Tampilkan postingan dengan label Navita Astuti. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Navita Astuti. Tampilkan semua postingan

Senin, 13 Juli 2020

[Pikir] Rahasia Menuju Kebahagiaan Sejati

Percayakah anda bahwa kebahagiaan dapat diraih dan dapat bertahan lama menetap pada pada diri anda? Bagaimana memperoleh kebahagiaan semacam itu? Di global yg hiruk pikuk oleh berbagai tuntutan & tekanan, entah itu berdasarkan sekolah, pekerjaan juga tempat tinggal tangga, tentu semakin banyak orang mendambakan kebahagiaan. Siapa yg tidak ingin sebagai senang ? Semua orang pasti ingin senang .

Definisi Kebahagiaan
Apakah kebahagiaan dari anda? Hmm?Pertanyaan yang gampang-mudah sulit menjawabnya. Apabila andamenjawabnya menggunakan, ?Saya berbahagia bila ?? Atau ?Saya berbahagia ketika ??, anda perlu mempertanyakan balik apa makna sesungguhnya sebuah kebahagiaan bagi diri anda.


Dr. Russ Harris, dalam bukunya Happiness Trapmengklasifikasikan kebahagiaan dalam dua jenis. Jenis kebahagiaan pertama meliputi perasaan senang, berbunga-bunga, melambung, dan melayang. Namun, perasaan yang dialami cepat sekali hilang. Sekali hilang, orang akan kembali pada ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan mereka.
Sedangkan jenis kebahagiaan ke 2 adalah perasaan bermakna pada hidup saat melakukan sesuatu sinkron menggunakan harapan hati dan saat hidup dijalani menggunakan ikhlas dan penuh rasa syukur. Jenis kebahagiaan yang ke 2 ini menyentuh sisi terdalam batin manusia, sebagai akibatnya kebahagiaan itu tidak bersifat sementara.


Mengapa kebahagiaan nir berlangsung lama ?
Konstruksi sosial masyarakat menciptakan bahwa setiap orang wajib terlihat senang dan tegar. Seperti ungkapan demikian, ?Wah, nggak nyangka ya, ternyata hidupnya bermasalah. Padahal selama ini melihat orang itu penuh menggunakan tawa dan canda. Tak ada sedikit pun terlihat keresahan dan kesedihan pada wajahnya!? Atau ungkapan seperti ini, ?Aku mempunyai pekerjaan yg layak, tempat tinggal yang besar & kendaraan beroda empat demam isu modern. Anak-anakku manis & penurut, suamiku mengasihi saya lebih menurut segalanya. Namun, mengapa di dalam hati ini kegelisahan itu senantiasa muncul??
Perhatikan bahwa cerita-cerita dalam dongeng maupun film yang umumnya digemari, biasanya diakhiri dengan happy ending. Perhatikan juga anggapan tentang lelaki yang menangis adalah lelaki cengeng atau seseorang yang menunjukkan kesedihannya dengan air mata, seringkali dianggap lemah dan tidak tegar. Ternyata, dunia telah turut merekayasa pemikiran manusia, bahwa kehidupan haruslah selalu diwarnai dengan kehidupan yang manis, teratur dan penuh tawa. Padahal, kenyataannya hidup manusia tidak sesederhana itu.
Berangkat dari gambaran dunia mengenai kebahagiaan, maka Dr. Russ Harris mengungkapkan sebuah istilah : kebahagiaan semu. Rupanya, kebahagiaan semu ini tak bertahan lama . Kebahagiaan semu ini terlihat pada permukaan, namun tidak menyentuh kedalaman hati seseorang, sebagai akibatnya ia bisa hilang begitu saja. Oleh karenanya, usahakan setiap orang mulai meneliti kembali apa makna kebahagiaan bagi dirinya. Mengapa kebahagiaan yang beliau miliki tak berlangsung lama .
Kebahagiaan semu adalah kebahagiaan yang dangkal, tidak menyentuh ke pada hati insan. Kebahagiaan yang dangkal ini sangat mungkin terjadi, saat insan menyandarkan kebahagiaannya pada luar dirinya. Seperti contoh sederhana ini dia : ?Saya merasa bahagia apabila diberi perhatian oleh orang-orang yang saya cintai.? Apa yg terjadi bila orang-orang yang ia cintai tidak sanggup lagi memberi perhatian padanya? Kebahagiaannya mungkin saja hilang.
?Saya merasa bahagia apabila mempunyai uang yg poly.? Ini merupakan model bahwa kebahagiaan seseorang diletakkan dalam kepemilikan pada luar dirinya. Apa yang terjadi waktu uangnya habis? Ia tak akan berbahagia.
Namun, bagaimana caranya meletakkan kebahagiaan di dalam diri kita sendiri? Bagaimana mengusir perasaan negatif yg tak jarang timbul tanpa diundang? Bagaimana mengatasi kekecewaan yg bersumber dari hal-hal di luar kita?


Bagaimana Cara Keluar menurut Kebahagiaan Semu?
Apakah cara yang terbaik buat keluar menurut kebahagiaan semu? Pertama-tama, kita perlu mengenal diri kita terlebih dahulu. Kenali perasaan-perasaan negatif yg seringkali menciptakan kita nir senang . Kenali saat-saat kita terjebak dalam kebahagiaan semu. Salah satu cara sederhana buat mengenali diri merupakan menggunakan menciptakan catatan harian untuk merefleksikan pengalaman kita setiap harinya. Kita dapat mencoba mencatat pikiran-pikiran negatif apa yang muncul sepanjang hari itu, misalnya.
Langkah selanjutnya, mungkin terdengar baru bagi anda. Alih-alih mengenyahkan pikiran negatif, Dr. Russ Harris menganjurkan setiap orang untuk menerima hadirnya  pikiran-pikiran negatif dalam hidup manusia. Bukan menerima untuk kemudian berkubang dalam kesedihan dan kekecewaan tentu saja. Tetapi, menerima bahwa kesedihan, kekecewaan dan pikiran negatif adalah bagian dari kehidupan dan melatih diri untuk tidak terseret dalam pusaran kesedihan itu sendiri. Bagaimana caranya?
Ketika anda telah mengenali sumber-sumber kesedihan anda, tenangkanlah diri anda. Ya, mungkin anda murung karena pacar anda nir bertindak seperti yg anda harapkan. Atau mungkin anak-anak anda tidak mengindahkan nasehat-nasehat anda, dan itu menciptakan anda kecewa. Bagaimana mengatasinya? Sebaiknya nir usah memaksakan diri buat membuang kekecewaan tersebut, tetapi berdamailah menggunakan kekecewaan itu. Terimalah beliau menjadi bagian berdasarkan jalan hayati yang wajib ditempuh. Ketika anda sanggup berdamai dengan situasi seperti ini, anda akan sebagai lebih damai & siap menghadapi kekecewaan-kekecewaan berikutnya.


Menggali Faktor Penentu Kebahagiaan Sejati


Yakinlah, bahwa kebahagiaan sejati dapat anda temukan. Tidak usah pula jauh-jauh mencari bahkan hingga menguras habis isi dompet, karena kebahagiaan itu sesungguhnya terletak di dalam hati andasendiri. Ya, sesederhana itu. Ketika andamengerjakan segala sesuatu dengan penuh kesungguhan, lapang dada & tulus, di situlah letak sumber kebahagiaan anda.
Bagaimana cara untuk melihat ke hati yang terdalam? Gobind Vashdev, pengarang buku Happiness Inside, menganjurkan agar kita menentukan fokus dan setia pada fokus tersebut. Tentunya, fokus pada kelebihan dan kekuatan kita masing-masing. Meski terdengar mudah, pada kenyataannya manusia sering salah fokus. Manusia lebih senang melihat kelemahan-kelemahan yang terjadi pada dirinya maupun orang lain. Manusia lebih mudah terpuruk pada hal-hal yang melemahkan dirinya, dibandingkan mengasah kekuatannya. Maka tak heran, ada peribahasa yang mewakili keadaan seperti itu, “Kuman di seberang laut nampak, gajah besar di depan mata tak nampak.”
Ketika kita sudah menyadari segala kekuatan kita, janganlah ragu buat terus meniti tujuan menggunakan kekuatan yg kita punyai. Setia dalam proses, meski panjang dan melelahkan merupakan bagian menurut pencapaian kebahagiaan. Lantaran selesainya anda mencapai sesuatu dan menengok sejenak dalam proses yang sudah dilalui, anda akan merasa hayati anda bermakna. Ketika insan dapat memaknai hidupnya sendiri, pada sanalah letak kebahagiaan itu.
Kita bisa merogoh contoh berikut : anda senang menggunakan menjadi seorang pelukis atau pemusik, jangan ragu buat meniti tujuan anda, meski harus mengalami proses panjang belajar melukis & berlatih musik. Tak jarang, ungkapan-ungkapan negatif dari luar menyerang anda, mengungkapkan, ?Apa anda bisa?? Dalam hal ini, diperlukan komitmen yang bertenaga yang didasari sang keyakinan bahwa siapapun dapat mencapai apa yang diimpikannya apabila beliau memang mempunyai niat & kemauan.
Pada akhirnya, yg terpenting, periksalah hati andasendiri, apakah anda bahagia menjalani kehidupan menjadi pemusik? Atau, apakah anda senang menjalani kehidupan menjadi seorang istri dan mak berdasarkan anak-anak anda? Apakah anda bahagia menjalani kehidupan menjadi seorang manajer yang membawahi ratusan pekerja? Seseorang yg mengejar sesuatu hanya karena latah pada musim tertentu, atau lantaran bujukan orang lain, tak akan pernah sebahagia saat seseorang melakukan sesuatu sinkron menggunakan penekanan, kekuatan & bunyi hatinya sendiri. Nah, selamat menemukan rahasia kebahagiaan anda sendiri!
(Navita Kristi Astuti)
































Sabtu, 11 Juli 2020

[Masalah Kita] Aktivis Ramah Lingkungan, Mungkinkah?

Aktivis, siapakah mereka?


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), aktivis merupakan orang yg mampu menggerakkan orang lain buat bertindak. Aktivis memiliki kemampuan mengatur orang lain (organisatoris), & dianggap sebagai tokoh dan pelopor di bidangnya. Salah besar apabila selama ini aktivis hanya ada pada lingkup global mahasiswa. Tidak hanya mahasiswa saja yg mampu berperan sebagai aktivis. Seorang bunda tempat tinggal tangga pun bisa sebagai seseorang aktivis, waktu kriteria yang disebut di atas telah dilakoni oleh ibu rumah tangga tadi.


Menjadi seorang aktivis adalah sebuah pilihan. Seseorang tergerak untuk menjadi aktivis, karena ada sentuhan di dalam sanubarinya untuk melakukan sesuatu. Pun untuk menjadi aktivis, sesungguhnya tak perlu berpatokan seperti para tokoh-tokoh aktivis yang karismatik, sering tampil berorasi di hadapan massa atau piawai dalam mengatur strategi sebuah gerakan massa. Dengan langkah-langkah kecil yang  dilakukan demi perubahan ke arah yang lebih baik, Anda sudah menjadi seorang aktivis.
Esensi seorang aktivis terletak pada komitmennya buat mengabdi kepada warga dan lingkungan. Seseorang sebagai aktivis karena dia tergerak saat melihat ketidakadilan pada sebuah sistem. Seorang aktivis senantiasa tergerak buat memperjuangkan hak-hak para korban yg mengalami ketidakadilan. Korban bisa dari dari apa saja, contohnya : pengungsi korban perang atau bala alam, lingkungan hayati, atau masyarakat miskin kota.
Seorang aktivis memandang bahwa hidup ini bukanlah semata-mata lahir-bersekolah-bekerja-menikah-punya anak-kemudian mangkat , tetapi dia melihat bahwa hayati itu hendaknya memiliki makna. Dan beliau memaknai hidupnya menggunakan cara berbuat sesuatu bagi orang lain. Seorang aktivis memandang bahwa segala ilmu & kekayaan yang dia miliki tak akan berarti apa-apa apabila tidak disumbangkan kepada pihak-pihak yg membutuhkan.
Oleh karena itu, sebagai seseorang aktivis hendaknya dimulai dari kehendak diri yang terdalam. Menjadi aktivis bukanlah sekedar latah karena melihat sahabat-sahabat sekelas aktif di organisasi eksklusif. Menjadi aktivis bukan lantaran terlihat keren berorasi pada hadapan massa. Menjadi aktivis merupakan lantaran kita ingin memaknai hayati ini dengan melakukan sesuatu bagi sesama, terutama mereka yang mengalami ketidakadilan dan ketertindasan.


Awal sebuah aktivisme


Apakah aktivis itu hanya melulu mahasiswa? Tentu tidak. Meski sesungguhnya, dunia aktivisme dimulai di pada lingkungan kemahasiswaan. Lingkungan pada mana seorang mengalami gemblengan sebuah kaldera candradimuka buat terjun berkarya di pada warga . Dunia kampus menyiapkan para mahasiswa buat berlaga & bersaing pada dalam masyarakat. Dunia yg terdiri dari lingkungan pekerjaan, lingkungan hidup (alam) dan rakyat.
Pendidikan di kampus, hendaknya nir sekedar menanamkan ilmu menurut segi intelektual pada para mahasiswa. Namun, lebih menurut itu, kampus hendaknya menanamkan perilaku pengabdian bagi warga . Bahwa ilmu yg mereka dapatkan di universitas, bukan semata-mata untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri pada masa depan. Ilmu merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan, disumbangkan demi kebaikan bersama.
Pengabdian warga , itulah hakikat aktivis. Aktivis adalah mereka yang secara sukarela membagi ilmu dan keterampilan mereka demi kemajuan warga . Berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yg mereka miliki, aktivis menyuarakan hak-hak warga . Para aktivis mendorong perubahan ke arah kebijakan yang menguntungkan seluruh pihak. Para aktivis menentang ketidakadilan, ketertindasan dan keterbelakangan kaum eksklusif.


