hindes. Beliau menuturkan bahwa, sebagai relawan sudah memberikan kepuasan batin di masa tuanya, setelah di masa belia beliau sibuk sebagai pekerja kantoran hingga nir menyadari putrinya tiba-datang saja sebagai dewasa kemudian menikah dan meninggalkan ayahnya. Cerita ini menyadarkan saya bahwa menjadi relawan itu termasuk kebutuhan tiap orang, bahkan bagi para karyawan yg bekerja menggunakan rutinitas.


Testimoni beberapa teman yang pernah atau masih menjadi relawan menyatakan hal yang sama menggunakan pada atas, yaitu menjadi berikut :
“Menjadi volunteer itu menyenangkan. Karena bisa bertemu orang baru, berjumpa orang dengan pemikiran baru. Bisa mempelajari cara pandang yang berbeda maupun ilmu baru. Kita bisa ketemu orang dengan background yang berbeda, jadi bisa belajar.” Menurut Puput, seorang mahasiswi jurusan Psikologi Unpad yang aktif berkegiatan di TedX Bandung.
“Pertama jadi volunteer di tahun 2001, saya menjadi dokter pendamping ke Kalimantan. Sebenernya pada awalnya saya takut, tapi kemudian saya banyak belajar, berinteraksi dengan masyarakat asli. Apalagi wilayah kerja saya di daerah konflik. Saya jadi volunteer yang dikirim ke daerah-daerah konflik di dalam hutan. Saya rasa menjadi volunteeradalah kebutuhan manusia yang paling tinggi tingkatnya. Saya belajar ikhlas dan dengan demikian jadi bahagia. Juga, bisa ketemu temenbaru, belajar hal baru.” Tutur Desmond, seorang mantan relawan daerah konflik yang sekarang bekerja mengurus relawan di museum Asia Afrika Bandung.
Seorang teman yang juga pegiat lingkungan menuturkan, “Dengan menjadi volunteer, kita pun melakukan proses pengembangan diri. Pengembangan diri bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui outbound atau jalan-jalan. Namun, nilai tambah dari volunteeringadalah manfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Daripada ikut outbound dan jalan-jalan, belum tentu bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Bahkan bisa menambah jejak karbon.” Terlihat jelas bahwa kegiatan menjadi relawan apalagi di bidang yang sesuai dengan ketertarikan akan membawa pada kesadaran dan kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan.
Bila kita menengok Kota Bandung yang sekarang menjadi kota dengan segudang aktivitas dan acara hore-horekhas anak muda, fenomena volunterisme ikut menjadi tren seiring meningkatnya jumlah acara tersebut. Banyak yang menyayangkan bahwa “anak-anak gaul Bandung” ikut-ikutan menjadikan kerelawanan sebagai gaya hidup dengan motivasi ingin sekadar “numpang nampang”. Seperti kata seorang teman yang mengatakan bahwa, “Saya berharap makin banyak orang yang tertarik jadi relawan, karena sungguh tertarik dengan tema yang diusung. Bukan jadi relawan di mana-mana tapi tidak jelas apa yang menjadi ketertarikannya.”
Persoalan maraknya “relawan eventdadakan ini juga sempat dibahas juga oleh Anilawati Nurwakhidin, seorang aktivis lingkungan dari YPBB Bandung. Dia mengatakan, “Yang lebih penting adalah semangatnya, bahwa seseorang jadi relawan karena memang dia mau, dan akhirnya tujuan jadi relawannya bisa meningkat dari yang semula ingin tahu, hingga akhirnya dia muncul keinginan untuk memperjuangkan sesuatu. Karena banyak orang yang di awal minatnya ingin nampang, tapi nggak apa-apa, orang-orang seperti itu mesti tetap difasilitasi, nanti pelan-pelan dia akan menyadari bahwa gerakan yang dia lakukan ini memang penting.” Kurang lebih saya setuju dengan pendapatnya, semua hal besar bisa dimulai dari yang kecil.
Jadi apapun motivasi menurut setiap orang sebagai relawan, tidak terdapat salahnya buat mencoba hal baru & menemukan keasyikan pada dalamnya. Dan menurut seluruh orang yang aku temui & pernah menjadi relawan, saya menyimpulkan bahwa mereka mencicipi lebih poly suka cita daripada duka lara selama malang melintang menjadi relawan. Tidak perlu paras mengagumkan secantik Miss Universe, otak seencer bensin, atau sekaya Bill Gates buat menjadi relawan, relatif menggunakan semangat saling menyebarkan, ikhlas & mau mencoba.
(Selly Agustina)













Kamis, 09 Juli 2020

[TIPS] Kesuksesan Seorang Relawan



Sumber foto : http://www.heartsofvolunteers.blogspot.com/


Relawan merupakan profesi yang sangat mulia dimana dia meluangkan saat, tenaga, pikiran, bahkan uangnya buat mendukung aktivitas-kegiatan sosial. Adanya relawan akan membantu terciptanya visi, misi, & tujuan beserta suatu forum atau kelompok tertentu.

Beberapa waktu yang lalu, saya menyebarkan kuesioner onlinekepada pada 100 orang[1], untuk mengidentifikasi peran relawan, dimana terkumpul sejumlah 100 orang responden. Dari keseluruhan responden tersebut, 66 orang pernah menjadi relawan dan 34 orang belum atau tidak pernah menjadi relawan. Oleh karena itu, kami mengasumsikan bahwa  kelompok individu yang menjawab kuesioner yang disebar secara acak ini sebagian besar adalah relawan.


