Oleh: Deta Ratna Kristanti
Menjadi berdaya adalah sebuah kemewahan. Menjadi berdaya berarti memiliki kebebasan buat menentukan arah dan langkah yg dipilih buat tujuan kehidupan yg lebih berkualitas. Salah satu upaya yang dilakukan untuk sebagai berdaya adalah menciptakan kemandirian buat diri sendiri. Jika kita mengusahakan hidup berdikari adalah kita menggunakan berkesadaran berusaha tidak tergantung pada pihak lain pada pemenuhan kebutuhan kita. Sebab, apabila masih tergantung pada pihak lain,mungkin saja pihak lain tadi menyumbangkan hal yang berdampak negatif atau nir sinkron dengan prinsip atau kualitas hidup yang ingin kita capai.
Tentu saja, bukan berarti ketika kita mengupayakan kemandirian, kita menjadi tidak peduli dengan keberadaan pihak lain. Sulit juga membayangkan bahwa kita akan mampu 100% memenuhi semua kebutuhan hidup kita. Yang dapat kita perbuat adalah meningkatkan kesadaran dan aksi kita untuk mengurangi ketergantungan sampai sekecil mungkin. Ingatkah anda dengan salah satu peringatan di pesawat: Pakailah dulu masker Anda sebelum menolong yang lain? Kira-kira seperti itulah gambaran kemandirian yang kita upayakan. Ketika kita mampu menolong diri sendiri dan sudah berdaya, maka kita juga bisa menolong pihak yang lain.
Perkumpulan KAIL didirikan dengan misi dan tujuan buat membantu para aktivis berbagi diri sebagai akibatnya bisa berkontribusi lebih baik bagi global. Oleh karena itu, KAIL sebagai sebuah organisasi perlu mengupayakan kemandirian terlebih dahulu pada pada dirinya sendiri agar bisa menolong para aktivis atau forum yg membutuhkan layanannya. Selain itu, setiap upaya kemandirian yg dilakukan KAIL juga bertujuan menaruh donasi bagi global yg lebih baik, utamanya lingkungan alam dan makhluk di sekitarnya.
![]() |
Rumah KAIL & pekarangan yg ditanami flora pangan |
Kesadaran KAIL buat mengusahakan kemandirian sudah berlangsung lama . Selama 17 tahun berkarya, KAIL nir pernah tergantung pada satu pun forum donor pada pendanaan acara-acara internalnya. Hal ini adalah galat satu upaya KAIL untuk membebaskan diri menurut ketergantungan menurut pihak yang lain. Apabila pendanaan KAIL bergantung dalam forum donor, mungkin akan mengganggu kontinuitas KAIL buat berkarya selama ini. Selain itu, ketergantungan tersebut mungkin dapat mengganggu perjalanan KAIL ke arah pencapaian visi dan misi organisasi.
Sejak tahun 2013, KAIL membangun tempat permanen untuk melakukan segala aktivitasnya, yaitu Rumah KAIL. Memiliki tempat yang permanen berarti harapannya KAIL dapat lebih banyak mempraktekkan ide-ide kemandirian yang selama ini telah diketahui. Langkah pertama yang dilakukan KAIL sebagai wujud mempraktikkan kemandirian adalah merancang bangunan dengan sistem rumah yang selaras dengan alam. Misalnya, memilih bahan kayu bekas untuk membangun rumah KAIL. Memilih menggunakan ulang bahan bekas sehingga mengurangi timbulan sampah serta menghemat biaya merupakan wujud kemandirian di mana KAIL melepaskan ketergantungan terhadap bahan baru dan barang baru. Selain itu, pembuangan Rumah KAIL juga dirancang tersambung dengan kompor biodigester sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap gas elpiji.