A ktivis Ramah Lingkungan


Di dunia ini masih ada banyak sekali jenis aktivis, mulai menurut aktivis pendidikan, wanita, anak jalanan, hingga aktivis yang menyuarakan info-berita lingkungan hayati. Pembagian jenis aktivisme itu salah satunya menurut minat, latar belakang dan keahlian seorang. Seorang aktivis lingkungan hidup misalnya, memiliki pengetahuan lebih banyak tentang info pencemaran & pelestarian lingkungan hayati daripada pengetahuan tentang mediasi perseteruan. Sebaliknya, aktivis hak asasi manusia adalah orang yang memiliki keprihatinan dan pengetahuan lebih poly tentang informasi ketidakadilan, kekerasan dan pelanggaran hak asasi insan dibanding pengetahuan mengenai lingkungan hayati.
Seyogianya, dunia aktivisme memiliki interaksi satu dengan yg lainnya. Seorang aktivis lingkungan hidup hendaknya menjalin kolaborasi menggunakan aktivis yg mempunyai keprihatinan tidak sinkron. Meski tidak selaras, terkadang terdapat info-berita yg saling bertindihan, misalnya model ini dia :
Sudah tak jarang kita menyaksikan, para aktivis pendorong perubahan kebijakan dewan warga berdemonstrasi di depan gedung perwakilan warga yang megah di satu pojok mak kota. Ketika demonstrasi selesai, syarat di depan gedung perwakilan rakyat kotor & berantakan. Puntung rokok pada mana-mana, sampah bungkus minuman juga kertas pembungkus nasi terserak di mana-mana. Tidakkah para aktivis tadi menyadari, bahwa ada dampak lain dari kegiatan mereka yang mungkin akan menindas pihak-pihak eksklusif? Ironi, bahwa gerombolan aktivis yang justru berupaya menghilangkan ketertindasan sosial justru membangun ketertindasan bagi lingkungan hayati menggunakan membuang sampah begitu saja.



Para aktivis berdemo di gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat


Sumber foto : http://sakajogja.multiply.com/journal/item/39

Contoh lain yang pernah disaksikan sang penulis sendiri merupakan saat para pengungsi Aceh korban kekerasan aparat pada fase DOM (Daerah Operasi Militer) juga pasca tsunami. Beberapa pengungsi mencari perlindungan sementara di sebuah area taman nasional. Para aktivis pembela hak asasi pengungsi sibuk beraktivitas mendampingi para pengungsi, tanpa menyadari bahwa loka yg dipakai pengungsi menjadi rumah sementara mereka merupakan sebuah taman nasional. Mereka mendampingi pengungsi pada hal kesehatan hingga pendidikan. Dalam bayangan para aktivis pembela hak asasi pengungsi, momen pengungsian merupakan suatu peristiwa yang hanya ad interim sifatnya.
Akan namun liputan berbicara lain. Pengungsi seperti menemukan rumah & tanah yg baru. Dari tenda terpal, mereka mengubah naungan menggunakan kayu-kayu yg ditebangi menurut pohon-pohon pada taman nasional. Mereka membuahkan kayu-kayu berdasarkan pohon-pohon tadi sebagai bahan bakar buat mengasapi dapur & menghangatkan diri pada malam hari. Padahal, huma taman nasional sesungguhnya tidak sanggup dihuni sang manusia, lantaran dia adalah tempat asli satwa-satwa liar yg mungkin membahayakan kehidupan para pengungsi itu sendiri.
Baik pengungsi maupun aktivis pembela hak asasi pengungsi kurang mempedulikan kabar bahwa menebangi pohon di wilayah taman nasional merupakan aktivitas terlarang. Aktivis pembela pengungsi lebih peduli pada penyembuhan syok mental pengungsi dampak kekerasan atau lebih peduli buat mengejar ketinggalan pendidikan anak-anak pengungsi dibanding anak-anak sekolah lainnya.
Berdasarkan dua gambaran tentang dunia aktivis di atas, muncul istilah ‘aktivis ramah lingkungan’. Aktivis ramah lingkungan, adalah aktivis manapun yang mempertimbangkan isu lingkungan sebagai dasar aktivitasnya. Ia bisa saja mengambil peran aktivis pendorong perubahan kebijakan pemerintah, namun ia juga mempertimbangkan isu-isu lingkungan sebagai dasar baginya untuk mengambil sikap dan berpihak. Seorang aktivis ramah lingkungan tak hanya berpatokan pada satu isu yang dibelanya. Ia mempertimbangkan dampak dari isu yang dibelanya terhadap isu lain, seperti isu lingkungan hidup, yang akan menjadi terpinggirkan atau tertekan.
Dalam prakteknya, masih sangat sporadis terlihat para aktivis memerhatikan isu lingkungan hayati pada segala aktivitasnya, demikian papar Ari Ujianto, direktur Yayasan Desantara dan mantan staff Urban Poor Consortium (UPC). Jangankan turut memerhatikan berita lingkungan hayati pada lapangan, bahkan di kantor para aktivis tersebut, aspek-aspek pelestarian terhadap lingkungan pun masih diabaikan. Misalnya, penggunaan kertas secara hiperbola atau menggunakan air minum kemasan pada gelas.
Hal pada atas bisa jadi menampakan tendensi ketidakpedulian terhadap gosip lingkungan hayati. Akan tetapi, berdasarkan Ari Ujianto, faktor pada atas sanggup jadi ditimbulkan sang ketidaktahuan. Para aktivis belum paham benar apa & bagaimana bertindak terhadap gosip lingkungan. Hal ini jua dikuatkan oleh David Ardes Setiady, aktivis KAIL yg beranjak di bidang pengembangan para aktivis & pernah berkecimpung pada advokasi para buruh. Ia baru mengenal isu lingkungan hayati dalam waktu kuliah, & sesudah mengenalpun, kesadaran buat berperilaku sesuai aspek lingkungan hidup pun masih rendah.
Kalau bilang peduli dengan lingkungan, saya akan bilang peduli. Sering kali saya jadi merasa bersalah ketika mengetahui dampak lingkungan dari apa yang saya lakukan. Kalau kepedulian keluar, baru sebatas berbagi informasi dengan lingkaran terdekat tentang isu lingkungan. Terus terang, saya merasa kesulitan dalam membagikan informasi tersebut karena belum sepenuhnya paham.” papar David Ardes. Ari Ujianto merasakan hal yang sama. Beliau merasa kesulitan dalam menyebarkan prinsip ramah lingkungan di komunitas kantornya, karena masalah kebiasaan yang sulit diubah.
Namun demikian, beberapa organisasi kemasyarakatan non-lingkungan hayati, seperti UPC yang diketuai oleh Wardah Hafidz dan KAIL yg dikoordinir oleh Any Sulistyowati, sudah menjalankan aspek-aspek keberlanjutan lingkungan, dengan meminimalkan penggunaan kertas, nir memakai minuman bungkus plastik sampai mengonsumsi penganan lokal yang dikemas tanpa plastik sebagai konsumsi pada setiap aktivitas.
Contoh lain, misalnya yang dilakukan oleh Eka Prahadian Abdurahman, ketua divisi kesehatan tempat kerja Caritas Medan, Sumatera Utara. Beliau berkata,
Bagi kami, isu lingkungan hidup penting untuk diintegrasikan dengan isu-isu lain, seperti isu Drugs & HIV. Untuk isu pengurangan dampak buruk narkoba (Harm Reduction) dan HIV, kami mengalami benturan antara isu lingkungan dengan program layanan jarum suntik steril, karena banyak meninggalkan limbah jarum bekas penggunaan narkoba, tanpa ada sistem pengelolaan limbah yang baik di lapangan. Solusi yang dicari untuk program ini adalah melakukan pertukaran jarum suntik steril (Needle Exchange Program) artinya setiap pengguna jarum suntik yang ingin memperoleh jarum suntik baru diwajibkan membawa limbah bekasnya untuk mengurangi limbah di lapangan, lalu limbah yang sudah dikumpulkan diserahkan ke rumah sakit untuk dimusnahkan di insinerator. Hanya kita tidak tahu persis apakah proses ini juga berdampak pada kerusakan lingkungan.
Memang sudah ada beberapa aktivis dan organisasi-organisasi yang menjalankan prinsip ramah lingkungan seperti UPC dan Kail, itu karena penggerak di dalamnya sadar sungguh tentang aspek keberlanjutan lingkungan hidup atau dekat dengan organisasi lingkungan hidup yang ada dan pernah berjejaring dan bekerjasama dalam satu kegiatan. Prinsip ramah lingkungan ditularkan melalui kebiasaan, perilaku dan dalam jejaring kerjasama.
Meski tersendat, tetapi langkah-langkah kecil telah dilakukan. Yayasan Desantara misalnya, tak lagi membeli air minum kemasan melainkan memasak sendiri air minum mereka. Bahkan UPC yang tidak lagi memiliki kantor yang berwujud bangunan, secara implisit telah menyatakan sikap ramah lingkungan. Dengan tidak memiliki bangunan kantor, berarti meminimalkan aktivitas menghasilkan sampah. Langkah-langkah kecil berbasis ramah lingkungan ini dimulai dan ditularkan perlahan-lahan dari satu orang yang peduli ke semakin banyak orang.


Aktivis Lingkungan


‘Aktivis lingkungan’ sedikit berbeda dengan aktivis ramah lingkungan. Orang yang menjadi aktivis lingkungan adalah mereka yang mendedikasikan waktunya untuk memperjuangkan isu lingkungan. Ada beragam cara dipilih dalam menjadi aktivis lingkungan, antara lain melalui pendidikan, pengelolaan komunitas yang ramah lingkungan, advokasi kebijakan terkait isu lingkungan, dan sebagainya.

Sumber foto : Tim YPBB / Anilawati N.
Menurut Anilawati Nurwakhidin, seorang aktivis lingkungan dari Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB), ada beberapa kendala yang dihadapi oleh para aktivis lingkungan hidup, yang terdiri dari kendala dari dalam dan dari luar diri sang aktivis. Kendala yang berasal dari dalam diri adalah tiadanya visi jangka panjang dalam memperjuangkan isu lingkungan hidup. Beberapa aktivitas dijalankan secara reaktif dan sporadis, tanpa diakhiri refleksi dan dokumentasi untuk pembelajaran di masa depan. Dan mungkin, karena sifatnya yang masih reaktif dan sporadis inilah perjuangan aktivis lingkungan sering mengalami pasang dan surut, gaung perjuangan lingkungan hidup terdengar di setiap penjuru daerah, tetapi sifatnya hanya sekedar seremonial belaka hingga terlihat mirip dengan situasi sebuah pesta, heboh di saat acara berlangsung, namun adem ayem setelahnya.
Kendala dari luar diri aktivis lingkungan antara lain adalah beberapa orang menganggap bahwa kegiatan aktivis lingkungan tidak cukup layak untuk ditekuni dalam jangka panjang. Salah satu alasannya adalah, karena masih ada orang menganggap aktivis lingkungan tidak memiliki pendapatan yang cukup baik dibanding orang-orang yang bekerja secara kantoran. Selain itu, organisasi yang mewadahi para aktivis lingkungan juga belum terlihat memiliki visi jangka panjang bagi internal organisasinya, sehingga hal itu dapat menimbulkan rasa ketidakpastian dari para anggotanya.


Penutup


Dari uraian di atas, tampak kerucut masalah terletak pada dua hal. Pertama, perlunya koordinasi lintas bidang di dalam dunia aktivis. Melalui komunikasi dan koordinasi, tiap-tiap aktivis akan memiliki gambaran yang menyeluruh tentang fenomena sosial kemasyarakatan dan lingkungan hidup daripada sekedar mengetahui gambaran sempit tentang isu yang ia bela. Dengan komunikasi antara para aktivis lingkungan hidup dengan aktivis non-lingkungan hidup, hambatan berupa ketidaktahuan dan ketidakpedulian untuk menjadi aktivis ramah lingkungan dapat diatasi.
Kedua, perlunya visi jangka panjang bagi aktivis lingkungan hidup untuk terus menggulirkan perjuangan mereka membela lingkungan hidup. Jika visi jangka panjang tentang keberpihakan terhadap lingkungan hidup telah terbentuk, ia tentu dapat diintegrasikan, dikomunikasikan dan diselaraskan dalam forum-forum komunikasi antar aktivis lintas bidang. Sehingga, isu-isu ramah lingkungan dapat pula diintegrasikan bersama isu-isu lain bagi tercapainya perubahan kehidupan seluruh umat manusia tanpa terkecuali, ke arah yang lebih baik. Semoga.


(Navita Kristi Astuti)





























































Rabu, 08 Juli 2020

[PIKIR] Relawan : Siapakah Mereka?