Dari hasil jawaban kuesioner, terdapat banyak sekali latar belakang motivasi dari masing-masing individu ini untuk menjadi relawan. Kebanyakan dari mereka memiliki inisiatif sendiri untuk berperan sebagai relawan. Selain itu, faktor passion dalam diri juga memiliki porsi besar dalam menentukan pilihan hidup sebagai relawan.Passion memiliki peran penting dalam menentukan seseorang memilih suatu kegiatan kerelawanan. Setiap orang memiliki passion-nya masing-masing. Banyak kegiatan, banyak relawan, banyak ide, banyak inspirasi. Dari 66 orang yang pernah menjadi relawan, 55 orang telah ikut kegiatan kerelawanan lebih dari dua kali. Ini artinya menjadi relawan itu adalah sesuatu yang menyenangkan dan menjadi sarana untuk refreshing dari aktivitas sehari-hari.


Pelayanan yg baik akan menciptakan oleh relawan pulang berkegiatan di forum atau kelompok yg sama. Hal ini jua akan menaruh kesempatan kepada relawan buat menggali potensi diri. Pelayanan yg baik, kegiatan yg berguna, hubungan informal yang asyik, akan memberikan kesan positif dalam relawan. Kesan positif ini pasti akan terus menyebar.


Semua sepakat bahwa relawan punya peran penting dalam menyukseskan program. Tanpa relawan, bisa jadi program itu tidak sukses secara internal maupun eksternal.  Pentingnya recognition dan rewardyang diberikan kepada relawan mencerminkan bentuk ucapan terima kasih yang diberikan oleh sang pemilik acara. Bentuknya bisa apapun, tidak ada standar yang baku. Bahkan, bentuk komunikasi informal menjadi bentuk reward yang berharga.


Oleh karena itu, sebagai salah satu bentuk recognition dan reward, maka saya membuat suatu project buku bernama “Hearts of Volunteers” yang bertujuan memfasilitasi relawan-relawan untuk berbagi kepada orang banyak. Mungkin tidak banyak tempat untuk berekspresi dan berbagi kepada orang banyak tentang betapa berharganya relawan.


Tidak ada kriteria yang mendefinisikan kesuksesan seorang relawan. Umumnya seorang relawan itu bekerja dengan hati dan tidak mengejar kesuksesan dalam berkontribusi. Tidak ada relawan yang menyebut dirinya sukses. Kontribusi yang diberikan oleh relawan akan memiliki dampak jika dirasakan oleh orang lain. Orang lain itulah yang merasakan apa yang relawan lakukan. Oleh karena itu, 'kesuksesan' seseorang dalam menjadi relawan, sesungguhnya terletak pada dampak yang dirasakan orang lain atau lingkungan tertentu dimana sang relawan berkecimpung.


Apa yang bisa kita lakukan untuk menjadi relawan adalah bekerja dengan hati, sesuai passion, dan ikhlas. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain kebahagiaan dari orang yang kita bantu. Banyak pengalaman hidup yang akan kita dapatkan  dengan menjadi relawan. Kita sendiri yang lebih tahu diri kita dan apa yang bisa kita kontribusikan untuk membantu orang lain.


Sejak bergabung sebagai relawan pada Yayasan Pengembangan Biosains & Bioteknologi (YPBB), banyak sekali isu tentang tawaran menjadi relawan di banyak sekali forum ataupun komunitas. Sahabat Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat, Berbuka Sambil Ingat Lingkungan 2011, Save Babakan Siliwangi, Kampanye Nasional Diet Kantong Plastik, Forum Hijau Bandung, & masih banyak aktivitas lainnya yang memberikan kesempatan bagi saya pada menambah wawasan mengenai lingkungan. Inilah manfaat dari berjejaring menjadi relawan. Kita akan mengenal lebih banyak orang dengan latar belakang & karakter yang beragam. Sungguh tidak akan rugi sebagai relawan. Relawan memang tidak dibayar, namun mereka justru mendapat poly manfaat ketimbang materi.


Rahyang Nusantara
Penulis adalah ?Volunteer of the Year 2011? Versi Yayasan Pengembangan Biosains & Bioteknologi (YPBB). Penulis juga sedang mengerjakan project kitab ?Hearts of Volunteers?. Buku yang rencananya berisi kumpulan cerita berdasarkan 24 relawan. Info detail kunjungi http://www.Heartsofvolunteers.Blogspot.Com


[1] hasil sanggup saja tidak sinkron dalam kelompok tertentu































[MEDIA] Internet dan Kerelawanan



Rasanya cukup mengherankan bila anak muda masa kini tidak mengenal internet, bahkan rasanya internet telah menjadi kebutuhan atau gaya hidup manusia. Banyak hal yang disediakan oleh internet, terutama berbagai bentuk hiburan dan juga ruang eksplorasi yang tidak ada habisnya. Terlebih setelah media jejaring sosial muncul, seperti Friendster, Facebook, Twitter, dll. Semuanya itu menjadi daya pikat yang menyita waktu banyak orang untuk berkutat di dunia cyber tanpa pernah bosan.


Internet mulai bertindak misalnya ?Warung serba terdapat? Yang menyediakan apa pun bagi orang-orang yang mencari sesuatu. Segala hal yg dapat diubah ke dalam bentuk digital akan tersedia, terlebih sejak fasilitas mesin pencari seperti Google muncul, pencarian warta melalui internet semakin mudah untuk dilakukan.


