Tampilkan postingan dengan label Andy Sutioso. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Andy Sutioso. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 04 Juli 2020

[PIKIR] Menilik Realita Anak Jaman Sekarang



Sesuai judulnya, tulisan ini mengajak kita mengamati situasi anak kita melalui perspektif waktu. Kalau kita ingin bicara tentang realita anak-anak kita jaman sekarang, tentunya kita perlu melongok bagaimana hal-hal yg sama terjadi pada saat-waktu yang kemudian? Setidaknya sewaktu kita mini dulu. Hari ini, kita terdapat di pada situasi pada mana teknologi sudah merasuk ke segala sisi kehidupan & juga menjangkau banyak sekali sisi kehidupan anak-anak kita. Tulisan pendek ini akan menyoroti apa & bagaimana impak-efek yang ada dari berbagai perubahan yang ada bagi proses tumbuh kembang anak-anak kita saat ini.
Kita coba mulai dari jajak singkat situasi dulu dan sekarang. Sewaktu aku duduk pada bangku SD dulu, nir poly ditemui tempat tinggal yang mempunyai pesawat telepon sendiri.

Hari ini di kota-kota mini bahkan di pelosok, kita sudah melihat anak-anak memegang telepon genggamnya sendiri. Perangkat yang nir hanya bisa menelepon akan tetapi menggunakan layar sentuhnya telah bisa mengakses internet & segala konten yang terhubung melaluinya.
Dulu hanya beberapa keluarga yang cukup mampu yang memiliki televisi di rumahnya, di mana di sore hari keluarga bisa asyik menyaksikan tayangan dari satu saja kanal siaran yang tersedia: TVRI, itupun dalam tayangan hitam dan putih. Saat ini, banyak rumah sudah bisa menyaksikan tayangan dari pilihan puluhan kanal TV kabel di layar datar pesawat TV lengkap dengan audio surround ibarat di ruang bioskop.
Dulu sewaktu mini , saya begitu beruntung bisa bermain menjelajah sawah & tegalan, dan tidur-tiduran pada saung milik pak Tani. Sekarang buat berkegiatan di luar tempat tinggal -pun sebagai sulit lantaran banyaknya motor kemudian lalang, dan ruang ruang terbuka pada perkotaan yg berubah menjadi bangunan. Anak-anak kita kini mengisi waktu luangnya pada rumahnya, pada ruangan tertutup kamarnya sendiri atau pada mal-harta benda sewaktu akhir pekan.
Situasi sudah begitu berubah, hanya dalam tempo kurang menurut satu generasi. Sebuah rangkaian perubahan yg luar biasa cepat sebagai akibatnya kita pun insan tergopoh-gopoh memahami dan memaknainya. Apakah hal-hal tadi yg lazimnya kita pandang menjadi kemajuan kemudian menjelma sebagai kebaikan, tentunya sangat sebagai pertanyaan.


Dunia Bermain dan Belajar Anak-anak

              Anak-anak kita yg tinggal pada kota (kita bicara pada konteks kota Bandung) setidaknya kehilangan sangat poly hal. Ruang terbuka yang kondusif dan memadai adalah salah satu pada antaranya. Padahal proses tumbuh kembang mereka membutuhkan ruang gerak & eksplorasi jasmaniah yang kaya. Anak-anak pada usia 0-7 tahun perlu menerima kesempatan memahami tubuh & lingkungan sekitarnya secara jasmani. Mereka perlu banyak sekali berlari-lari, memanjat pohon, tersandung dan terjerembab. Mereka perlu mengalami bersentuhan eksklusif dengan alam sekitarnya, bermain batu-batuan dan dedaunan, melangkah di atas tanah dan kerikil, menapak di atas rumput dan DOK : SEMI PALAR? ? ? ? ? ? ? ? ?Saat ini, anak-anak bahkan di usia 2-3 tahun sudah banyak kita lihat duduk hening memangku gadget, memainkan permainan pada atas layar datar memakai jari-jemarinya. Alih-alih bermain bola sepak di lapangan, anak-anak kita duduk membisu pada pada ruangan. Jari-jarinya yg bermain ?Winning eleven? Di atas layar tablet. Hilang sudah pengalaman bermain yg begitu kaya. Pengalaman multisensori yg mereka dapatkan menurut menendang dan mengoper bola, tersandung jatuh terdorong, berlari sekencang-kencangnya mengejar bola sudah hilang. Begitu juga kesempatan buat mengalami derasnya arus emosi yg meruap bersama sahabat satu tim ketika menang juga bagaimana berdamai dengan dirinya buat menerima kekalahan. Hal-hal seperti ini yg sekarang semakin menghilang dari DOK : PRIBADI