Dunia yang semakin tua ini sekarang penuh oleh kecamuk perkara. Beragam perkara, mulai menurut perkara sosial kemasyarakatan, lingkungan, hingga kemanusiaan. Setiap konflik tak jarang berujung dalam degradasi kualitas hayati manusia, dari segi kesehatan, kesejahteraan sampai moralitas.
Di tengah hiruk pikuk permasalahan  yang sering melanda masyarakat dunia, terdapat segelintir orang yang memberikan sumbangsih berupa tenaga, dana, pikiran, untuk mendorong ke arah penyelesaian masalah. Bahkan mengupayakan ke arah perubahan yang lebih baik. Para penggerak perubahan itu adalah para aktivis dan relawan. Ulasan tentang aktivis secara detail dapat juga Anda klik di sini.
Tidak semua aktivis adalah relawan. Tetapi, kebanyakan aktivis seringkali memulai debutnya dengan menjadi relawan. Bila aktivis mendedikasikan seluruh hidupnya untuk keberpihakan tertentu, maka relawan adalah orang-orang yang menyisihkan sebagian waktunya untuk memberikan sumbangsih tertentu pada sebuah gerakan ke arah perubahan. Namun demikian, ada juga orang-orang yang memilih jalan hidupnya sebagai relawan full time. Jadi, ada beberapa orang menjalani hidupnya sebagai aktivis sekaligus relawan.


Menjadi Relawan : Tanpa Nyali & Berani Mati?


Rachel Corrie, adalah nama yang sangat fenomenal di dalam dunia aktivis dan relawan. Lahir pada tahun 1979 di Washington, Amerika Serikat, gadis ini semenjak kecil telah memiliki keprihatinan pada masalah-masalah kemanusiaan. Semasa sekolah, ia telah menjadi relawan yang menyuarakan masalah-masalah kemiskinan, gelandangan dan kelaparan. Setelah lulus kuliah, gadis ini berangkat ke Palestina untuk menjadi aktivis perdamaian. Ia gugur oleh sebuah buldozer milik Israel yang melindas tubuhnya di Kota Rafah, Jalur Gaza. Buldozer milik Israel itu tengah menghancurkan perumahan warga Palestina dengan alasan hendak mencari kaum teroris di Kota Rafah.

Rachel Corrie


Sumber foto : www.Rachelcorrie.Org

apabila Anda ingat dalam beberapa pemberitaan di aneka macam media elektronik tentang penanganan bala maupun pertarungan, dari puluhan sampai ratusan relawan terjun buat membantu para korban. Ada relawan yg bertugas menggotong mayat-mayat korban bala, ad interim relawan lainnya masuk ke puing-puing tempat tinggal yg runtuh, dengan risiko nyawanya sendiri bisa melayang bila terjadi keruntuhan susulan. Relawan lainnya harus berhadapan dengan pihak separatis atau militer eksklusif yang secara brutal dapat memuntahkan peluru dari senjatanya. Betapa hayati relawan misalnya sebuah telur yg berada pada ujung tanduk.
Namun demikian, ada juga relawan yang tak harus berhadapan dengan marabahaya. Misalnya, relawan donor darah atau relawan pendidikan yang bertugas mengajar anak-anak di tenda pengungsian. Ada juga relawan yang bergerak di pelestarian lingkungan hidup, dengan kegiatan penanaman pohon, kampanye nol sampah atau bersih-bersih sungai dari sampah. Jadi, tidak semua relawan harus berani mati atau tanpa nyali dalam melakukan kegiatannya. Namun demikian, bukan berarti relawan yang tak berhadapan dengan marabahaya bisa leyeh-leyehdalam melakukan tugasnya.
Semua orang yang menentukan buat terjun pada pada dunia relawan mempunyai tanggung jawab moral yg sama besarnya pada membantu menuntaskan masalah kemanusiaan apapun bentuk pekerjaannya. Relawan adalah orang yang memiliki keprihatinan terhadap aspek tertentu di pada rakyat, kemudian ia tergerak buat melakukan sesuatu, & yg perlu digarisbawahi, orang-orang tersebut merealisasikan keberpihakannya dengan sukarela, tanpa pamrih.


Latar Belakang Seseorang Menjadi Relawan


Seseorang menjadi relawan dengan berbagai motivasi. Hal pertama yang sangat mungkin menggerakkan seseorang untuk menjadi relawan adalah adanya GERAKAN HATI. Hati yang tergerak karena menyaksikan ketidakadilan yang terjadi di depan mata. Hati yang gelisah karena terjadi penindasan yang menginjak-injak nilai kehidupan seorang manusia.
Gerakan hati sanggup ada karena perasaan yg peka dalam diri seseorang. Di sisi lain, gerakan hati tidak muncul begitu saja misalnya wangsit undian berhadiah. Gerakan hati timbul karena masa lalu dan pengalaman yang menempa seseorang. Sebagai contoh, hati seorang tergerak buat mendedikasikan dirinya bagi perkembangan pendidikan & permainan seorang anak, karena orang tadi mengalami sendiri masa kecilnya yang serba terkekang, dan nir mengalami kepuasan sebagaimana anak mini dalam umumnya.
Latar belakang lainnya yg menggerakkan seorang menjadi relawan adalah, karena orang tersebut ingin belajar sesuatu berdasarkan pengalaman kerelawanannya. Misalnya, dengan menjadi relawan lingkungan hayati, seorang belajar tahu pengertian mengenai pemanasan dunia atau rapikan cara membentuk pupuk organik & kertas siklus ulang.
Selain motivasi belajar dan menambah pengalaman, seseorang menjadi relawan karena ia merasa bertanggung jawab pada masyarakatnya sendiri. Hal ini biasanya terjadi pada korban yang merasakan dampak dari kondisi yang tidak adil atau tidak sesuai dengan perikemanusiaan. Contoh nyata dapat kita temui pada penduduk lokal yang terkena bencana gempa atau tsunami. Para penduduk lokal rela bahu membahu menjadi relawan untuk mencari korban yang selamat di antara reruntuhan puing-puing bangunan yang rubuh akibat gempa. Ada juga penduduk lokal yang merelakan diri menjadi relawan kesehatan untuk ibu-ibu hamil dan menyusui di desanya. Atau, penduduk lokal yang mau menjadi relawan pendidikan untuk mengajari anak-anak putus sekolah di desanya.

Yanti, gadis pengungsi pasca tsunami Aceh, menjadi relawan pengajar di tenda pengungsi untuk anak-anak putus sekolah


Sumber foto : http://volunteer-story.blogspot.com/2012/03/kisah-para-relawan-guru-wanita-tujuan.html

Relawan : Turis yang Melakukan Wisata Kemanusiaan?


Bagaimana menggunakan orang-orang yg sebagai relawan semata-mata lantaran bahagia berada di daerah terkena bencana yg menurutnya bombastis? Orang-orang ini berniat menjadi relawan karena senang memacu adrenalinnya sendiri. Seperti orang yg hobi melakukan olahraga arung jeram atau panjat tebing, akan tetapi, yang satu ini terjun menjadi relawan demi kepuasan dirinya sendiri.
Relawan menggunakan kriteria misalnya disebutkan pada atas, tidak akan pernah seratus persen mendedikasikan tenaga & pikirannya buat masalah-masalah kemanusiaan, darurat bala maupun lingkungan hidup. Ia menjadikan insiden-peristiwa tersebut sebagai ajang pamer diri, tanpa pernah memaknai donasi dirinya terhadap persoalan-persoalan yg diterjuninya. Orang-orang seperti ini bagaikan seorang turis pada sebuah daerah wisata berpemandangan bala atau fenomena lingkungan.
Contoh orang-orang misalnya ini dapat kita temukan dalam wilayah-wilayah bencana, misalnya wilayah terkena lumpur Lapindo, wilayah terkena tsunami Aceh, wilayah korban gempa pada Padang atau Yogyakarta, daerah terkena banjir bandang pada Wasior, Papua hingga wilayah-wilayah pertarungan misalnya Ambon, Sampit, Lampung Selatan. Relawan ?Turis?, akan memanfaatkan peristiwa humanisme hanya ketika momen tersebut tengah menerima perhatian penuh berdasarkan banyak sekali pihak, dan diberitakan terus menerus oleh media massa. Ketika perhatian pada peristiwa tersebut menurun, relawan ?Turis? Ini akan pulang dan hilang tak berbekas.
Meski demikian, terdapat beberapa orang yang berangkat menjadi relawan ?Turis? Menggunakan motivasi sekedar ingin memahami atau sekedar memacu adrenalin, mengalami perubahan diri selesainya bersentuhan pribadi dengan fenomena kemanusiaan dan lingkungan yg dihadapinya. Perubahan terjadi pada komitmen dan pemaknaan diri mereka sesudah terjun sebagai relawan. Perubahan ini sangat baik, lantaran merupakan titik balik bagi individu yg bersangkutan. Di pada dirinya terjadi transformasi diri, dari langsung yang awalnya hanya memikirkan kesenangan & kepuasan diri, menjadi pribadi yg rela melakukan sesuatu bagi orang lain.
Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan motivasi diri, ketika Anda memutuskan menjadi relawan. Senantiasa mengintrospeksi diri akan mengasah motivasi diri dalam melakukan sesuatu bagi orang lain dan lingkungan.

Relawan Greenpeace bergotong-royong membangun bendungan di hutan gambut, Desa Kuala Cenaku


Sumber foto : http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/picture-desk/lebih-dari-30-relawan-akan-bek/

Relawan : Dapat Apa?


Beberapa orang mungkin akan berpikir, buat apa susah-susah bekerja sebagai relawan, namun nir terdapat imbalan materi sedikit pun yang dihasilkan. Orang-orang misalnya ini akan berpikir seribu kali saat datang tawaran sebagai relawan buat sebuah kegiatan humanisme atau lingkungan hidup. Jadi, sesungguhnya, apa yg membuat seseorang menentukan dan menjalani kegiatan sebagai relawan?
Meski bukan materi berlimpah berupa uang atau benda-benda mewah, seseorang relawan sesungguhnya mendapatkan banyak hal. Hal yang terutama adalah ekspresi. Seorang relawan akan merasa menjadi manusia yg sesungguhnya, waktu bisa menyumbangkan energi & pikirannya bagi orang lain dan lingkungan hidup pada sekitarnya. Berangkat berdasarkan aktualisasi diri ini, selanjutnya akan membangkitkan kebahagiaan tersendiri di dalam hayati, rasa percaya diri dan kenyamanan batin.
Hal lain yg dihasilkan seorang relawan antara lain adalah pengalaman dan jaringan pertemanan. Pengalaman yang dihasilkan seseorang relawan bisa dijadikan bekal hayati pada lalu hari. Sementara jaringan pertemanan adalah investasi penting pada segala hal.
Pada akhirnya, dengan semakin poly menaruh diri menjadi relawan, seorang akan semakin banyak mendapat. Apa yang didapatnya bukanlah materi yg dengan mudah habis tidak berbekas. Hal-hal yg didapat sang seseorang relawan bersifat menetap, bermanfaat, meski tidak terlihat secara eksklusif menurut luar. Manfaat di pada diri itulah yg membuat seorang sanggup memaknai kehidupannya, mensyukuri segala hal pada pada hidupnya, dan melihat global melalui tatapan optimis.
Siapkah Anda menjadi relawan?


(Navita Kristi Astuti)
















































Jumat, 03 Juli 2020

[PIKIR] Pola Pengasuhan Anak di Masa Kini

Perubahan & Tantangan Jaman

Dunia yang kita hidupi ini senantiasa berubah menurut masa ke masa. Beragam inovasi ilmu pengetahuan telah membangun kemajuan teknologi yg memudahkan insan dalam melakukan banyak sekali hal, mulai menurut alat transportasi sampai sumber fakta juga perangkat komunikasi.Misalnya, bila dahulu insan mengandalkan surat menyurat melalui pos buat berkomunikasi jarak jauh dengan seorang, kini mereka dapat melakukannya dengan berkomunikasi pribadi melalui telepon atau menuliskannya pada surat elektronik atau e-mail. Jika dahulu insan memakai hewan-hewan menjadi indera bantu buat mempermudah transportasi, sekarang, sehabis inovasi mesin & bahan bakar, insan bisa menempuh bepergian dengan kendaraan beroda empat, motor bahkan pesawat terbang.
Dunia semakin sophisticated. Segalanya serba gampang dan cepat. Tak perlu berlama-usang

menunggu pak pos datang mengantarkan surat yang sudah satu minggu sebelumnya ditulis oleh kerabat kita. Dengan teknologi internet, mengirim surat dapat dilakukan menggunakan hanya beberapa detik saja. Untuk menyegarkan diri dengan menonton sebuah pertunjukan, tak perlu pula kita bersusah payah pergi ke gedung teater. Di rumah, kita bisa duduk lezat menonton tayangan televisi. Bahkan, menggunakan perkembangan gadget seperti saat ini, anak-anak hanya relatif duduk dan memainkan permainan selera mereka dalam sebuah kotak mini bernama ?Tablet? Atau smartphone.
Perubahan pada teknologi dan peradaban manusia tentunya menyebabkan perubahan pola pikir dalam manusia secara individu maupun di pada keluarga. Jika dahulu para orang tua dianggap menjadi yg paling mengetahui dan anak sebagai pihak yg harus mendengarkan & melaksanakan apapun yg dikatakan orang tua, maka pada masa kini , keadaannya telah berbeda. Informasi mampu didapatkan di mana saja, pada banyak sekali media misalnya majalah, koran, televisi, radio sampai internet. Dengan majemuk media tadi, anak mampu mendapatkan pengetahuan berdasarkan sumber selain orang tua mereka.
Derasnya arus warta menurut luar membawa beberapa perubahan pada pola pengasuhan pada dalam keluarga, sebagai akibatnya orang tua dituntut untuk menyeimbangkan perubahan-perubahan tadi. Pola asuh pada jaman dahulu, yg terkenal menggunakan gaya disiplin & kaku, tidak lagi berlaku pada jaman sekarang yg serba cepat & terbuka. Alih-alih menjadi insan berkualitas dan bertanggung jawab, anak kita justru berada di bawah ancaman kenakalan remaja atau kurang rasa percaya diri bila diberi pola pengasuhan yg kaku & keras.
Oleh karenanya, bagaimana menyikapi perubahan jaman, dikaitkan dengan interaksi antara pola asuh pada pada famili dengan perkembangan karakter anak akan menjadi fokus pembahasan pada dalam artikel ini.