Kerelawanan adalah salah satu topik yang bisa dicari di dalam dunia internet, seiring dengan adanya kebutuhan untuk mencari kegiatan dan juga nilai-nilai sosial yang ada di dalam diri setiap orang untuk berbagi. Kini orang-orang semakin mudah untuk mencari  kegiatan-kegiatan yang membutuhkan relawan, bahkan katakanlah semakin mudah untuk menjadi relawan.

Dalam situs http://www.worldvolunteerweb.org/dipergunakan istilah online volunteering, yang merujuk kepada kegiatan kerelawanan berbasis komputer dan internet. Mereka memaparkan bahwa kegiatan online volunteering memberikan ruang baru bagi kegiatan kerelawanan di organisasi, kemampuan dan bakat, serta basis relawan yang baru. Online volunteering ini juga membantu mempromosikan organisasi dan misi mereka kepada khalayak yang lebih luas.




Beberapa kegiatan online volunteering yang dipaparkan di dalam www.worldvolunteerweb.orgdi antaranya adalah :
  • Penelitian
  • Penerjemahan
  • Desain web
  •  Analisis data
  • Pembangunan database
  • Menulis proposal
  • Editing artikel
  • Mentoring online
  • Desain publikasi
  • Moderasi kelompok diskusi online


Kegiatan-kegiatan tersebut nir membutuhkan rendezvous secara eksklusif dan bisa dilakukan menggunakan adanya fasilitas personal komputer dan internet. Dengan demikian, mereka yg mempunyai keterbatasan saat & transportasi bisa menyalurkan kebutuhan buat menjadi relawan menggunakan bentuk kegiatan tadi.

Internet telah memperluas bentuk kegiatan kerelawanan dan menjadi sebuah bentuk pelengkap bagi kerelawanan di lapangan (onsite). Kegiatan kerelawanan online seperti ini sudah ada di Indonesia, khususnya di Bandung, salah satunya YPBB yang secara berkala membuka ruang untuk menjadi relawan penterjemah.


Sumber : dokumen YPBB






Gambar di atas merupakan informasi kegiatan kerelawanan onlineyang ditawarkan oleh YPBB dengan mempromosikannya melalui Facebook. Kegiatan kerelawanan online yang ditawarkan masih cukup terbatas, menurut pengakuan Anilawati Nurwakhidin, dikarenakan YPBB masih memfokuskan diri untuk membangun sistem di internalnya. Sejauh ini, kegiatan yang berhubungan dengan relawan adalah menjaga relasi dengan mereka, berupa sapaan di media jejaring sosial. Selain Facebook, YPBB juga memiliki blog dan Twitter yang memiliki fungsinya masing-masing. Secara khusus, blog difungsikan sebagai media pendaftaran bagi para calon relawan, sepanjang tahun 2012 (sampai dengan Agustus 2012) tercatat ada sekitar 200 orang yang mendaftar.


Contoh yang lain adalah Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat Indonesia), yang menawarkan skema kerelawanan online (dapat dilihat di http://yappika.or.id/media/Skema_relawan_online.pdf) dengan beberapa ruang kegiatan sebagai berikut :


  • Penerjemahan bahasa Indonesia-Inggris , Inggris-Indonesia
  • Searching isu untuk mendukung kegiatan riset, advokasi kebijakan dan kampanye
  • Desain dan layout produk cetak maupun cenderamata
  • Memberikan dukungan petisi atas suatu isu yang sedang digulirkan
  • Menyebarluaskan informasi
  • Memberikan dukungan berupa opini dalam sebuah artikel
  • Memberi saran dan masukan melalui email atau pada kolom ‘interaktif’ di situs Yappika
  • Memberikan donasi
-
Skema ini mulai ditawarkan semenjak tahun 2006, sebagai pengembangan dari  skema kerelawanan onsite yang digarap secara serius pada tahun 2003. Dengan adanya kerelawanan online ini, Yappika mengatasi kendala geografis bagi mereka-mereka yang ingin terlibat dalam kegiatan Yappika.


Internet dalam beberapa tahun terakhir di satu sisi telah menunjukkan manfaatnya dalam memperluas ruang bagi orang-orang dalam kegiatan kerelawanan. Sebagaimana sebuah penelitian yang dilakukan oleh Molly O’Rourke dan Greg Baldwin pada tahun 2004[1]terhadap situs www.volunteermatch.org tentang bagaimana internet telah mengubah kerelawanan.


Situs VolunteerMatch.Org merupakan situs yang menyediakan layanan bagi para calon relawan buat menemukan ruang kerelawanan dan bagi organisasi-organisasi non-profit untuk menemukan relawan yang tepat buat organisasi mereka. Penelitian ini melibatkan sebesar 1122 orang pengguna VolunteerMatch.Org & 996 organisasi non-profit.

Dari penelitian ini galat satu temuannya merupakan organisasi non-profit menganggap kekuatan internet sebagai strategi rekrutmen relawan merupakan yg terbaik nomor 2 selesainya penyampaian mulut. Kekuatan internet semakin menguat sesudah teknologi mampu membuat indera komunikasi portabel yg terhubung menggunakan internet, lihat saja ponsel-ponsel yg memiliki akses internet menggunakan biaya terjangkau. Hal ini berdampak pada penggunaan internet yg melampaui batas ruang & saat, orang-orang bisa terhubung kapan saja dengan internet.







Dari penelitian tadi, kita bisa melihat bagaimana orang-orang (baik pihak relawan maupun organisasi pengguna) sebagai semakin gampang untuk menemukan apa yang mereka butuhkan. Para calon relawan lebih mudah menemukan gosip spesifik yang sebagai preferensi, ad interim organisasi pengguna lebih gampang menemukan relawan sesuai dengan spesifikasi yg dibutuhkan.