KEGIATAN BERKEBUN DI SEMI PALAR | DOK : SEMI PALAR
                 Saat ini, anak-anak bahkan di usia 2-3 tahun sudah banyak kita lihat duduk tenang memangku gadget, memainkan permainan di atas layar datar menggunakan jari-jemarinya. Alih-alih bermain bola sepak di lapangan, anak-anak kita duduk diam di dalam ruangan. Jari-jarinya yang bermain ‘winning eleven’ di atas layar tablet. Hilang sudah pengalaman bermain yang begitu kaya. Pengalaman multisensori yang mereka dapatkan dari menendang dan mengoper bola, tersandung jatuh terdorong, berlari sekencang-kencangnya mengejar bola sudah hilang. Begitu juga kesempatan untuk mengalami derasnya arus emosi yang meruap bersama teman satu tim saat menang maupun bagaimana berdamai dengan dirinya untuk menerima kekalahan. Hal-hal seperti ini yang sekarang semakin menghilang dari alam belajar anak-anak kita.






Di sisi lain, anak-anak kita juga poly kehilangan ketika beserta orangtuanya. Saat ini sudah terdapat layanan-layanan ?Pendidikan? Yang ditawarkan bagi anak mulai berdasarkan usia 6 bulan. Usia anak bersekolahpun semakin belia. Di usia dua tahun, orangtua telah sibuk menemukan sekolah bagi anaknya. Jam sekolah-pun semakin lama semakin panjang. Kalaupun tidak, anak-anak pergi berdasarkan satu belajar khusus ke les privat lainnya ? Dimulai dari usia TK. Di sisi lain tuntutan kehidupan terkini, terutama secara ekonomi juga menciptakan orangtua serba sibuk buat memenuhi kebutuhan famili ? Belum lagi menanggapi kebutuhan gaya hidup yang tidak habis-habisnya. Semakin tipis sudah kesempatan orangtua memberikan ketika, kebersamaan dan perhatian bagi anak-anaknya.


Sementara itu tayangan TV & filem-filem menggunakan beragam tema dan tampilan serba menarik sudah menjauhkan? Anak-anak kita dari dongeng sebelum tidur & bermain bersama orangtua. Perubahan-perubahan ini sudah mengikis habis alam dongeng dan khayalan yang dulu banyak dihantarkan sang orangtua kita ketika sebelum tidur ataupun di kesempatan-kesempatan lain. Kakek & nenek yang dulu senang sekali mendongeng & membuatkan cerita pada cucunya, ketika ini tergantikan sang tokoh-tokoh lucu yang direkayasa industri hiburan lengkap dengan baju, boneka dan tasnya sekaligus. Kita lupa bahwa banyak sekali nilai kehidupan & hantaran keindahan yang dibawakan oleh dongeng cerita rakyat dan sejenisnya. Tanpa disadari orangtua semakin terlena membiarkan anak-anak mereka hidup pada dalam ruangan di hadapan layar kaca dan berbagai perangka elektroniknya.


Pergeseran pada Dunia Pendidikan
Sementara itu tayangan TV dan filem-filem dengan beragam tema serta tampilan serba menarik telah menjauhkan  anak-anak kita dari dongeng sebelum tidur dan bermain bersama orangtua. Perubahan-perubahan ini sudah mengikis habis alam dongeng dan imajinasi yang dulu banyak dihantarkan oleh orangtua kita saat sebelum tidur ataupun di kesempatan-kesempatan lain. Kakek dan nenek yang dulu senang sekali mendongeng dan berbagi cerita kepada cucunya, saat ini tergantikan oleh tokoh-tokoh lucu yang direkayasa industri hiburan lengkap dengan baju, boneka dan tasnya sekaligus. Kita lupa bahwa banyak sekali nilai kehidupan dan hantaran keindahan yang dibawakan oleh dongeng cerita rakyat dan sejenisnya. Tanpa disadari orangtua semakin terlena membiarkan anak-anak mereka hidup di dalam ruangan di hadapan layar kaca dan berbagai perangka elektroniknya.


Saya akan coba ulas dari satu sisi, bagaimana media belajar sangat memengaruhi terbangunnya pola pikir anak. Media digital memang memperlihatkan banyak kemudahan bagi penggunanya. Media ini memiliki kemampuan buat mengindeks, mencari teks (search) & lain sebagainya. Penggunanya dapat mencari keterangan dengan cepat (instan). Perlu kita sadari benar bahwa hal ini dapat sangat memperlemah terbangunnya pola pikir anak. Padahal di era sekarang pada mana anak-anak kita kebanjiran informasi, mereka perlu punya kemampuan buat menyaring dan mengolah fakta. Hal lain yg sering nir disadari adalah bahwa personal komputer & perangkat sejenisnya beroperasi pada mode multi tasking dan multimedia. Saat bermain komputer, anak dengan mudah beralih pelaksanaan / atau mereset permainan saat mereka kalah atau menghadapi kesulitan. Hal ini jua sangat melemahkan kemampuan anak buat sanggup memusatkan perhatian & menyelesaikan satu hal hingga tuntas.