Sumber : http://tkalirsyad.blogspot.com/2011/02/seperti-apa-sih-pola-asuh-yang-benar.html




Pola asuh orang tua


Diana Blumberg Baumrind, seseorang pakar psikologi dan perkembangan anak di New York, Amerika Serikat memeriksa hubungan antara pola asuh yg diterapkan orang tua dengan perkembangan karakter anak-anaknya.Penelitian yang dilakukan pada tahun 1971berhasil menyimpulkan empat jenis pola pengasuhan anak pada pada famili, antara lain :


(1) Permissive Indulgent Parenting Style
Pola asuh misalnya ini dilakukan sang orang tua yg selalu memenuhi impian anak-anaknya, tetapi tanpa disertai adanya pengendalian.Kehangatan kasih sayang orang tua diberikan kepada anak secara berlebihan, bahkan ketika anak melakukan kesalahan, orang tua tidak memberi teguran.


Anak yg diasuh menggunakan pola seperti ini akan menjadi eksklusif yg manja, gampang menyerah jika menemui kesulitan, dan mengutamakan kepentingan dirinya sendiri.


Jika dikaitkan menggunakan perkembangan global waktu ini, anak yg terbentuk berdasarkan pola pengasuhan di atas kemungkinan akan mengalami kesulitan. Misalnya, ketika semua orang berlomba-lomba berjuang mencari pekerjaan yang layak, anak menggunakan karakter manja & mudah menyerah akan berada dalam posisi paling belakang. Karena ia lebih mementingkan diri sendiri, apa yang ia pikirkan bukanlah bagaimana mengatasi usaha hidup, tetapi kenikmatan bagi dirinya semata.


(2) Permissive Uninvolved Parenting Style


Berbeda sedikit dengan pola di atas, pola Permissive Uninvolved tidak disertai dengan kehangatan kasih sayang. Anak diberikan segala hal yang diinginkan, namun tidak disertai kehangatan kasih sayang maupun perhatian dari orang tua. Dalam hal ini orang tua hanya mencukupi kebutuhan anak dari segi materi saja, misal : uang, pakaian, mainan atau gadget yang canggih.


Anak yg dibesarkan menggunakan pola asuh ini akan tumbuh sebagai anak dengan perasaan minder, tak berharga lantaran tidak diperhatikan. Tak jarang jua anak menggunakan pola asuh misalnya ini jatuh dalam jebakan kenakalan remaja & narkoba.


Orang yang nir menghargai dirinya sendiri akan menduga segala aspek pada dalam dirinya sebagai sesuatu yang negatif. Maka, dikaitkan menggunakan perkembangan global saat ini, tentu orang dengan karakter seperti ini juga akan tertinggal jauh menghadapi persaingan ketat kehidupan. Rasa tidak percaya diri akan mengungkung dirinya berdasarkan perjuangan menghadapi kerasnya kehidupan. Ia akan selalu merasa tidak mampu dibandingkan orang lain.


(3) Authoritarian Parenting Style


Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang diterapkan orang tua yg senantiasa memaksakan kehendak dan pemikirannya kepada anak-anaknya, tanpa diberi kesempatan buat mengemukakan pendapat. Jika anak-anak melakukan kesalahan, senantiasa diberi hukuman. Kesalahan yang disengaja juga tidak disengaja selalu diganjar dengan hukuman, tanpa terdapat pembahasan tentang kesalahan yg dilakukan.


Anak yg diasuh menggunakan pola seperti ini akan sebagai eksklusif yg menjalankan segala sesuatu bukan karena keinginannya, namun lantaran takut dalam anggapan orang lain, atau takut dalam sanksi. Seringkali anak yg dibesarkan menggunakan pola asuh otoriter sebagai eksklusif yang tidak percaya diri dan nir memiliki konsentrasi yg baik dalam belajar.


Jika dikaitkan dengan perkembangan jaman, orang yang senantiasa takut dalam anggapan orang lain akan selalu berada pada bawah bayang-bayang orang lain. Ia nir bisa sebagai pemimpin, dan selama hidupnya


(4) Authoritative Parenting Style

Pola asuh Authoritative merupakan pola asuh yang memberi ruang dalam kebebasan beropini dalam anak. Dibandingkan dengan pola asuh authoritarian yang mengedepankan posisi hirarki antara orang tua & anak, sebaliknya, pola asuh authoritative mengutamakan posisi yg egaliter antara orang tua & anak. Anak diberi kesempatan buat mengekspresikan diri, sekaligus diberi bimbingan tentang nilai & kebiasaan-kebiasaan. Hukuman dan bantuan gratis (reward and punishment) berlaku pada dalam pola pengasuhan ini, disertai penerangan menurut apa yang telah dilakukan oleh anak.
Anak menggunakan pola asuh misalnya ini tumbuh menjadi anak berdikari & percaya diri. Ia jua memiliki rasa solidaritas yg tinggi terhadap sesamanya.


Bila dikaitkan dengan perkembangan saat ini, anak dengan pola pengasuhan ini mampu bertahan pada ketatnya persaingan, lantaran memiliki agama diri yg tinggi. Berkat kemandiriannya, ia sanggup melesat dalam karir maupun tujuan hidupnya, karena dia tidak perlu bergantung pada pertolongan orang lain.


Banyak faktor berperan dalam pembentukan karakter anak. Salah satunya, adalah pola pengasuhan orang tua.Oleh karena itu, ayah & mak perlu memilih pola asuh yg paling baik bagi pembentukan karakter anak, terutama karakter yang tangguh dalam menghadapi tantangan jaman. Pertanyaan bagi para orang tua kini , pola asuh manakah yg paling efektif pada membuat karakter anak yg bisa menghadapi perkembangan jaman?




Sumber : http://www.balitasehat.net/artikel/Psikologi/Balita/10.pola.asuh.untuk.anak.cerdas/001/007/1080/1




Pola asuh dan karakter yang andal menghadapi tantangan jaman


 Mari kita tengok sementara waktu karakter apa saja yg dimiliki para tokoh yang sukses di jaman sekarang. Sebutlah alm. Steve Jobs dengan produk Apple-nya,atau Michael Jordan, oleh pemain basket angka satu pada Amerika. Tak ketinggalan juga J.K. Rowling, penulis buku Harry Potter yg terkenal. Dapat dikatakan, mereka adalah orang-orang yang sukses mengatasi tantangan serta melaluinya menggunakan baik.
Kunci utama kesuksesan orang-orang tersebut galat satunya terletak pada rasa percaya diri dan upaya yg gigih buat mencapai tujuannya. Contohnya, Michael Jordan, sempat tak dipilih bermain oleh timnya pada pertandingan bergengsi pada negerinya. Namun, berkat kegigihan & upaya tanpa kenal lelah, ia berhasil menandakan dalam sang pelatih bahwa beliau bisa diandalkan. Begitu pula Steve Jobs, berkat keyakinan & kreativitas yg tinggi, beliau membawa komputer Apple yang awalnya hampir bangkrut, ke posisi atas penjualan personal komputer dunia.
Percaya diri, mandiri, tak kenal menyerah adalah karakter-karakter yg diperlukan seseorang buat menghadapi kerasnya tantangan kehidupan kapanpun & dimanapun. Semua itu nir ada begitu saja dalam diri seorang, melainkan sebuah pembiasaan semenjak kecil. Lagi-lagi, pola asuh yg tepat turut ambil bagian pada pembiasaan dan penanaman karakter semenjak dini.

Penutup

Berbagai pola asuh serta karakter yang mungkin terbentuk dari pola asuh tertentu telah dijabarkan. Jenis karakter yang kiranya mampu menghadapi tantangan jaman  telah diulas. Maka kini, saatnya bagi para orang tua untuk menentukan, pola asuh mana yang kiranya dapat menghasilkan karakter anak yang mampu menghadapi tantangan jaman.
Kunci keberhasilan pengasuhan pula terletak pada konsistensi ayah dan bunda pada tempat tinggal pada menjalankan pola pengasuhan yg telah disepakati. Sebaiknya jangan berganti-ganti pola pengasuhan, lantaran hal ini akan menyebabkan kebingungan pada anak. Contohnya, pada hari eksklusif, ayah & mak memberi kesempatan pada anak buat membicarakan pendapat atas sesuatu hal, tetapi di hari lain, ayah & mak tidak memberikan kesempatan tadi. Tentu hal ini akan menyebabkan rasa bingung, murung , dan merasa tidak dihargai pada anak.
Akhir kata, pilihan untuk menggunakan pola pengasuhan manapun terletak di tangan ayah dan ibu sendiri. Para orang tua tentu bisa memilih berbagai macam jenis pola pengasuhan untuk anak. Hendaknya, pilihan pola asuh tersebut sebaiknya disesuaikan berdasar karakter dasar dari anak. Apapun pilihan pola asuhnya, kita juga harus ingat, bahwa ini semua dilakukan demi masa depan sang anak. Karena anak semata-mata adalah titipan Tuhan dan kita tak mungkin selalu ada dan melindungi anak-anak kita di masa yang akan datang.

(Navita Kristi Astuti)


















































































Rabu, 01 Juli 2020

[Masalah Kita] Mengangkat Seni Sebagai Ekspresi Keprihatinan Masyarakat



Oleh: Navita Astuti

?Kesenian kini 90% bisu. NIR POLITIK. Lembaga seni dikuasai birokrat jejadian, atau artis mediocre, sehingga mereka menjadi hamba sahaya.?

Pernyataan tadi dicetuskan oleh seseorang artis pelukis dan budayawan, R. Soehardi (62 tahun) dalam jawaban informasi lapangan yang kami sebarkan ke sekian banyak seniman di Indonesia. Sebuah pernyataan yang mengkritik dunia seni jaman kini , terutama di nusantara ini. Apa pasal global seni Indonesia menjadi bisu?


Gaya hidup masa kini yg serba instan & simpel mampu saja menjadi keliru satu penyebabnya. Sesuatu yang instan, didapatkan secara cepat,

namun dinikmati sementara saja. Kenikmatan yang dihasilkan pun hanya menyentuh permukaan, tak membekas hingga ke dalam sanubari. Karya seni pun dipandang dari permukaannya saja. Orang lebih suka membahas kecanggihan alat, kerumitan pembuatan maupun kecanggihan teknik yang digunakan dalam sebuah karya seni. Orang-orang mengabaikan pembahasan mengenai roh dan latar belakang yang menggerakkan seniman dalam menghasilkan karya seni tersebut.

Di sisi lain, gerusan arus komersialitas turut menghipnotis karya para artis. Seniman-artis tak lagi berkarya sinkron idealisme masing-masing, melainkan mengejar laba demi memuaskan selera pasar.


Anggapan masyarakat luas bahwa bergerak pada bidang seni itu tak menjanjikan masa depan, turut menghipnotis kebisuan karya seni pada Indonesia. Karya seni dianggap tak terdapat manfaatnya, selesai dinikmati, lalu dibuang begitu saja. Karya seni merupakan sampah. Inilah anggapan generik yang turut menyumbang pada kebisuan dunia seni Indonesia.


Karya Seni yang Peduli
Meski kesenian pada Indonesia mengalami kebisuan, namun terdapat beberapa seniman yang justru mengakibatkan seni menjadi ?Senjata? Buat menyuarakan keprihatinan mereka terhadap kenyataan sosial kemasyarakatan. Mereka menganggap karya seni merupakan media yg sempurna untuk menggerakkan masyarakat buat peduli pada berita sosial, politik maupun lingkungan hidup. Sejumlah 4 orang seniman menurut sekian poly artis yang kami kirimi informasi lapangan, menyatakan hal tersebut.


Vivera Siregar (fotografer), sebagai salah satu responden kami menjelaskan, dalam fotografi terdapat genre human interest, yang mengabadikan fenomena sosial kemanusiaan. Karya fotografi seperti ini dapat menjadi media yang tepat untuk menggambarkan kondisi lingkungan, serta beragam manusia dengan segala aktivitasnya.



Fotografi human interest, karya Vivera Siregar



Responden lainnya menyuarakan keprihatinan mereka melalui seni lukis. Namun, tidak hanya sekedar corat-coret pada atas kanvas, karya lukis yg mereka hasilkan menyiratkan makna. Pelukis Hardi, responden kami yg lain misalnya, dalam tahun 1978 menciptakan karya grafis berupa foto dirinya menjadi presiden sebagai bentuk kritiknya terhadap tekanan pemerintah Orde Baru yg represif & militeristik. Tetap konsisten menggunakan bunyi hatinya, di tahun 2011, beliau melakukan demo melukis di depan gedung DPR menjadi pernyataan menolak dibangunnya gedung baru.