Bidang kerelawanan yg paling banyak digeluti oleh para relawan adalah bidang anak-anak & orang belia, diikuti dengan bidang satwa. Selain itu, menurut segi jenis kelamin, 84% berdasarkan pengguna situs adalah wanita. Sedangkan menurut segi usia, 50% pengguna berusia di bawah 30 tahun. Hal ini mungkin memperlihatkan bahwa minat kerelawanan lebih poly masih ada dalam perempuan muda.

Tentunya hasil dari penelitian ini tidak dapat dikatakan bersifat umum, tapi kita dapat mengambil inspirasi untuk diadaptasi dan diterapkan di dalam organisasi masing-masing. Setidaknya penelitian itu mengantarkan kita pada eksplorasi yang masih terus berlangsung terhadap fungsi dan peran internet dalam kerelawanan. Di Indonesia, mungkin kesadaran untuk memanfaatkan internet dalam kerelawanan belum begitu tinggi, pandangan ini diamini oleh Anilawati Nurwakhidin. Namun hal ini justru menunjukkan besarnya potensi pemanfaatan internet untuk kerelawanan di waktu yang akan datang. Bagaimanapun juga, internet tidak berarti menggantikan pertemuan tatap muka, dalam bahasan ini, online volunteering tidak bermaksud menggantikan onsite volunteering. Kedua kegiatan itu saling melengkapi dan diperlukan untuk mendukung kinerja organisasi dalam mencapai visi-misi.
(David Ardes Setiady)


[1] Dari The Journal of Volunteer Administration - How the Internet has Changed Volunteering: Findings from a VolunteerMatch User Study, Vol.22, No.3, 2004


























































[OPINI] Pentingnya Relawan Bagi Gerakan Sosial

Selain organisasi dan jaringan, ada satu faktor lain yang berpengaruh bagi munculnya sebuah gerakan sosial, yakni nilai-nilai yang menggerakkan seseorang sebagai aktor gerakan sosial, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Nilai-nilai berperan memandu seseorang untuk melakukan perubahan, sekaligus menemukan kawan seiring yang mempunyai nilai-nilai yang sama. Nilai-nilai juga memengaruhi seseorang untuk menetapkan tujuan-tujuan khusus dan mengidentifikasi strategi yang secara moral bisa diterima ( Donatella Della Porta& Mario Diani, 2006 : 67).Seseorang yang memegang teguh nilai-nilai yang diperjuangkan, akan memunculkan sikap kerelawanan dalam tindakan-tindakan sosialnya.

Kerelawanan menggerakkan seseorang untuk melakukan kerja-kerja bagi perubahan sosial dengan tulus, tanpa pamrih dan kepentingan individu. Ada tujuan-tujuan besar yang melandasi kerelawanan tersebut, seperti untuk kemanusiaan, terciptanya keadilan sosial, dan sebagainya. Beberapa gerakan mahasiswa disinyalir didorong oleh prinsip ini, karena mahasiswa dianggap belum mempunyai pamrih kekuasaan politik atau keuntungan materi. Tetapi tentu ini perlu dilihat secara lebih teliti mana saja yang benar-benar mempunyai tujuan mulia tersebut.



Relawan mengajar anak-anak korban gempa 2006, Yogyakarta


Sumber : http://www.asiapacificymca.org

Persoalan mengemuka ketika fenomena kerelawanan tidak bertahan lama. Karena, setelah lulus kuliah, berbagai orientasi lain seperti kekuasaan di bidang politik dan keberlimpahan materi pelan-pelan menggusur nilai kerelawanan tersebut. Sudah jamak kita dengar cerita tentang mantan aktivis mahasiswa yang dulunya demikian lantang menyuarakan keadilan sosial dan pentingnya kepedulian terhadap rakyat yang tertindas, tapi sekarang terbenam dalam ketiak kekuasaan dan keberlimpahan materi. Jiwa kerelawanan telah menguap. Padahal, kebutuhan terhadap relawan selalu dibutuhkan sepanjang waktu.


Walau kebutuhan akan relawan terus ada, tapi relawan sekarang ini seperti spesies langka.  Organisasi-organisasi sosial tidak mudah mencarinya. Dulu, pasokan relawan maupun aktivis sosial berasal dari mantan aktivis mahasiswa, tapi kini tidak semudah dulu mendapatkannya.  Ini terkait dengan tidak adanya upaya yang sungguh-sungguh untuk mengkader relawan di satu sisi. Sementara di sisi lain terdapat tarikan yang demikian kuat dari dunia dengan kelimpahan materi. Padahal, keberadaan relawan bagi perubahan sosial tidak bisa diremehkan.


Dalam  gerakan sosial, peran relawan menjadi demikian penting. Beberapa dari mereka terlibat dalam urusan keorganisasian dan banyak juga yang bekerja secara individual alias tidak terikat di dalam organisasi tertentu. Ini sejalan dengan pemahaman gerakan sosial sebagai arus kepedulian yang melibatkan orang atau organisasi yang diikat oleh visi untuk melakukan perubahan di masyarakat, baik nilai-nilai, struktur, adat istiadat maupun aturan-aturan yang dianggap keliru dan tidak adil. Jadi, keterlibatan dalam gerakan sosial untuk tujuan-tujuan mulia bisa dilakukan dalam organisasi maupun secara sendiri-sendiri yang terkoneksi dengan organisasi atau individu lain, yang penting ada “arus kepedulian”. Bisa saja arusnya kecil, tapi bila arus yang kecil-kecil saling terhubung bisa menjadi air bah yang “membahayakan” dalam bentuk gerakan sosial.