![]() |
Kompor biodigester |
![]() |
Kubah biodigester yang ditanam di bawah tanah |
Area yg relatif luas di Rumah KAIL selain terdapat rumah, pula tanah yg dimanfaatkan buat kebun. Kebun KAIL dibuat buat mendukung kemandirian pangan pada Rumah KAIL. Berbagai flora konsumsi ditanam di area Kebun KAIL, termasuk bumbu-bumbu yg bisa dimanfaatkan buat menciptakan kuliner menjadi lebih sedap. Saat sedang dilaksanakan pelatihan atau workshop, ataupun rapat-rapat di Rumah KAIL, sebisa mungkin makanan yang disajikan untuk peserta pembinaan maupun staf & relawan KAIL dari dari kebun KAIL. Talas, daun singkong, daun, bunga & buah papaya, cabe rawit, daun pseudo ginseng, serta bumbu-bumbu misalnya kunyit, jahe, kencur, dan pandan disulap sebagai minuman jamu yg menyehatkan. Tak ketinggalan buah-buahan misalnya pepaya, pisang, jambu, atau nangka menjadi sajian snack sehat apabila kebetulan sedang panen.
Kebun KAIL dikelola dengan prinsip selaras menggunakan alam. Sisa-sisa makanan maupun bagian kulit bahan makanan yang nir terpakai dibuang pulang ke kebun KAIL hingga sebagai kompos yg menaikkan kesuburan tanah di kebun KAIL. Perlu diceritakan bahwa awalnya tanah di kebun KAIL merupakan tanah berjenis lempung atau misalnya tanah liat yang lengket, yg sulit untuk diolah dan ditanami. Di awal pengolahannya, Kebun KAIL membutuhkan media tanam menurut luar yang dicampurkan dengan tanah di Rumah Kail, dan melakukan pengomposan langsung pada tanah KAIL sebagai akibatnya dalam akhirnya tanah kebun pada tempat tinggal KAIL menjadi subur sebagai akibatnya dapat ditanami & dinikmati hasilnya lalu.
![]() |
Beraneka jenis tumbuhan di kebun KAIL |
Kebun KAIL sebagai pintu masuk yang paling memungkinkan buat mempraktekkan upaya kemandirian di Rumah KAIL karena tanah yang telah diolah, diatur, ditanami, & dirawat kemudian dapat menghasilkan panen yg sanggup dikonsumsi. Untuk memberi perhatian spesifik pada pengelolaan kebun, KAIL menciptakan sebuah divisi spesifik bernama Kebun KAIL. Ada orang- orang yang bertugas memperhatikan perawatan Kebun KAIL. Tetapi, apakah selanjutnya proses pengelolaan Kebun KAIL menuju kemandirian sebagai mudah? Ternyata nir.
.
Banyak juga hambatan yang dijumpai yang membuat Rumah KAIL belum dapat mencapai kemandirian pangan dengan upaya maksimal. Ada banyak faktor yang memengaruhi. Salah satunya urusan menyesuaikan jadwal produksi dan panen pangan dengan jadwal pelatihan yang ada di rumah KAIL. Maksudnya bagaimana? Seringkali ketika di KAIL sedang tidak ada jadwal pelatihan atau workshop, buah-buahan yang sudah siap panen jumlahnya banyak. Akibatnya, jumlah panenan terlampau banyak, sedangkan orangnya sedikit. Sementara ketika ada jadwal pelatihan, hasil kebun yang dapat dipanen saat itu jumlahnya sedikit, sehingga mau tidak mau sebagian konsumsi harus dipenuhi dari warung atau pasar. Staf yang berinisiatif untuk menambah pengetahuan serta waktu untuk bereksperimen belum tersedia sehingga program pengolahan pasca panen yang dapat memanfaatkan hasil kebun yang berlebih ketika panen juga belum terlaksana. Meskipun sistem sudah dibuat oleh Divisi Kebun KAIL, pada praktiknya ditemui kendala juga karena koordinasi dan komunikasi antar staf yang bertugas tidak terlalu berjalan dengan lancar. Jadi selain sistem yang diatur pada kebun, ternyata ada sistem lain yang terkait, yaitu sistem komunikasi antar staf yang bertugas mengurus Kebun KAIL.
Ada banyak ide kemandirian di Rumah KAIL yang belum dapat dipraktikkan secara konsisten hingga saat ini. Dalam rangka menambah pengetahuan tentang pengolahan dan pemanfaatan bahan-bahan alami, serta melepaskan ketergantungan pada produk pabrik, memang pernah diadakan beberapa workshop yang menghadirkan narasumber, misalnya membuat kombucha jus enzim, kimchi, serta pembuatan pembersih alami untuk lantai, kaca, dan meja. Beberapa staf sudah memiliki pengetahuan melalui workshop-workshop tersebut. Tapi saat ini, praktiknya belum dilakukan di rumah KAIL. Padahal, misalnya cuka kombucha dapat dimanfaatkan sebagai pengganti sabun dalam mencuci piring. Pernah dicoba, namun saat ini tidak lagi.