Dari Pergulatan Hingga Solusi buat Masa Depan
Berbagai dampak dituai atas hasil karya seni yang dimaksud di atas. Ada poly apresiasi maupun geliat warga atas karya seni tersebut, tetapi tak sporadis mendapat kecaman, bahkan penangkapan karena karya seni yg dipercaya terlalu vokal. Pelukis Hardi pun mengalami penangkapan tadi pada tahun 1978, waktu dia memasang lukisan grafis foto dirinya menggunakan pakaian jenderal dan mengenakan bintang, dan memberi judul lukisan tersebut ?Presiden tahun 2001?.



Aksi Melukis R. Soehardi pada depan gedung DPR. Sumber : www.Portaltigaimage.Com



Tantangan lainnya yang dihadapi antara lain adalah kurangnya apresiasi dari masyarakat terhadap karya seni yang dihasilkan. Patricia Siswadi, responden kami menyatakan, “… tingkat kegencaran dalam menggulirkan kreasi seni yang mengangkat masalah-masalah keprihatinan (sosial kemasyarakatan, red.) tersebut kurang. Tantangannya adalah bagaimana pelaku seni yang memiliki keprihatinan sosial memiliki kreativitas untuk mengajak masyarakat luas lebih menyukai dan lebih memilih seni –seni yang bernuansa keprihatinan sosial daripada isu-isu romantika saja.


Ungkapan senada juga diucapkan oleh Vivera Siregar sebagai seniman fotografi, “Tidak semua orang mempunyai kepekaan terhadap seni, tidak semua orang bisa memahami pesan yang terkandung dalam sebuah foto. Dan tugas fotografer lah untuk menyampaikan pesan tersebut, mengemasnya dengan cara terbaik, agar pesan dapat diterima oleh masyarakat.”


Menjawab tantangan tadi, maka para responden kami menaruh saran-saran supaya karya seni yang menyuarakan keprihatinan sosial kemasyarakatan bisa semakin menggugah keberpihakan masyarakat, yaitu sebagai berikut :


Baiknya, para pekerja seni itu down to earth, mensosialisasikan "seni"-nya kepada lingkungannya; membumikannya, mengajak sekitar untuk turut "merasakan" seni. Dengan demikian, seni akan menjadi baur dengan masyarakat umum dan bukan hanya dimiliki oleh segelintir orang saja.” ~ Vivera Siregar, fotografer human interest.
“… yang jelas, para penggiat seni harus peka terhadap persoalan-persoalan sosial yang ada di masyarakat, dan secara intensif mengadakan event-event kesenian untuk meningkatkan apresiasi masyarakat.” Buletin Kamuning, seni lukis.


“… berkarya dengan cerdas, populer, dan berani menyebut dirinya SENIMAN.” ~ Pelukis Hardi.


Peduli dalam masalah sesama dan lingkungan adalah hakikat manusia menjadi makhluk sosial & bermasyarakat. Bentuk kepedulian pun bermacam-macam bentuknya. Entah itu pada bentuk aksi solidaritas yang sinkron menggunakan profesi setiap orang, menaruh bantuan juga sumbangan, atau mengekspresikannya pada media tertentu misalnya seni.


Segala bentuk solidaritas tentu mempunyai tantangannya masing-masing. Tetapi demikian, bukanlah perjuangan jika tanpa kendala maupun tantangan. Apabila usaha tak dijalani, maka dia tidak akan membawa makna dan perubahan bagi pelakunya. Oleh karena itu, meski jalan yg ditempuh terjal & mendaki, inilah tugas yg sebaiknya diemban sang para seniman Indonesia. Menjadikan karya seni mereka sebagai karya yg membumi & menyatu di masyarakat. Membuat rakyat menyayangi karya-karya seni di sekitar mereka, agar turut serta berkiprah dan berpihak pada kaum tertindas & terpinggirkan.


Semoga.





Navita Kristi Astuti
Penulis merupakan ibu menurut dua anak. Menyenangi dunia tulis menulis & craft. Ia ingin sekali dapat mengembangkan kepada orang lain melalui tulisan.



































































Minggu, 28 Juni 2020

[PROFIL] Ridwan Kamil dan Visi Sehat Untuk Kota Bandung

Setiap insan ingin dikaruniai tubuh & jiwa yg sehat. Karena dalam syarat sehat, manusia mampu membuat karya, menjadi produktif. Tetapi,insan nir tinggal sendiri. Kesehatan seorang jua ditentukan sang lingkungan juga kota tempat tinggalnya.
Sebuah kota yang sehat perlu didukung sang ekuilibrium sosial, budaya, lingkungan hidup dan regulasi yang mendukung gaya hayati sehat warganya. Mewujudkan kota yang sehat, tak tanggal berdasarkan partisipasi setiap rakyat kota, dan itikad baik berdasarkan pejabat pemerintah yg berwenang. Keduanya akan sebagai klop bila dijalankan menggunakan kepemimpinan yg memiliki visi bertenaga buat sebuah kota yang bersih, sehat & teratur.
Kita dapat ambil model kepemimpinan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew pada memberlakukan peraturan tentang kebersihan & ketertiban pada Singapura. Berkat kepemimpinan beliau, Singapura dijuluki sebagai kota terbersih pada dunia.
Bagaimana dengan kota kita sendiri, Kota Bandung?

Kota Bandung yang terkenal menggunakan hawa sejuknya, dan digemari oleh wisatawan lokal juga internasional berkat daya tarik wisata budaya, sejarah juga kulinernya, kini memasuki periode baru. Di penghujung 2013 yg kemudian, seseorang pemimpin Kota Bandung telah dilantik. Ia dianggap sang warga Kota Bandung berkat visi & misi menjadikanBandung Juara, yaitu kota Bandung menjadi kota yg baik, sehat & berkelanjutan.
Sang Walikota itu adalah Ridwan Kamil. Seorang yg sederhana dan bersahaja, tetapi mempunyai mimpi akbar buat mengakibatkan Bandung menjadi kota kelas global & sinkron dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.


Ridwan Kamil
Kang Emil, begitu beliau biasa dipanggil, merupakan seorang arsitek yang sangat peduli pada konsep pembangunan kota yang berkelanjutan. Sebelum terpilih menjadi  WalikotaBandung periode 2013-2018, ia telah memiliki prinsip-prinsip pembangunan kota yang memperhatikan aspek-aspek sosial, budaya dan lingkungan hidup.Menurutnya, sebuah kota yang sehat adalah kota yang merangsang warganya untuk keluar dari petak-petak rumah pribadi mereka dan menghabiskan waktu di ruang-ruang terbuka yang tersedia.



Sumber foto: www.Bandung.Usaha.Com



Berdasarkan keberpihakan itu, sepak terjang telah dilakukannya di beberapa titik pada pelosok Indonesia. Salah satunya, Kang Emil pernah berperan sebagai konsultan dalam penataan Kota Surabaya, pada masa kepemimpinan walikota Bambang Dwi Hartono (tahun 2002-2010).
Prinsip-prinsip yang dipegangnya dalam pembenahan kota Surabaya, pertama, proporsi ruang terbuka hijau (RTH) dan bangunan wajib berbanding 30 : 70. Menurut Kang Emil, daya dukung sebuah kota terhadap kesehatan warganya akan menjadi maksimal pada perbandingan tadi.


Skema Pembangunan Berkelanjutan. Sumber: www.Beranda.Miti.Or.Id




Kedua, sebuah kota dibangun seiring menggunakan membentuk gaya hidup. Regulasi yang lemah dalam ketidaktertiban akan melahirkan gaya hidup rakyat yang seenaknya jua. Oleh karenanya, apabila ingin rakyat sebuah kota menjalani konduite hayati sehat, maka perlu diciptakan regulasi-regulasi yg memaksa warganya mengarah ke konduite yg diinginkan. Misalnya dengan melakukan pemberlakuan tarif parkir maupun pajak kendaraan bermotor yang relatif tinggi. Karena dengan demikian, orang-orang akan lebih suka berjalan kaki maupun menggunakan angkutan generik.

Ketiga, sebuah kota hendaknya mampu menginformasikan visi yang jelas kepada warganya. Kelima, kota yang sehat adalah kota yang memiliki political willyang baik dari para pemimpinnya. Berdasarkan prinsip yang dipegangnya itu, Kang Emil sukses membantu pemerintah Kota Surabaya mengatasi keruwetan masalah di kota tersebut.
Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan tampaknya telah menyatu sedemikian rupa pada kehidupan Kang Emil, yg tercermin pada refleksi yg beliau tuliskan pada blog pribadinya, jua dalam setiap kiprahnya pada keluarga & warga .

Contoh peran Kang Emil dalam mewujudkan kota atau pemukiman yang sehat bisa kita lihat di daerah Kelurahan Babakan Asih, Kecamatan Bojongloa Kaler. Orang-orang mengenal daerah itu, Blok Tempe. Di wilayah itu, ia berafiliasi menggunakan rakyat mengatasi masalah banjir, dengan bersama-sama membangun sumur resapan di beberapa titik. Ia pula menggalang dana buat lalu dibelikan tanah yg digunakan sebagai huma bermain anak-anak. Anak-anak yang sehat merupakan anak-anak yang mempunyai ruang relatif untuk bermain di alam terbuka.



Sumber: www.Ridwankamil.Net



Kita jua dapat melihat model gaya hayati sehat yang berprinsip nol sampah, melalui desain tempat tinggal tinggal pribadinya di daerah Cigadung, yg terbuat berdasarkan ribuan botol bekas.
Kini, sesudah dilantik, Kang Emil pun memutuskan acara-program harian, seperti menetapkan hari Selasa Tanpa Rokok dan hari Jumat Bersepeda. Dan ini bukan sekedar acara pada atas kertas. Dalam kesehariannya sebagai walikota Bandung, ia nir berkendara menggunakan mobil dinas menuju tempat kerjanya, melainkan memakai sepeda. Ia benar-benar-sungguh ingin meneladani gaya hayati sehat menggunakan bersepeda.



Sumber foto: www.Republika.Co.Id

Sebagai warga Bandung, kita juga telah menyaksikan bagaimana taman-taman kota mulai di-revitalisasi. Hal ini adalah gebrakan Kang Emil pada mewujudkan kota yang sehat melalui perbanyakan ruang terbuka hijau di kota Bandung.

Sejumlah planning pembangunan kota Bandung telah digeber sang Sang Walikota Ridwan Kamil. Pembangunan Gedebage Teknopolis adalah bagian berdasarkan rencananya untuk membagi beban derita Kota Bandung, karena selama ini baik pusat pemerintahan, wisata juga perekonomian terletak pada bagian tengah kota. Ia merencanakan buat memindahkan sentra pemerintahan kota Bandung ke Gedebage. Dengan demikian, arah pembangunan kota sebagai lebih seimbang.
Bandung Skywalk jua adalah rencana Kang Emil yg akan direalisasikan pada tahun 2014 ini. Ia merupakan jembatan bagi para pejalan kaki, yang menghubungkan jalan Cihampelas dengan jalan Taman Sari. Dengan dibangunnya jembatan ini, orang yg hendak berjalan-jalan ke Cihampelas tidak perlu mengendarai motor & mobil, relatif memarkir tunggangan mereka di jalan Taman Sari, kemudian berjalan kaki melalui jembatan Bandung Skywalk ini.
Jika memang sahih jembatan ini terlaksana, maka masyarakat kota Bandung bisa berhemat bahan bakar, sebagai akibatnya mengurangi polusi asap tunggangan bermotor. Selain itu, warga kota Bandung menerima wahana hiburan & olahraga yg gratis dan menyehatkan, yaitu berjalan kaki melalui jembatan Bandung Skywalk ini.


Jalan panjang pembangunan kota Bandung yg sehat & berkelanjutan membentang di depan sana, bagi Sang Walikota Bandung, Ridwan Kamil. Akankah seluruh rencana dia dapat terealisasi? Mari kita dukung sepak terjang dia dalam mewujudkan kota Bandung yg bersih, sehat dan teratur!


(Ditulis berdasar kajian media)









































Jumat, 26 Juni 2020

[MASALAH KITA] Krisis Mutu Pangan di Indonesia

Penulis: Agustein Okamita  dan Navita Astuti

Makanan adalah salah satu kebutuhan primer insan. Makanan yang masuk ke dalam tubuh berperan penting dalam mendukung kehidupan kita & segala kegiatan yang kita lakukan. Agar pertumbuhan dan regenerasi sel-sel pada pada tubuh berlangsung menggunakan baik, sel-sel tubuh membutuhkan aneka macam vitamin dan mineral yg diperoleh menurut kuliner & minuman yg kita konsumsi.


Makanan mendukung vitalitas manusia. Tetapi, berdasarkan makanan jugalah penyebab utama munculnya penyakit-penyakit yang diderita manusia. Baik itu penyakit yang ada secara eksklusif sesudah makanan dikonsumsi (keracunan dampak mengonsumsi kuliner eksklusif), juga penyakit menahun akibat gaya hidup seorang menggunakan pola makan tidak sehat yang dia jalani selama bertahun-tahun.