Relawan membantu korban bencana


Sumber foto : http://sblog-susi.blogspot.com/2011/09/penelitian-menunjukkan-relawan-lebih.html

Salah satu gerakan sosial yang didukung oleh banyak relawan yang berasal dari jaringan global adalah gerakan anti-globalisasi. Kelompok relawan tersebut melakukan aksi demonstrasi besar-besaran di Seattle pada November 1999, bertepatan dengan Pertemuan World Trade Organization (WTO) yang diselenggarakan di kota tersebut.  Banyak organisasi, relawan, individu  dari penjuru dunia terlibat dalam aksi di Seattle pada November 1999 tersebut. Gerakan ini berlanjut dengan World Sosial Forum (Forum Sosial Dunia) sebagai tandingan dari World Economic Forum (WEF) yang selama ini dianggap justru menciptakan ketimpangan dan kemiskinan di negara-negara selatan, memperkaya negara utara, khususnya para pemilik korporasi besar. Gerakan ini tidak sekedar anti terhadap globalisasi neoliberal, tapi juga memberi alternatif terhadap sistem ekonomi, politik dan kebudayaan yang adil dan lestari.


Senada dengan di muka, gerakan sosial di Indonesia, baik gerakan perempuan, lingkungan, petani, buruh, rakyat miskin kota, juga melibatkan banyak organisasi dan individu, termasuk para relawan. Gerakan ini mengalami pasang naik dan surut, ada organisasi yang terus bertahan dan ada pula yang tenggelam, sebagai dampak dari perkembangan eksternal sekaligus internal dari mereka yang terlibat dalam gerakan sosial ini. Keberadaan relawan tentu memengaruhi pasang naik dan surut organisasi sosial tersebut. Walau demikian, sudah dapat dipastikan, peran relawan tak bisa dikesampingkan dalam gerakan sosial yang terjadi di Indonesia maupun di dunia.



Relawan PMI


Sumber foto : http://sentanaonline.com/detail_news/main/707/1/12/02/2011/index.php

Tiga Peran Penting Relawan


Setidaknya ada tiga peran penting relawan dalam gerakan sosial. Pertama, relawan berperan dalam menambah energi bagi gerakan sosial.  Mereka bekerja dengan komitmen tinggi, tanpa pamrih pribadi dan memiliki daya tahan tinggi, karena dipandu oleh nilai dan visi. Jika relawan seperti ini melibatkan diri dalam sebuah organisasi, maka daya juang dan daya tahan para aktivis dalam organisasi tersebut juga akan terpengaruh, walaupun untuk keterampilan atau kompetensi belum tentu memadai. Tetapi, biasanya relawan tidak terikat lama dalam sebuah organisasi secara formal, atau dengan kata lain tidak terus-menerus terlibat dalam sebuah organisasi. Berbeda dengan staf atau aktivis organisasi.


Kedua , relawan berperan dalam menyebarkan nilai-nilai, visi dan gagasan untuk perubahan.  Relawan seperti ini biasanya bukanlah relawan pemula, tapi memang sudah terbiasa melakukan hal-hal sesuai dengan kompetensinya untuk mendukung perubahan, walau tidak terlibat dalam sebuah organisasi.  Karena, walaupun tidak terlibat dalam organisasi, relawan bisa bekerja secara individu dalam menyebarkan nilai-nilai, visi, serta gagasan melalui tulisan, media visual atau audio-visual. Melalui berbagai media tersebut, relawan ikut andil dalam peningkatan kepedulian dan kesadaran warga tentang sebuah isu, misalnya kerusakan lingkungan, kemiskinan atau epidemi korupsi. Seniman yang terlibat dengan rakyat serta intelektual organik bisa dimasukkan dalam kategori ini.


Ketiga , relawan juga mempunyai peran dalam menggerakkan komunitas. Banyak individu-individu melebur ke komunitas akar rumput; seperti komunitas buruh, petani, rakyat miskin kota, masyarakat adat; untuk melakukan pemberdayaan. Upaya yang dilakukan misalnya meningkatkan kesadaran kritis rakyat, meningkatkan kohesi sosial dan solidaritas antar rakyat, melakukan advokasi, dan membentuk organisasi akar rumput tanpa harus masuk dalam organisasi tersebut. Peran seperti ini biasa juga disebut juga community organizer, atau ada juga yang menyebutnya penggerak komunitas. Penggerak komunitas tidak harus berasal dari luar komunitas, dia bisa berangkat  dari komunitas atau bagian dari pemilik masalah. Tapi mereka bekerja secara sukarela untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi komunitas tersebut.


Langkah yang harus dilakukan kemudian adalah bagaimana tiga peran penting relawan tersebut bisa selalu ada dalam sebuah gerakan. Atau, minimal relawan dengan peran-peran seperti tersebut di muka bisa saling terkoneksi atau berjejaring. Karena perannya penting, sedangkan keberadaannya langka, maka perlu upaya-upaya ‘menciptakan’ relawan-relawan baru bagi transformasi sosial. Salah satu upaya menciptakan relawan ini bisa melalui berbagai kegiatan yang menarik bagi kalangan muda, tapi tetap dengan nilai-nilai dan visi untuk transformasi sosial. Jika upaya ini terus menerus dilakukan, apalagi dilakukan oleh banyak organisasi sosial, maka kelangkaan tersebut dapat diatasi dan proses transformasi sosial melalui gerakan sosial semakin cepat terjadi, dengan dukungan relawan-relawan yang tangguh.