Dalam hal pengelolaan sampah, Rumah KAIL juga belum sepenuhnya mencapai kemandirian. Memang, sampah organik yang dihasilkan dari dapur Rumah Kail sudah 100% dapat dikembalikan ke kebun dan bermanfaat untuk menambah kesuburan tanah KAIL. Namun, untuk sampah anorganik, meskipun sejak awal KAIL berkomitmen untuk sesedikit mungkin menggunakan barang yang berkemasan plastik. Namun, pada prakteknya tetap masih terkumpul sampah plastik terutama dari pembelian barang-barang yang masih dibutuhkan KAIL dari luar, misalnya plastik pembungkus spidol, kaplet obat-obatan, sisa potongan sampul plastik dan banyak lagi. Kadang-kadang ketika membersihkan Rumah KAIL ditemukan juga sampah-sampah dari makanan dan minuman berkemasan yang mungkin dibawa angin atau dibuang oleh orang yang lewat di halaman rumah KAIL. Hal ini terkadang menambah sampah yang ada di rumah KAIL. Untuk penanganan sampah non-organik, Rumah KAIL masih tergantung pada tukang sampah atau tempat pembuangan sampah yang ada di sekitar Kail. Meskipun begitu, KAIL tetap mengupayakan untuk mereduksi jumlah sampah non-organik misalnya jika perlu membeli bahan makanan, staf KAIL akan membawa tas belanja sendiri. Juga ketika membeli makanan di warung, KAIL selalu membawa tempat bekal sendiri untuk mengurangi jumlah sampah plastik yang masuk ke Rumah KAIL. Rumah KAIL juga mencari warung-warung yang menjual bahan pokok yang dapat dibeli dengan sistem curah, sehingga kebutuhan beras atau gula dapat dibeli menggunakan wadah sendiri. Setidaknya ini upaya yang dapat dilakukan Rumah KAIL untuk mengurangi ketergantungan terhadap sistem pembuangan sampah di luar, yaitu dengan sesedikit mungkin menghasilkan sampah anorganik yang perlu dibuang.
Dalam hal asal air, KAIL pula masih tergantung pada air yg berasal berdasarkan mata air yang disalurkan lewat pipa kolektif. Ini berlaku buat seluruh keperluan, dari memasak sampai urusan menyiram tumbuhan. Untuk air minum sehari-hari, KAIL memakai air dari keran yg dimasukkan ke filter air berdasarkan tanah liat yang kemudian dapat pribadi diminum. Namun, apabila kegiatan di Rumah KAIL melibatkan puluhan orang, KAIL masih tergantung pada air galon isi ulang. KAIL sebenarnya memiliki bak tampungan air hujan, namun belum berfungsi karena bocor.
Meskipun ide-ide dan pengetahuan tentang kemandirian telah diketahui dan disadari selama bertahun-tahun, dan KAIL telah memiliki tempat sendiri yang permanen, nyatanya tidaklah mudah mewujudnyatakan ide-ide tersebut. Tidak lantas mudah pula melepaskan diri dari ketergantungan pada pihak lain dan menjadi mandiri dalam memenuhi kebutuhan. Beberapa hambatan di Rumah KAIL antara lain pengetahuan staf yang tidak sama, belum dibangunnya atau dijalankannya sistem untuk masing-masing hal yang diupayakan untuk kemandirian, serta belum adanya fokus perhatian dan kesediaan yang cukup dari semua orang yang terlibat di KAIL terhadap upaya ini. Saat ini, karena aspek kebun mendapat perhatian paling dominan maka sudah dapat dilihat hasilnya. Jika ingin aspek-aspek lain di rumah KAIL juga berkembang untuk mendukung upaya kemandirian, maka perlu dibangun sistem-sistem pendukung termasuk keterlibatan orang-orang di dalamnya secara bersama-sama.