Kita mungkin seringkali mendengar, perkara-kasus keracunan kuliner. Tragedi Minamata (http://en.Wikipedia.Org/wiki/Minamata_disease)di Jepang

merupakan salah satu kasus yang paling terkenal. Pembuangan limbah merkuri oleh pabrik kimia Chisso Corporation selama bertahun-tahun (1932-1968) mengakibatkan akumulasi bahan berbahaya tersebut di dalam tubuh ikan dan hewan air yang hidup di teluk Minamata dan laut Shiranui. Penduduk lokal di sana banyak yang mengalami kematian dengan gejala kelumpuhan syaraf karena mengonsumsi ikan-ikan dan hewan laut tersebut.


Tangan yang lumpuh akibat tragedi Minamata
http://en.wikipedia.org/wiki/Minamata_disease
Kasus lainnya adalah keracunan tempe bongkrek yang terkontaminasi oleh bakteri Burkholderia galdioli yang terjadi di Jawa Tengah beberapa tahun yang lalu (http://www.indosiar.com/patroli/3-warga-tewas-6-orang-kritis-diduga-keracunan_58711.html).Bakteri Burkholderia galdioli menghasilkan asam bongkrek dan toksoflavin, yang meracuni sel-sel tubuh dan mengakibatkan kematian.


Umum jua diketahui bahwa pola makan nir sehat, dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit-penyakit fatal misalnya penyakit jantung, kanker & diabetes.
Melihat semakin tingginya penyakit akibat rendahnya mutu pangan maupun pola makan nir sehat dewasa ini, maka cukup krusial bagi kita buat membuatkan perilaku kritis dan waspada terhadap pangan yang kita konsumsi. Apakah warga telah menyadari pentingnya menentukan pangan yg kondusif, sehat & bermanfaat bagi kehidupan mereka? Mari kita tengok sebentar apa yang sesungguhnya sedang terjadi dalam kancah industri pengadaan pangan pada negara kita.


APA YANG SESUNGGUHNYA TERJADI DI DAPUR INDUSTRI PANGAN SAAT INI?
Revolusi Industri menaruh perubahan akbar terhadap perkembangan teknologi pada berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam industripenyiapan, pengolahan, & pengemasanbahan-bahan pangan. Manfaat berdasarkan kemajuan teknologi industri merupakan kita bisa menerima kuliner menggunakan lebih gampang & lebih cepat. Namun impak negatif dari teknologi industri adalah penurunan kualitas bahan kuliner tersebut. Dampak negatif tadi diantaranya ditimbulkan oleh hal-hal berikut:
  • Teknologi pertanian menghasilkan pupuk-pupuk dan pestisida  sebagai sarana untuk mengoptimalkan hasil pertanian dan melindungi tanaman dari hama.  Namun, apakah para petani menggunakan pupuk dan pestisida dalam jumlah yang tepat? Penggunaan pupuk kimiawi dalam dosis berlebihan akan mengakibatkan gangguan pada struktur kimiawi tanah dan kerusakan ekosistem dalam jangka panjang.Sementara itu, pestisida kimia sintetik (non organik) yang digunakan memang terbukti efektif membunuh hama, tetapi residu pestisida  tertinggal di sayuran dan buah yang akan kita konsumsi. Mengonsumsi sayur dan buah yang mengandung pestisida non organik menyebabkan timbulnya penyakit dan gangguan fisik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sayur dan buah yang sejatinya menyehatkan tubuh manusia, justru menjadi racun bagi tubuh, akibat penggunaan pestisida secara berlebihan.
  • Teknologi pakan ternak menciptakan makanan dan hormon-hormon pertumbuhan bagi hewan-hewan di peternakan. Peternak skala besar mengganti makanan ternak alami dengan makanan olahan yang berasal dari pabrik, karena lebih murah dan lebih mudah didapat dibandingkan dengan makanan ternak alami. Untuk dapat memenuhi pesanan industri makanan siap saji, mereka menggunakan hormon-hormon pertumbuhan agar ternak mereka dapat memenuhi persyaratan berat dan ukuran tertentu. Ternak penghasil susu juga diberi makanan dan hormon-hormon tertentu untuk dapat menghasilkan lebih banyak susu. Hormon-hormon itu disuntikkan ke dalam tubuh hewan ternak atau dicampurkan ke dalam makanannya, agar pertumbuhannya menjadi lebih cepat atau menghasilkan susu yang lebih banyak. Sayangnya hormon itu tidak dapat terurai dengan mudah di dalam tubuh ternak, dan ketika kita mengonsumsinya, zat tersebut masuk ke dalam tubuh kita. Apakah kita menyadari dampaknya terhadap kesehatan kita.
  • Susu bukanlah bahan pangan yang asing bagi kita, karena sebagian besar di antara kita minum susu sapi sejak kecil, bahkan mungkin sejak bayi kita sudah harus minum susu sapi. Dahulu susu sapi segar bisa diperoleh dengan gampang, para peternak langsung mengantarkan susu yang baru dari pemerahan ke rumah-rumah kita. Sekarang ini perusahaan-perusahaan susu mengambil peran sebagai perantara antara peternak dengan konsumen. Mereka mengolah susu dari peternak dan mengemasnya sedemikian rupa sebelum dikirim ke toko-toko dan dibeli oleh konsumen. Proses pengolahan dan pengawetan juga menurunkan nilai nutrisi yang dikandung oleh susu, selain penambahan zat-zat kimiawi yang sulit dicerna oleh tubuh kita. Penggunaan hormon bagi sapi penghasil susu juga membuat konsumsi susu sapi menjadi perdebatan saat ini.
  • Teknologi industri pangan membuat proses penggilingan padi dan gandum menjadi lebih cepat. Jika dulu padi ditumbuk untuk menjadi beras, sekarang beras diperoleh dengan proses penggilingan. Proses penambahan pemutih (bleaching) juga dilakukan untuk menghasilkan warna putih yang menarik bagi konsumen. Akan tetapi, beras dan gandum yang dihasilkan dari proses penggilingan sudah kehilangan banyak nutrisi alami yang terkandung di dalam padi.
  •  Tepung terigu yang berasal dari gandum yang telah kehilangan nutrisi alami diolah menjadi roti. Untuk menggantikan nutrisi yang hilang, roti yang dibuat diperkaya dengan berbagai zat kimia sintetik dan vitamin-vitamin kimiawi (enrichment). Zat-zat kimia sintetikyang ditambahkan ke dalamnya sulit dicerna dan diserap oleh tubuh. Bahkan bahan-bahan kimia sintetis yang ditambahkan ke dalam beras atau terigu untuk mengawetkan dan menghasilkan warna yang menarik justru berbahaya bagi kesehatan kita.
  • Industri yang membuat mesin-mesin pengolahan dan pengemasan makanan mempermudah manusia dalam memperoleh makanan yang lebih awet dan lebih praktis untuk dibawa ke mana-mana. Salah satu hasil teknologi industri pangan yang sangat kita kenal saat ini adalah mi instan. Saat ini mi instan merupakan salah satu makanan yang paling banyak dijual dan dikonsumsi masyarakat, mulai dari kalangan ekonomi lemah sampai orang kaya. Dengan kemajuan industri, mi dikeringkan dan dikemas sedemikian rupa agar mudah dibawa ke mana saja dan disajikan kapan saja.
  • Industri kimia membuat berbagai bahan-bahan kimia sintetik seperti pewarna, penyedap, dan pengawet, yang ditambahkan ke dalam bahan-bahan makanan. Daging olahan dan makanan siap saji memang terasa enak di lidah. Tetapi tahukah kita bahwa setiap proses pengolahan akan mengurangi nutrisi yang terkandung di dalam daging dan makanan tersebut? Selain itu, penambahan zat-zat artifisial seperti pengawet, pewarna, dan penyedap rasa, juga memberi dampak negatif bagi tubuh kita.




Makanan Olahan Biasanya diberi tambahan bahan pengawet dan penyedap http://himikaung.Files.Wordpress.Com/2011/03/bahan-kimia-dalam-makanan11.Jpg


Tanpa kuliner kita nir bisa menjalani kehidupan menggunakan baik. Di pada makanan terdapat komponen-komponen yang diharapkan sang sel-sel tubuh kita. Tetapi, apa jadinya apabila kuliner yg kita makan sehari-hari justru menghambat kehidupan normal kita?


APA YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN?
Pengadaan pangan yang aman, sehat dan bermanfaat bagi kehidupan adalah tugas semua lapisan rakyat, mulai menurut produsen, konsumen, hingga aparatur negara. Oleh karena itu, buat menghindari semakin merosotnya mutu pangan di negara ini, hendaknya masing-masing pihak mengambil langkah berikut :
  • Di pihak produsen, hendaknya tidak mementingkan keuntungan bisnis semata dalam mengolah bahan pangan. Produsen hendaknya mematuhi etika dan ketentuan produksi  pangan yang berkualitas. Di kalangan industri pangan dan pertanian kini telah dikenal sistem pengawasan mutu pangan yang disertai dengan standar dan parameter tertentu yang harus dipatuhi, misalnya ISO 9000, ISO 14000. Hal itu hendaknya juga disertai dengan praktik-praktik seperti Good Agricultural Practice(GAP), Good Handling Practice (GHP) dan Good Manufacturing Practice (GMP) yang kesemuanya merupakan prinsip-prinsip yang perlu dijalankan dalam upaya menaikkan mutu pangan yang aman dan berwawasan lingkungan hidup.
  • Di pihak konsumen, hendaknya juga mulai mengembangkan sikap kritis dalam memilah pangan yang akan dikonsumsi. Pepatah mengatakan, “You are what you eat” atau “Dirimu mencerminkan apa yang kamu makan” patut menjadi pegangan. Orang yang sehat dan segar jasmaninya, adalah orang yang selektif mengonsumsi makanan berkualitas bagi tubuhnya. Sebaliknya, orang-orang yang telah mengidap penyakit-penyakit seperti diabetes, hipertensi, adalah orang-orang yang semasa hidupnya tidak mengontrol asupan makanannya. Selain itu, kesadaran akan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengawasan mutu pangan juga penting untuk dibangkitkan. Sikap kritis masyarakat dalam pengawasan mutu pangan tentu akan menjadi dorongan positif bagi para produsen untuk melakukan proses produksi pangan yang sesuai dengan peraturan dan etika yang berlaku.
  • Di pihak pembuat kebijakan, pemerintah dan penegak hukum, hendaknya memberlakukan sistem manajemen mutu pangan yang terintegrasi, dari hulu hingga hilir, disertai peraturan yang jelas, pengawasan menyeluruh serta sanksi-sanksi bagi yang tidak mematuhi.


Konsumen yg kritis dan peduli terhadap mutu pangan akan mendorong terciptanya pembuat yg pula patuh dalam proses produksi yg aman & bermutu. Pada akhirnya, tanggung jawab terhadap upaya pengendalian mutu pangan terletak pada tangan kita seluruh. Maka, telah saatnya segenap lapisan warga senantiasa membuatkan sikap kritis terhadap produk pangan yang terdapat, berdasarkan proses pengadaannya pada lahan pertanian, hingga proses pengolahan & pendistribusian produk pangan tersebut.


?












































Jumat, 19 Juni 2020

[MASALAH KITA] – Peran Ayah Dalam Keluarga Masa Kini

Oleh: David Ardes Setiadydan Navita Astuti

Pengantar



Foto: dokumen pribadi Navita
Peran seorang ayah kerap diasosiasikan dengan peran sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah yang harus berada di luar rumah. Selain itu, sosok ayah yang dingin dan kurang dekat dengan anak-anaknya kerap menjadi pemandangan umum dalam keluarga di Indonesia. Namun, seiring dengan perkembangan jaman dan dinamika sosial masyarakat, peran ayah dalam keluarga sedikit demi sedikit mulai bergeser. Desakan finansial sedikit banyak telah menempatkan ayah dan ibu sebagai pencari nafkah untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan keluarga. Pada situasi yang lain, seorang ayah tidak lagi harus mencari nafkah dengan berada di luar rumah, bekerja bisa dilakukan dari dalam rumah, maka di sini ayah bisa turut berperan dalam mengerjakan tugas rumah tangga “yang biasanya” dikerjakan oleh para ibu. Secara umum, para ayah semakin banyak terlibat dalam pekerjaan domestik yang biasanya hanya dikerjakan oleh para ibu, seperti mengasuh dan mendidik anak.


Dalam edisi Proaktif Online kali ini, kami menyebarkan kuesioner kepada beberapa responden untuk mendapatkan gambaran mengenai peran ayah masa kini di dalam keluarga. Bagaimana tantangan yang dihadapi oleh para ayah tersebut dengan kondisi yang unik, serta menjadi bahan permenungan kita bersama tentang posisi dan peran ayah dalam keluarga masa kini.


Tugas Rumah Tangga : Keterlibatan Ayah dan Fleksibilitas
Dewasa ini, ayah dan ibu yang bekerja menjadi pemandangan yang semakin umum di Indonesia. Salah satu faktor penyebabnya adalah desakan ekonomi yang menuntut ibu untuk turun tangan dalam menambah pemasukan bagi neraca keuangan rumah tangga. Untuk itu, kami mengajukan pertanyaan kepada responden tentang bagaimana pembagian tugas rumah tangga di antara ayah – ibu.
Pada umumnya, para responden tidak memaparkan prinsip pembagian tugas yang jelas. Pembagian tugas tidak lagi didasarkan pada peran gender, di mana ayah wajib mencari nafkah sementara ibu yang wajib mendidik dan mengasuh anak. Umumnya para responden, sebagai ayah, terlibat dalam tugas rumah tangga. Namun skala keterlibatannya yang berbeda-beda sesuai kesepakatan dengan pasangannya masing-masing.
Di sinilah peran ayah menunjukkan fleksibilitas, di mana ayah tidak lagi sebatas sebagai pencari nafkah semata yang tidak terlibat dalam tugas rumah tangga. Seorang ayah bisa saja mencuci pakaian, memandikan anak, menemani anak belajar, menidurkan anak. Ayah semakin hadir dalam kehidupan anak-anak. Keterlibatan ayah dapat dimungkinkan karena pekerjaan tidak lagi mengharuskan seseorang untuk keluar dari rumah.
Dalam hal pembagian tugas rumah tangga, seluruh responden menyatakan terlibat dalam pekerjaan domestik rumah tangga, terutama dalam hal pengasuhan anak.