Ari Ujianto
(Penulis adalah Direktur Yayasan Desantara dan Associate KAIL)












































Rabu, 08 Juli 2020

[PIKIR] Relawan : Siapakah Mereka?


Dunia yang semakin tua ini sekarang penuh oleh kecamuk perkara. Beragam perkara, mulai menurut perkara sosial kemasyarakatan, lingkungan, hingga kemanusiaan. Setiap konflik tak jarang berujung dalam degradasi kualitas hayati manusia, dari segi kesehatan, kesejahteraan sampai moralitas.
Di tengah hiruk pikuk permasalahan  yang sering melanda masyarakat dunia, terdapat segelintir orang yang memberikan sumbangsih berupa tenaga, dana, pikiran, untuk mendorong ke arah penyelesaian masalah. Bahkan mengupayakan ke arah perubahan yang lebih baik. Para penggerak perubahan itu adalah para aktivis dan relawan. Ulasan tentang aktivis secara detail dapat juga Anda klik di sini.
Tidak semua aktivis adalah relawan. Tetapi, kebanyakan aktivis seringkali memulai debutnya dengan menjadi relawan. Bila aktivis mendedikasikan seluruh hidupnya untuk keberpihakan tertentu, maka relawan adalah orang-orang yang menyisihkan sebagian waktunya untuk memberikan sumbangsih tertentu pada sebuah gerakan ke arah perubahan. Namun demikian, ada juga orang-orang yang memilih jalan hidupnya sebagai relawan full time. Jadi, ada beberapa orang menjalani hidupnya sebagai aktivis sekaligus relawan.


Menjadi Relawan : Tanpa Nyali & Berani Mati?


Rachel Corrie, adalah nama yang sangat fenomenal di dalam dunia aktivis dan relawan. Lahir pada tahun 1979 di Washington, Amerika Serikat, gadis ini semenjak kecil telah memiliki keprihatinan pada masalah-masalah kemanusiaan. Semasa sekolah, ia telah menjadi relawan yang menyuarakan masalah-masalah kemiskinan, gelandangan dan kelaparan. Setelah lulus kuliah, gadis ini berangkat ke Palestina untuk menjadi aktivis perdamaian. Ia gugur oleh sebuah buldozer milik Israel yang melindas tubuhnya di Kota Rafah, Jalur Gaza. Buldozer milik Israel itu tengah menghancurkan perumahan warga Palestina dengan alasan hendak mencari kaum teroris di Kota Rafah.

Rachel Corrie


Sumber foto : www.Rachelcorrie.Org

apabila Anda ingat dalam beberapa pemberitaan di aneka macam media elektronik tentang penanganan bala maupun pertarungan, dari puluhan sampai ratusan relawan terjun buat membantu para korban. Ada relawan yg bertugas menggotong mayat-mayat korban bala, ad interim relawan lainnya masuk ke puing-puing tempat tinggal yg runtuh, dengan risiko nyawanya sendiri bisa melayang bila terjadi keruntuhan susulan. Relawan lainnya harus berhadapan dengan pihak separatis atau militer eksklusif yang secara brutal dapat memuntahkan peluru dari senjatanya. Betapa hayati relawan misalnya sebuah telur yg berada pada ujung tanduk.
Namun demikian, ada juga relawan yang tak harus berhadapan dengan marabahaya. Misalnya, relawan donor darah atau relawan pendidikan yang bertugas mengajar anak-anak di tenda pengungsian. Ada juga relawan yang bergerak di pelestarian lingkungan hidup, dengan kegiatan penanaman pohon, kampanye nol sampah atau bersih-bersih sungai dari sampah. Jadi, tidak semua relawan harus berani mati atau tanpa nyali dalam melakukan kegiatannya. Namun demikian, bukan berarti relawan yang tak berhadapan dengan marabahaya bisa leyeh-leyehdalam melakukan tugasnya.
Semua orang yang menentukan buat terjun pada pada dunia relawan mempunyai tanggung jawab moral yg sama besarnya pada membantu menuntaskan masalah kemanusiaan apapun bentuk pekerjaannya. Relawan adalah orang yang memiliki keprihatinan terhadap aspek tertentu di pada rakyat, kemudian ia tergerak buat melakukan sesuatu, & yg perlu digarisbawahi, orang-orang tersebut merealisasikan keberpihakannya dengan sukarela, tanpa pamrih.


Latar Belakang Seseorang Menjadi Relawan


Seseorang menjadi relawan dengan berbagai motivasi. Hal pertama yang sangat mungkin menggerakkan seseorang untuk menjadi relawan adalah adanya GERAKAN HATI. Hati yang tergerak karena menyaksikan ketidakadilan yang terjadi di depan mata. Hati yang gelisah karena terjadi penindasan yang menginjak-injak nilai kehidupan seorang manusia.
Gerakan hati sanggup ada karena perasaan yg peka dalam diri seseorang. Di sisi lain, gerakan hati tidak muncul begitu saja misalnya wangsit undian berhadiah. Gerakan hati timbul karena masa lalu dan pengalaman yang menempa seseorang. Sebagai contoh, hati seorang tergerak buat mendedikasikan dirinya bagi perkembangan pendidikan & permainan seorang anak, karena orang tadi mengalami sendiri masa kecilnya yang serba terkekang, dan nir mengalami kepuasan sebagaimana anak mini dalam umumnya.
Latar belakang lainnya yg menggerakkan seorang menjadi relawan adalah, karena orang tersebut ingin belajar sesuatu berdasarkan pengalaman kerelawanannya. Misalnya, dengan menjadi relawan lingkungan hayati, seorang belajar tahu pengertian mengenai pemanasan dunia atau rapikan cara membentuk pupuk organik & kertas siklus ulang.
Selain motivasi belajar dan menambah pengalaman, seseorang menjadi relawan karena ia merasa bertanggung jawab pada masyarakatnya sendiri. Hal ini biasanya terjadi pada korban yang merasakan dampak dari kondisi yang tidak adil atau tidak sesuai dengan perikemanusiaan. Contoh nyata dapat kita temui pada penduduk lokal yang terkena bencana gempa atau tsunami. Para penduduk lokal rela bahu membahu menjadi relawan untuk mencari korban yang selamat di antara reruntuhan puing-puing bangunan yang rubuh akibat gempa. Ada juga penduduk lokal yang merelakan diri menjadi relawan kesehatan untuk ibu-ibu hamil dan menyusui di desanya. Atau, penduduk lokal yang mau menjadi relawan pendidikan untuk mengajari anak-anak putus sekolah di desanya.