Di sisi lain, buku merupakan media paling tepat buat sanggup membentuk pola pikir anak dengan baik. Melalui kitab , anak bisa poly berlatih untuk penekanan, memusatkan perhatian dan merangkai makna. Melalui buku, anak wajib bergerak menurut baris kalimat ke baris kalimat? Berikutnya, menurut halaman ke laman berikutnya. Berpikir secara runut & terstruktur & mengimajinasikan apa yang terekam dalam teks supaya dapat bermakna bagi dirinya. Walaupun tampak sederhana, kitab adalah media pembelajaran yang sangat kaya bagi anak.
JABA WASKITA : JAM BACA WAWASAN KISAH DAN CERITA DI SEMI PALAR yang acapkali kita korelasikan dengan kemajuan, ternyata berdampak sangat besar dalam proses tumbuh kembang anak-anak kita. Proses yang semestinya berjalan alamiah dan penuh kewajaran. Kita jangan pernah melupakan bahwa alam punya tempo & ritmenya sendiri. Kita & anak-anak kita ? Manusia - merupakan pula bagian berdasarkan alam. Anak-anak kita punya tempo dan ritmenya sendiri dalam menumbuhkembangkan segala aspek kediriannya secara utuh dan seimbang.
Di sisi lain, buku adalah media paling tepat untuk bisa membangun pola pikir anak dengan baik. Melalui buku, anak dapat banyak berlatih untuk fokus, memusatkan perhatian dan merangkai makna. Melalui buku, anak harus bergerak dari baris kalimat ke baris kalimat  berikutnya, dari halaman ke halaman berikutnya. Berpikir secara runut dan terstruktur dan mengimajinasikan apa yang terekam dalam teks agar dapat bermakna bagi dirinya. Walaupun tampak sederhana, buku adalah media pembelajaran yang sangat kaya bagi anak.






Ruang tulisan ini memang sangat terbatas buat membahas masalah ini secara memadai, gampang-mudahan apa yang tertuang di atas ini memberikan gambaran tentang situasi kita, terutama anak-anak kita, pada dunia yg sedang berubah dengan cepatnya. Bagaimanapun pilihan buat merespon perubahan ini terdapat di diri kita masing-masing.


Bandung, 9 September 2013


(Andy Sutioso)
Andy Sutioso, lahir dan tinggal pada Bandung, beserta istri dan 2 orang anak. Latar belakang pendidikan merupakan bidang arsitektur, sejak 14 tahun yg kemudian memilih bergiat di komunitas & memperdalam mengenai pendidikan, khususnya pendidikan keseluruhan. Memiliki banyak minat termasuk di dalamnya seni budaya, lingkungan hayati, spiritualitas, sejarah dan teknologi. Waktu luangnya diisi bersepeda, membaca, blogging dan potret memotret. Sejak 2004 merintis Rumah Belajar Semi Palar, (www.Semipalar.Sch.Id) sekolah formal dengan pendekatan pendidikan holistik pada Bandung.
Ruang tulisan ini memang sangat terbatas untuk membahas masalah ini secara memadai, mudah-mudahan apa yang tertuang di atas ini memberikan gambaran tentang situasi kita, terutama anak-anak kita, di dunia yang sedang berubah dengan cepatnya. Bagaimanapun pilihan untuk merespon perubahan ini ada di diri kita masing-masing.

Bandung, 9 September 2013

(Andy Sutioso)





Andy Sutioso, lahir dan tinggal di Bandung, bersama istri dan dua orang anak. Latar belakang pendidikan adalah bidang arsitektur, sejak 14 tahun yang lalu memilih bergiat di komunitas dan memperdalam tentang pendidikan, khususnya pendidikan holistik. Memiliki banyak minat termasuk di dalamnya seni budaya, lingkungan hidup, spiritualitas, sejarah dan teknologi. Waktu luangnya diisi bersepeda, membaca, blogging dan potret memotret. Sejak 2004 merintis Rumah Belajar Semi Palar, (www.semipalar.sch.id) sekolah formal dengan pendekatan pendidikan holistik di Bandung.
























































Cloud Hosting Indonesia