Peran Ayah  Ideal yang Diharapkan di Masa Kini
Setiap pria dulunya adalah seorang anak yang memiliki kesan tersendiri tentang ayahnya, yang sedikit banyak menjadi dasar ataupun pedomannya untuk mengambil perannya ketika menjadi ayah. Peran ayah yang lebih fleksibel dan lebih terlibat dalam tugas rumah tangga, terkait erat dengan pemahaman akan peran sebagai ayah dalam keluarga. Interaksi antara kesan (kenangan) dan kesadaran gender, sepertinya berpengaruh pada pemahaman tentang peran ayah di dalam keluarga. Para responden, secara umum, mengamini bahwa peran ayah ideal adalah sebagai mitra bagi istri dan sebagai teman bagi anak.
Hal ini teridentifikasi dari pernyataan-pernyataan sebagai berikut :
  •           Menjadi rekanan yang sejajar bagi istri
  •           Ayah harus hadir di tengah urusan keluarga dengan prinsip : ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani
  •           Ayah dan ibu mengurus anak secara bersama
  •           Bisa berkomunikasi dengan anak
  •           Sebagai sahabat, teman, saudara
  •           Menjadi pendengar yang baik
  •           Intens memberikan perhatian dan pendampingan


Para responden juga menyadari bahwa peran ayah yang ideal adalah terlibat dalam proses tumbuh kembang anak, intinya adalah hadir dalam hidup mereka. Kehadiran tersebut terwujud dalam komunikasi yang terjalin di setiap hari, di sinilah ayah berperan sebagai teman bagi anak. Namun hubungan pertemanan ini menghendaki ayah yang tegas, bukan keras dalam artian otoriter, sebagaimana yang diungkapkan oleh 2 orang responden.




Father and child in arms
Tantangan Menjadi Seorang Ayah

Menjadi seorang ayah seperti yang diharapkan menemukan tantangannya pada setiap pribadi dan keluarga. Tantangan yang bervariasi yang diungkapkan oleh para responden, di antarnya :


  • Soal waktu untuk bersama dengan keluarga (istri dan anak). Ketersediaan waktu yang dimiliki seorang ayah dipengaruhi oleh beban pekerjaan yang ia kerjakan ataupun manajemen waktu yang dilakukan. Menyediakan waktu bagi keluarga, termasuk di dalamnya adalah hadir di dalam proses tumbuh kembang anak, hadir di kala anak membutuhkan sosok ayahnya. Terkadang dengan jenis pekerjaan yang menuntut waktu di luar rumah, hal pengasuhan anak terpaksa dipindahtangankan atau membutuhkan bantuan dari tenaga pengasuh.
  • Soal pengendalian emosi.Terkadang pada saat beban kerja sedang tinggi, ataupun pada kondisi yang kurang menyenangkan, bersikap tenang dan berkepala dingin menjadi tantangan. Terutama pada saat menghadapi anak-anak. Tidak jarang, anak-anak mendapatkan pelampiasan emosi negatif orang tua tanpa sempat memahaminya dengan bijaksana. Pengendalian emosi ini mungkin terkait dengan persoalan pengenalan diri dalam pribadi sang ayah. Salah seorang responden mengemukakan bahwa dengan mengenal diri akan membantu ayah untuk dapat berpartisipasi dalam mengelola keluarganya dengan baik.
  • Soal nilai-nilai yang berbeda dari lingkungan pergaulan.Setiap anak-anak tidak dapat terhindarkan untuk bergaul dengan lingkungan tempat tinggalnya, di mana interaksi nilai-nilai terjadi dan kemungkinan memiliki pertentangan dengan nilai-nilai yang telah diajarkan kepada anak-anak.
  • Soal gadget smartphone. Dewasa ini hampir semua keluarga memiliki smartphoneyang menawarkan berbagai fitur canggih, terutama untuk hiburan. Terkoneksi dengan internet setiap hari, kerap menyita perhatian orang tua dari perhatian. Di sisi lain, ketika anak-anak terpapar dengan smartphone menyebabkan mereka jauh dari realitas hidup sehari-hari dan kurang bergerak. Hal ini turut menurunkan kualitas kesehatan anak-anak. Disiplin dalam penggunaan smartphonedan kesepakatan antara ayah-ibu menjadi kunci dalam penegakan disiplin tersebut.
Tantangan-tantangan tersebut mungkin tidak dialami oleh semua ayah (keluarga), karena setiap keluarga memiliki tantangannya masing-masing.

Penutup
Dengan berbagai tantangan kehidupan di jaman sekarang ini, peran seorang ayah di dalam keluarga tidak lagi cukup sebatas pencari nafkah. Keterlibatan ayah dalam mengasuh anak dan mendampingi mereka dalam proses tumbuh kembang menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan. Di samping itu, relasi antara ayah-ibu semakin mengarah pada hubungan kemitraan yang setara, di mana ayah dan ibu bekerja sama untuk mengelola rumah tangga dengan pembagian tugas yang fleksibel.
Ke depannya, peran ayah dan ibu merupakan hasil kesepakatan di antara pasangan, bukan sesuatu yang diharuskan oleh masyarakat. Bagaimanapun, ayah dan ibu adalah yang paling mengerti apa yang mereka hadapi di dalam hidup sehari-hari. Ayah pun diharapkan dapat semakin hadir dalam hidup anak-anaknya.


Ayah - ibu - anak


































Rabu, 17 Juni 2020

[OPINI] Visi Keluarga Transformatif - Visi yang Berpihak Pada Masyarakat

Oleh: Navita K. Astuti



Diskusi Keluarga
Sebuah keluarga terbentuk atas dasar ikatan dan komitmen bersama antara suami dan istri. Ikatan tersebut dilandasi oleh perasaan saling mengasihi, komitmen bersama untuk membentuk sebuah keluarga, serta memiliki tujuan bersama yang hendak dicapai oleh pasangan tersebut. Seringkali, komponen yang terakhir disebutkan jarang dibahas oleh pasangan suami istri yang saling mengikat diri dalam ikatan pernikahan. Kebanyakan, pernikahan  diartikan semata-mata sebagai takdir hidup semata, hanya agar masyarakat menilai bahwa dirinya berada pada status aman dan dapat diterima oleh masyarakat.



Sebagaimana layaknya sebuah pesawat yg hendak tanggal landas, pada sebuah pernikahan diperlukan arah yang hendak dituju beserta oleh pasangan suami istri. Mau ke mana arah keluarga kami? Akan menjadi seperti apa keluarga yg akan kami bentuk? Begitulah kira-kira pertanyaan yg perlu dijawab sebelum pasangan suami istri menciptakan keluarga.


Keluarga & Tantangan Jaman
Akhir-akhir ini, begitu sering kita menemui famili yg retak oleh beberapa karena. Pertengkaran yang berlarut-larut, sulitnya menemukan istilah rujuk, ketidakcocokan pada antara suami dan istri. Saling nir tahu asa satu sama lain. Merasa paling sahih sendiri. Semua itu berujung pada perpisahan dan perceraian.


Tuntutan hayati tinggi menciptakan setiap anggota keluarga mengejar materi. Anak-anak lebih tak jarang diasuh sang asisten tempat tinggal tangga, lantaran orang tua sibuk memenuhi kebutuhan materiil. Kedua orang tua sporadis berkumpul beserta dengan anak-anak mereka . Tujuan awal pembentukan famili menjadi terlupakan karena kesibukan masing-masing anggotanya.


Perkembangan teknologi menyebabkan kurangnya sentuhan fisik yg sesungguhnya diperlukan oleh seseorang anak atau anggota famili. Teknologi internet, personal komputer kecil & ringan yg mudah dibawa ke mana-mana, sampai tablet yang hanya segenggaman tangan, menciptakan orang-orang terlena menggunakan hiburan juga pelaksanaan online yang disajikan. Dengan fasilitas tadi, orang-orang mengabaikan pentingnya kebersamaan secara fisik. Dengan kecanggihan teknologi seperti itu, orang jua dapat semakin larut pada pekerjaan. Mereka lupa dalam orang-orang pada sekitarnya. Esensi penting dalam keluarga buat saling mengisi, mendukung dan membicarakan visi bersama menjadi terkesampingkan.



Membaca Bersama Keluarga
Ketika visi dan tujuan bersama yang menjadi pengikat kebersamaan dalam keluarga pudar, maka lahirlah ketidakcocokan, pertentangan, perselisihan antar anggota keluarga. Ada beberapa keluarga berujung pada perpisahan. Namun, keluarga lainnya ada pula yang mampu bertahan, memperbaiki diri, membina visi mereka kembali.


Sebuah Visi yg Transformatif bagi Keluarga dan Masyarakat
Visi bersama merupakan kondisi krusial keutuhan tempat tinggal tangga. Tak hanya itu, waktu sebuah visi beserta pada sebuah famili bisa dipelihara & dikomunikasikan pada antara setiap anggotanya, maka keluarga tersebut bisa memaknai maksud dan tujuan kebersamaan mereka dan dengan demikian, membuat hidup setiapanggota keluarga sebagai lebih berarti.


Sebagai bagian menurut warga , sebuah famili yg bisa menempatkan visi beserta mereka bagi kemajuan & kesejahteraan warga pada sekitar mereka adalah famili yang memiliki visi transformatif.


Visi bersama yg transformatif memampukan sebuah keluarga melihat posisi mereka pada tengah masyarakat. Visi tersebut menciptakan famili sanggup mendorong setiap anggotanya buat turut merogoh peran pada dalam masyarakat secara nyata sesuai bakat dan panggilan hayati mereka masing-masing.


Sepasang suami istri, Febry & Nat, keduanya mantan aktivis GMKI, menghidupi visi famili mereka : menyebarkan karunia dan bakat hadiah Sang Pencipta buat memuliakan Sang Pencipta menggunakan melayani sesama insan, tanpa membedakan latar belakang suku, kepercayaan , maupun ras.


Dalam keseharian, & pada disparitas karakter antara Febry yg cenderung cepat dalam merogoh keputusan & Nat yang penuh pertimbangan dan sangat hati-hati dalam menetapkan, mereka menjalani visi bersama tadi.


Visi tersebut mereka tanamkan pula pada buah hati mereka, Putra. Kepedulian Febry dan Nat terhadap masyarakat tercermin pada cara mereka mendidik Putra. Febry sebagai ayah berperan menumbuhkan karakter kepemimpinan pada diri Putra, sedangkan Nat sebagai ibu mendidik Putra dengan kelemahlembutan dan kepedulian kepada sesama dan lingkungan hidup. Visi yang mereka hidupi sederhana, namun transformatif sifatnya. Visi tersebut mampu keluar dari ruang kenyamanan pribadi dan mau peduli pada masyarakat maupun lingkungan hidup di sekitarnya.


Sepasang suami istri lainnya, Dien Fakhri Iqbal dan Permata Andhika adalah contoh keluarga yang memiliki visi transformatif. Mereka dipertemukan dalam visi keberpihakan bagi masyarakat korban bencana serta memiliki minat yang sama tentang terapi trauma dengan body movement. Atas dasar kesamaan visi tersebut, mereka bersepakat untuk menjalani hidup sebagai sebuah keluarga. Setelah keluarga mereka terbentuk, keberpihakan mereka bagi masyarakat korban bencana tetap terpelihara. Iqbal dan Mata (panggilan akrab mereka) saling dukung dalam aktualisasi diri masing-masing.


Tidak banyak keluarga memiliki visi transformatif misalnya yg dipegang oleh keluarga Febry-Nat juga Iqbal-Mata. Beberapa keluarga lain, mungkin terdiri menurut pasangan yg visinya bertolak belakang sebelum akhirnya mereka dipersatukan pada dalam mahligai perkawinan. Apakah yg terjadi pada visi mereka sebelumnya? Bisa jadi visi eksklusif berubah seiring perkembangan yg dialami dalam keluarga mereka. Namun, sejauh itu disepakati, dinikmati & mendukung aktualisasi diri setiap anggota famili, tetaplah merupakan visi beserta yg menguatkan sebuah famili.


Tantangan & Solusi
Visi transformatif lahir dari proses keberpihakan & keprihatinan keluarga akan rakyat pada lebih kurang mereka. Visi seperti ini tidak sporadis menerima tantangan berdasarkan aneka macam pihak, terutama pada jaman yg semakin menjunjung individualisme misalnya ketika ini. Visi transformatif cenderung menerima cemoohan, ejekan & pertentangan. Tak jarang jua timbul perilaku skeptis akan upaya yang diperjuangkan dalam visi transformatif tadi.