Yanti, gadis pengungsi pasca tsunami Aceh, menjadi relawan pengajar di tenda pengungsi untuk anak-anak putus sekolah


Sumber foto : http://volunteer-story.blogspot.com/2012/03/kisah-para-relawan-guru-wanita-tujuan.html

Relawan : Turis yang Melakukan Wisata Kemanusiaan?


Bagaimana menggunakan orang-orang yg sebagai relawan semata-mata lantaran bahagia berada di daerah terkena bencana yg menurutnya bombastis? Orang-orang ini berniat menjadi relawan karena senang memacu adrenalinnya sendiri. Seperti orang yg hobi melakukan olahraga arung jeram atau panjat tebing, akan tetapi, yang satu ini terjun menjadi relawan demi kepuasan dirinya sendiri.
Relawan menggunakan kriteria misalnya disebutkan pada atas, tidak akan pernah seratus persen mendedikasikan tenaga & pikirannya buat masalah-masalah kemanusiaan, darurat bala maupun lingkungan hidup. Ia menjadikan insiden-peristiwa tersebut sebagai ajang pamer diri, tanpa pernah memaknai donasi dirinya terhadap persoalan-persoalan yg diterjuninya. Orang-orang seperti ini bagaikan seorang turis pada sebuah daerah wisata berpemandangan bala atau fenomena lingkungan.
Contoh orang-orang misalnya ini dapat kita temukan dalam wilayah-wilayah bencana, misalnya wilayah terkena lumpur Lapindo, wilayah terkena tsunami Aceh, wilayah korban gempa pada Padang atau Yogyakarta, daerah terkena banjir bandang pada Wasior, Papua hingga wilayah-wilayah pertarungan misalnya Ambon, Sampit, Lampung Selatan. Relawan ?Turis?, akan memanfaatkan peristiwa humanisme hanya ketika momen tersebut tengah menerima perhatian penuh berdasarkan banyak sekali pihak, dan diberitakan terus menerus oleh media massa. Ketika perhatian pada peristiwa tersebut menurun, relawan ?Turis? Ini akan pulang dan hilang tak berbekas.
Meski demikian, terdapat beberapa orang yang berangkat menjadi relawan ?Turis? Menggunakan motivasi sekedar ingin memahami atau sekedar memacu adrenalin, mengalami perubahan diri selesainya bersentuhan pribadi dengan fenomena kemanusiaan dan lingkungan yg dihadapinya. Perubahan terjadi pada komitmen dan pemaknaan diri mereka sesudah terjun sebagai relawan. Perubahan ini sangat baik, lantaran merupakan titik balik bagi individu yg bersangkutan. Di pada dirinya terjadi transformasi diri, dari langsung yang awalnya hanya memikirkan kesenangan & kepuasan diri, menjadi pribadi yg rela melakukan sesuatu bagi orang lain.
Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan motivasi diri, ketika Anda memutuskan menjadi relawan. Senantiasa mengintrospeksi diri akan mengasah motivasi diri dalam melakukan sesuatu bagi orang lain dan lingkungan.

Relawan Greenpeace bergotong-royong membangun bendungan di hutan gambut, Desa Kuala Cenaku


Sumber foto : http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/picture-desk/lebih-dari-30-relawan-akan-bek/

Relawan : Dapat Apa?


Beberapa orang mungkin akan berpikir, buat apa susah-susah bekerja sebagai relawan, namun nir terdapat imbalan materi sedikit pun yang dihasilkan. Orang-orang misalnya ini akan berpikir seribu kali saat datang tawaran sebagai relawan buat sebuah kegiatan humanisme atau lingkungan hidup. Jadi, sesungguhnya, apa yg membuat seseorang menentukan dan menjalani kegiatan sebagai relawan?
Meski bukan materi berlimpah berupa uang atau benda-benda mewah, seseorang relawan sesungguhnya mendapatkan banyak hal. Hal yang terutama adalah ekspresi. Seorang relawan akan merasa menjadi manusia yg sesungguhnya, waktu bisa menyumbangkan energi & pikirannya bagi orang lain dan lingkungan hidup pada sekitarnya. Berangkat berdasarkan aktualisasi diri ini, selanjutnya akan membangkitkan kebahagiaan tersendiri di dalam hayati, rasa percaya diri dan kenyamanan batin.
Hal lain yg dihasilkan seorang relawan antara lain adalah pengalaman dan jaringan pertemanan. Pengalaman yang dihasilkan seseorang relawan bisa dijadikan bekal hayati pada lalu hari. Sementara jaringan pertemanan adalah investasi penting pada segala hal.
Pada akhirnya, dengan semakin poly menaruh diri menjadi relawan, seorang akan semakin banyak mendapat. Apa yang didapatnya bukanlah materi yg dengan mudah habis tidak berbekas. Hal-hal yg didapat sang seseorang relawan bersifat menetap, bermanfaat, meski tidak terlihat secara eksklusif menurut luar. Manfaat di pada diri itulah yg membuat seorang sanggup memaknai kehidupannya, mensyukuri segala hal pada pada hidupnya, dan melihat global melalui tatapan optimis.
Siapkah Anda menjadi relawan?