Hal ini dialami sang pasangan Iqbal dan Mata, yang mendapat ujian justru berdasarkan famili akbar mereka berdua. Namun, karena visi tadi lahir berdasarkan bunyi hati mereka yang terdalam, semua tantangan itu mereka hadapi dengan ketua dingin. Iqbal & Mata berupaya memberitahuakn pada famili besar bahwa mereka konsisten pada perjuangan yg mereka lakukan.Perlahan tetapi niscaya, famili besar menerima apa yang mereka perjuangkan.


Tantangan lainnya dapat muncul dari anggota keluarga inti itu sendiri, seperti yang dialami oleh Febry dan Nat.  Banyak faktor yang menjadi penyebab, antara lain latar belakang keluarga, perbedaan sifat hingga ego pribadi yang cukup kuat terbentuk sejak kecil. Juga, karena sudah membuka diri terhadap masyarakat sekitar, keluarga Nat dan Febry dituntut pula untuk banyak mendengar dan memahami permasalahan orang lain maupun masyarakat di sekitar. Dalam hal ini, dibutuhkan kesabaran dan pemahaman yang lebih terhadap orang lain, agar tidak tergesa-gesa menilai situasi maupun mengambil tindakan.


Oleh karenanya, visi transformatif perlu buat direfleksikan secara beserta-sama. Kualitas komunikasi perlu ditingkatkan buat merefleksikan capaian apa saja yang telah dihasilkan sang famili tadi. Penting jua buat melakukan apreasiasi satu sama lain atas apa yang telah dilakukan. Segenap anggota famili perlu mempunyai rasa syukur atas setiap langkah kecil yang sudah dicapai.


Merupakan tantangan bagi setiap pasangan buat mewujudkan sebuah famili yang dapat saling mengisi satu sama lain. Lantaran dalam dasarnya suami dan istri adalah sepasang pribadi menggunakan perbedaan sifat & karakter serta memiliki ego pribadi. Tetapi, diperlukan keyakinan kuat bahwa tenaga positif akan terbentuk dari peleburan ke 2 sifat & visi yg berbeda. Ini adalah kapital utama berdasarkan sebuah famili buat maju mewujudkan visi transformatif. Pada titik ini, setiap anggota keluarga akan saling mendukung ekspresi setiap anggotanya. Tentunya, aktualisasi diri yg dimaksud merupakan aktualisasi yang tidak hanya mementingkan diri sendiri. Aktualisasi diri yg dimaksud adalah ekspresi yang bermanfaat bagi masyarakat. Itulah visi transformatif di dalam famili.


 ***





























































Minggu, 14 Juni 2020

[MASALAH KITA] Ketika Burnout Melanda Aktivis

Pada masa kini , perkara-perkara kesehatan baik dalam raga dan jiwa semakin bermunculan dan jumlahnya terus meningkat. Hal ini diduga disebabkan sang perkembangan zaman yg menyebabkan perubahan gaya hidup, memicu persaingan yg kian ketat di antara sesama manusia sampai melebarkan kesenjangan sosial pada warga . Hidup yg kian kompleks mensugesti kesehatan jiwa dan raga manusia.

Jika raga yang terserang penyakit, dapat didiagnosa secara medis, bagaimana dengan jiwa? Permasalahan mental seringkali menjadi lebih pelik, karena sifatnya intangible – tidak terlihat dari luar diri, meskipun dapat dilakukan diagnosa setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan. Karena permasalahan mental tidak terlihat langsung penyebabnya dan lebih kompleks untuk dipahami, umumnya masyarakat yang kurang paham memberi label pada permasalahan mental sebagai sesuatu yang negatif dan memalukan. Padahal, setiap orang tanpa kecuali dapat dihinggapi permasalahan mental. Dari yang kadarnya sangat rendah sampai yang tinggi hingga tak sadarkan diripun, persoalan kesehatan mental sesungguhnya merupakan pertanda bagi seseorang untuk memberi perhatian lebih pada kesejahteraan batin dirinya sendiri.

Sumber: socialgadgetnews.com
Seseorang secara fisik disebut sehat karena ia menjalani gaya hidup sehat dan memberi asupan makanan yang sehat bagi tubuhnya. Ia mudah terserang penyakit ketika tidak memberi kecukupan bagi tubuhnya, di antaranya, asupan makanan sehat maupun olahraga dan istirahat yang cukup. Di sisi lain, seseorang yang sehat secara mental, memberi kecukupan ruang bagi batinnya untuk berpikir positif, penuh syukur dan reflektif terhadap pengalaman hidupnya.

Ketika batin seseorang merasa terlalu ‘penuh’ dengan aktivitas yang dilakukannya, ia bisa mengalami kelelahan. Lelah secara mental terlihat dari sikap maupun gerak-gerik seseorang. Hal itu bisa saja disadari atau tidak disadari. Namun dari gejala yang muncul, biasanya memperlihatkan bahwa orang tersebut mengalami kelelahan secara mental atau istilah klinisnya : burnout. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Freudenberger pada tahun 1974, untuk menggambarkan perasaan kegagalan dan kelesuan akibat beratnya beban atau tuntutan terhadap seseorang. Stamm, B (2005) menyatakan dalam jurnal penelitian ProQuol Manual, bahwa burnout adalah perasaan tanpa harapan dan kesulitan melakukan sebuah pekerjaan. Perasaan negatif tersebut muncul perlahan pada seseorang, yang berujung pada keputusasaan karena apapun yang dilakukan seolah-olah tak memberi hasil. (Sumber : www.wikipedia.com)

Gejala yang umum terjadi pada seseorang yang mengalami burnout antara lain : tidak ada motivasi untuk melakukan apapun, menyendiri, tak ingin berjumpa orang lain, hingga pada kondisi ekstrem, seperti histeris atau hiperaktif. Dengan kadar yang bermacam-macam, ketika dilanda burnout, ada orang yang dapat menanggulangi masalahnya dengan cepat, namun ada yang sampai berlarut-larut hingga menjadi depresi berkepanjangan.

Dunia aktivisme tak luput dari masalah burnout. Setiap aktivis memiliki keberpihakan tertentu yang ia perjuangkan. Perjuangan seorang aktivis, bisa jadi terasa berat, karena kebanyakan hal yang ia perjuangkan justru adalah sesuatu yang melawan arus dari yang umum terlihat di dalam masyarakat. Perjuangan seorang aktivis yang mendobrak kenyamanan banyak orang juga menjadi terasa berat. Dalam hal ini, beratnya beban atau tuntutan lahir bukan dari atasan atau banyaknya pekerjaan, melainkan dari tantangan yang muncul dari perjuangan demi keberpihakan itu sendiri.

Dedy Kristanto dari Pusat Sejarah dan Etika Politik (PUSdEP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, mempunyai kepedulian pada pentingnya hak asasi manusia (HAM) & identitas seseorang manusia, yang di poly loka masih terabaikan. Beliau memperjuangkan agar hak asasi manusia lebih dihargai di lebih banyak tempat yang mampu beliau jangkau, termasuk pada Sorong Selatan, Papua, tempatnya aktif berkegiatan saat ini. Namun, tantangan yg beliau miliki merupakan pemahaman rakyat tentang pentingnya HAM terlihat masih sangat kurang. Terutama saat beliau sendiri masih menyaksikan pihak penguasa melegitimisasi tindakan penyiksaan, penghilangan nyawa, pembantaian massal, dan sebagainya. Ia mengalami kelelahan batin dalam upayanya menyadarkan keadilan HAM, lantaran wajib berhadapan menggunakan historical block atau rekayasa sejarah yang dibangun demikian kuat oleh rezim pelanggar HAM pada masa kemudian. Rekayasa sejarah tadi menimbulkan dampak pada masa kini , yaitu suatu kesalahan yg dipercaya menjadi kebenaran sang rakyat serta sebagai nilai sosial yg tidak terbantahkan.

Sumber: vemale.com
Sebut saja Tati (bukan nama sebenarnya), aktivis di wilayah Agats di Papua, memiliki kepedulian option for the poor. Dengan kepeduliannya itu, bersama organisasinya, ia memperjuangkan kesejahteraan secara lebih merata di tanah Papua. Perjuangannya tersebut bentrok oleh tantangan adanya korupsi dari lembaga mitra yang seharusnya menjadi teman seperjuangan dalam mendobrak kepedulian option for the poor, ditambah lagi dengan adanya keruwetan manajemen internal yang semakin memperuncing tantangan yang ia hadapi.

Mita (bukan nama sebenarnya), seorang aktivis sekaligus seorang ibu rumah tangga dengan segudang tanggung jawabnya baik di rumah maupun di organisasi, memiliki kepedulian untuk berbagi hal-hal yang bermanfaat kepada orang banyak. Kepeduliannya itu ternyata harus berhadapan dengan kesulitan mengatur waktu , terutama ketika dihadapkan pada deadline dan pekerjaan yang menumpuk, dan di sisi lain memiliki kewajiban mengurus rumah tangga. Banyaknya tuntutan kegiatan tidak sebanding dengan tenaga yang ingin disumbangkan.

Setiap aktivis memiliki variasi tantangan atas perjuangan terhadap kepeduliannya. Kadang kala tantangan itu terasa seperti sebuah jalan panjang yang membosankan. Kadang kala tantangan itu seperti mengarungi lautan berombak yang mengancam nyawa. Semua tantangan yang dihadapi dapat membawa aktivis pada pengalaman psikis burnout atau lelah secara mental.

Burnout pada aktivis terjadi ketika ia merasa sia-sia pada perjuangan yang telah dilakukan. Ia tidak memiliki motivasi apapun untuk memperjuangkan nilai-nilai yang menjadi keberpihakannya selama ini. Gejala yang timbul atas kelelahan psikis pada para aktivis bervariasi. Dedy Kristanto mengalami perasaan tidak mau bertemu dengan orang lain. Tati, tidak bersemangat untuk melakukan sesuatu terkait pekerjaan. Sementara Mita merasakan tidak bersemangat untuk melakukan apapun.

Gejala burnout yang sangat mungkin dijumpai selain yang dituturkan oleh para aktivis di atas, bisa bervariasi dari skala kecil, hingga paling ekstrem, seperti mulai dari perasaan lelah, lesu, bangun pagi terasa berat, melamun sepanjang hari, hingga histeris dan tak sadar akan dirinya sendiri. Seperti halnya sebuah bangunan yang baru habis terbakar dan meninggalkan kerangka yang masih berdiri tegak, itulah yang terjadi pada seseorang yang mengalami burnout. Ia kehilangan separuh dari dirinya. Ia merasa tidak utuh sebagai seorang manusia. Oleh karena itu, jangan sepelekan gejala-gejala yang dialami.

Sumber: topcareermagazine.com
Namun demikian, setiap manusia dikaruniai akal budi untuk memecahkan setiap permasalahan yang mendera hidupnya. Setiap aktivis memiliki caranya masing-masing untuk mengatasi kelelahan mental yang dialaminya. Mita menyatakan, ia menjauh sejenak dari persoalan-persoalan yang membuat dirinya lelah secara mental. Ia memberi waktu bagi pribadinya untuk menyegarkan diri dengan suasana berbeda, misalnya dengan memasak, jalan-jalan atau bermain bersama anak-anak Sementara Dedy Kristanto, menyalurkan kelelahannya dengan meditasi, membaca buku dan berolahraga. Tati mengatasi burnout-nya dengan kembali kepada fokus dan tujuan. Ia mencoba memikirkan terobosan baru bagi kebuntuan yang dihadapi serta membicarakan permasalahannya dengan orang-orang yang dipercaya mampu membantunya menguraikan masalah yang sedang ia hadapi.

Jadi, burnout yang dialami sesungguhnya dapat diatasi oleh diri sendiri. Dari penuturan para aktivis di atas, ada beberapa langkah mengatasi gejala burnout perlu digarisbawahi:

  • Pertama, beri waktu untuk mengistirahatkan diri. Beri kesempatan pada diri untuk berefleksi atas capaian-capaian yang telah diraih. Atau, beri waktu untuk menikmati hal-hal lain yang tidak terkait pekerjaan, seperti : mendengarkan musik, berjalan-jalan di taman, atau bermain bersama anak-anak atau orang-orang terdekat.
  • Kedua, kembali pada tujuan atau visi dan misi keberpihakan. Dengan berpegang pada tujuan, kita dapat mengevaluasi segala hal yang telah dikerjakan. Kadangkala seseorang begitu terpaku mengejar hasil, namun tidak melihat proses yang sudah dijalani, dan bagaimana proses-proses tersebut telah menempa banyak aspek di dalam diri.
  • Ketiga, berbagi permasalahan dengan orang lain. Ketika seseorang menutupi permasalahan dirinya rapat-rapat, di situlah letak masalahnya. Ia hanya berputar-putar di dalam diri sendiri tanpa solusi. Berdiskusi tentang permasalahan yang dihadapi dengan orang lain, justru akan memudahkan kita untuk mencari jalan keluar. Orang lain dapat melihat permasalahan dari sudut pandang berbeda, dan memberi inspirasi pada kita. Beban permasalahan menjadi lebih ringan.
Aktivis adalah ujung tombak perubahan dan keberpihakan masyarakat. Kelelahan fisik maupun psikis sangat mungkin menerpa, diakibatkan oleh tantangan yang muncul dari perjuangan yang dilakoni. Namun, dengan memperhatikan setidaknya ketiga langkah di atas, semoga para aktivis akan kuat dan tegar dalam menghadapi setiap tantangan yang muncul.

Cloud Hosting Indonesia