(Navita Kristi Astuti)
















































[PROFIL] Usia Bukan Penghalang Untuk Menjadi Relawan



Meski usia telah kepala empat, tepatnya 43 tahun, bukan sebagai penghalang buat seseorang Tini MF menjadi relawan di mana-mana.


Kenapa pada mana-mana?


Ya, karena setiap kali kegiatan komunitas-komunitas di Bandung yang mengusung isu lingkungan, anak, pendidikan dan sosial hampir dapat dipastikan, akan bertemu dengan beliau. Beliau adalah relawan di YPBB (Yayasan Pengembangan Bioteknologi dan Biosains), KSK (Komunitas Sahabat Kota), Kail (Kuncup Padang Ilalang), Bandung Berkebun,  GSSI (Garage Sale Sekolah Ibu), Madrasah Nurul Iman dan kegiatan PKK di sekitar rumah. Belum lagi aktivitas rutinnya mengajar di salah satu bimbingan belajar.


Layaklah Tini disebut seseorang aktivis. Menurut beliau, aktivis adalah seorang yang merelakan sebagian waktunya buat orang lain, tanpa berharap buat dibayar. Aktivis adalah seorang dengan visi yg jelas. Hal itu terbukti menggunakan kegiatan Tini yg menekuni global relawan selama empat tahun belakangan ini. Sampai-sampai anak sulungnya, Aghnie Hasya Rif sudah turut dan sebagai agen perubahan mulai dari taraf Sekolah Menengah pertama hingga sekarang.


Kenapa mak dua anak ini mau meluangkan saat & tenaganya, bahkan tak jarang juga mengambil kocek sendiri buat sebagai relawan? Apa yang melatarbelakanginya ? Mari kita telusuri perjalanan Tini menjadi relawan di beberapa komunitas & lembaga berikut.


Sejak dahulu, Tini suka dengan dunia anak-anak. Bungsu berdasarkan tujuh bersaudara ini memiliki pengalaman masa kecil yg kurang mengasyikkan. Masih membekas pada ingatannya, waktu nir boleh keluar tempat tinggal buat bermain menggunakan teman sebaya. Tini kecil hanya melihat aktivitas anak-anak pada sekitarnya menurut pada tempat tinggal yg dibatasi sang pagar. Alasan orang tuanya menahan Tini pada rumah merupakan, lingkungan sekitar tempat tinggal nir terlalu baik buat mendukung perkembangannya sebagai seseorang anak mini . Akhirnya Tini terpaksa berdiam pada pada tempat tinggal dengan kegiatan seadanya.


Lantaran nir punya saudara termuda, masa remaja Tini dilewatinya menggunakan bermain beserta keponakan-keponakan, sambil mengasuh mereka. Sebagai seorang remaja, Tini mulai berinteraksi menggunakan anak-anak lain ketika Tini mengajar privat. Padahal saat itu Tini masih duduk pada bangku SMA kelas 1.


Berkaca berdasarkan pengalaman masa kecil tadi, akhirnya waktu kuliah Tini bergabung menggunakan komunitas masjid Salman yang mengadakan aktivitas dampingan anak-anak. Kesukaannya menggunakan dunia anak terus diasah & disalurkan dengan sebagai relawan di KSK (Komunitas Sahabat Kota). Tini nir pernah bosan buat mencari & belajar mengenai apa saja yg sebagai kebutuhan global anak.


Untuk menambah wawasan diri, Tini sering ikut pelatihan yang diadakan oleh komunitas atau lembaga lain. Tak jarang akhirnya menjadi relawan di komunitas atau lembaga tersebut. Salah satu contohnya saat mengikuti Pelatihan Pengembangan Diri yang diselenggarakan oleh Tim Kail pada bulan Juni 2011. Setelah itu Tini merasakan jadi relawan di beberapa kegiatan Kail. Sempat pula menjadi bagian dari tim trainer pelatihan zero waste lifestyle YPBB, meski akhirnya tidak dilanjutkan.


Panggilan hayati Tini merupakan dunia anak-anak & pendidikan. Sampai ketika ini Tini dan suami membuka bimbingan belajar buat siswa Sekolah Dasar, SMP & Sekolah Menengah Atas. Di sela-sela kesibukannya, dia permanen mendampingi mak -bunda PKK pada membina pendidikan dasar bagi usia dini, menjadi ketua sekolah di Madrasah Nurul Iman tanpa dibayar & memanfaatkan huma hijau yg terdapat pada kurang lebih rumah buat menanam.


Ada hal menarik menurut kehidupan sehari-hari seorang Tini. Meskipun orang tua Tini telah tewas dunia sejak ia remaja, akan tetapi pengalaman manisnya bersama mereka, termasuk tidur beserta orang tuanya nir pernah lepas menurut ingatan Tini. Sampai waktu ini pun, Tini nir pernah & tidak sanggup tidur sendirian. Selalu ada suami & anak-anak yg senantiasa menemaninya tidur, termasuk mendukung Tini pada setiap aktivitasnya.


(Melly Amalia)


































Cloud Hosting Indonesia