Tampilkan postingan dengan label Anthony Dalimarta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Anthony Dalimarta. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 Mei 2020

[OPINI] REVOLUSI DIRI ADALAH REVOLUSI DUNIA

Oleh: Anthony Dalimarta

Pada jaman modern ini, dunia sedang berubah dan berevolusi dengan semakin cepat. Di negara-negara tertentu, mayoritas orang telah dapat hidup bersama tanpa diskriminasi ras atau warna kulit. Kesetaraan gender semakin dapat terlihat pada berbagai aspek kehidupan. Senioritas dan bullying semakin dipandang sebagai sikap yang melanggar martabat luhur manusia. Hal-hal seperti ini jauh lebih sulit kita temukan bila kita menghitung mundur 50-100 tahun ke belakang.

Baik dalam lapisan yang luas juga kecil, perubahan yang terjadi adalah sebuah bagian alami menurut proses evolusi makhluk-makhluk yang menghuninya. Dalam tataran hidup insan, perubahan kesadaran menyebabkan keluarnya pertanyaan-pertanyaan baru yg menciptakan kita semakin merenungkan batasan diri kita. Sebuah perenungan yg muncul semakin kuat & menjadi relevan pada waktu ini merupakan tentang cara hidup kita yang menghipnotis kehidupan lain pada bumi, yg secara tidak langsung pula memengaruhi keberlanjutan jangka panjang kehidupan insan. Pada sisi lain, kita juga sedang merenungkan tentang orientasi seksual seorang, dimana kita diajak buat mendobrak kepercayaan lama bahwa jenis kelamin eksklusif pasti mempunyai orientasi seksual eksklusif.

Secara terus menerus, kita ditantang buat mengalami transformasi pencerahan secara komunal. Pada waktu ini, perkembangan teknologi semakin menghubungkan seluruh pelosok dunia. Teknologi tidak hanya menghubungkan orang, tetapi pula fakta. Segala macam hal yg disembunyikan sebagai jauh lebih gampang terungkap. Dan saat terungkap, penyebarannya terjadi secara cepat dan masif.

Keterhubungan ini menjadi sarana yang semakin efektif buat pihak-pihak yg hendak membawa pembaharuan kesadaran. Kita dapat melihat Greta Thunberg, seseorang remaja yang dalam ketika singkat dikenal sang dunia ? Sampai menerima nominasi penghargaan Nobel bidang perdamaian ? Hanya menggunakan membuat protes sederhana tentang pemanasan global dengan duduk membisu setiap harinya di depan gedung parlemen Swedia. Dengan namanya yang menjadi akbar, dia mengundang banyak sekali macam perhatian dari seluruh dunia. Ia menjadi tamu pada saluran-saluran TV besar di global, menjadi sampul majalah-majalah ternama, sampai berbicara pada konferensi aksi iklim PBB. Semua publisitas ini secara tidak pribadi ikut mengembangkan pesannya tentang pemanasan dunia.

Greta Thunberg (16), aktivis lingkungan hidup, sedang berbicara pada pembukaan UN Climate Action Summit 2019 (Sumber: news.un.org)

Tidak hanya buat pihak yang hendak membangun transformasi, teknologi pula digunakan sang poly orang yang masih kurang pandai menggunakan agama & cara hidup yg lama . Maka, tarik menarik antara orang-orang yang ingin membawa perubahan dengan orang-orang yg nir menginginkan perubahan juga terjadi dengan semakin keras.

Beberapa contoh agresi yang dilancarkan oleh orang-orang pemegang posisi politik terhadap gerakan yg dilakukan oleh Greta Thunberg (Sumber: people.Com, twitter.Com)

Untuk kita yang memperjuangkan perubahan-perubahan dalam aspek & tataran yg bhineka, bergesekan dengan orang-orang yang nir mau berubah juga merupakan sebuah keniscayaan. Di sisi lain, kita nir pernah benar-sahih tahu kapan perjuangan ini akan berbuah. Maka, terkadang kita mungkin merasa seperti berjalan pada tempat, tanpa output apapun. Konflik-konflik yang terjadi kadang membuat kita semakin lelah. Kolotnya orang-orang yang nir ingin berubah menjadi kepahitan, membentuk ketegangan sendiri pada dalam diri kita. Tanpa sadar, kita yg seharusnya menawarkan perubahan ke arah yang lebih baik malah ikut sebagai kaum yg bodoh. Perjuangan kita pula berubah sebagai bentuk pemaksaan lain terhadap orang-orang.

Katalis Perubahan yang Prematur

Tidak ada orang yg menyukai perubahan, terutama jika perubahan tersebut menuntut mereka buat meninggalkan ketenangan mereka. Meninggalkan hidup lama yang disukai seakan sebagai sebuah kematian untuk orang poly. Bukti yg gampang kita temukan merupakan betapa banyaknya orang (mungkin diri kita sendiri juga mengalaminya dalam titik eksklusif) yg nir dapat mendisiplinkan pola makan & olah raganya sebagaimanapun beliau tahu bahwa ia perlu menurunkan berat badan & menyehatkan tubuhnya. Barangkali model misalnya ini terlihat sangat sederhana, namun ini melambangkan poly aspek kehidupan insan.

Manusia berevolusi dengan hasrat mendasar berupa rasa aman. Berbagai macam habit tercipta sebagai bagian dari respon hasrat tersebut. Tubuh membiasakan dirinya dengan beradaptasi untuk merasa aman dan nyaman. Untuk melawannya, pikiran sadar yang membuat berbagai macam rasionalisasi memang berguna. Akan tetapi, karena dorongannya kurang kuat atau kurang konsisten, habit yang telah terbangun sulit untuk digoyahkan. Ditambah dengan sikap-sikap egosentris yang mempunyai berbagai macam agenda tersembunyi, sang ego akan merasa dirugikan pada berbagai tingkat. Maka dari itu, penolakan terhadap perubahan bisa menjadi semakin kuat tergantung pada orangnya.

Untuk kita yang hendak membawa perubahan yg lebih baik ke pada global, tentu mudah untuk melihat ini dalam diri orang-orang yg kaku dan kurang pandai dalam pendirian usang mereka. Akan namun, apakah kita sudah mempertimbangkan bahwa hal-hal ini terjadi juga pada diri kita? Apakah kita sudah memastikan bahwa sambil kita berjuang sebagai agen perubahan, kita pula terus memperbaharui sistem-sistem usang pada diri kita yg bisa menghalangi kita melakukan pekerjaan yang efektif dan maksimal ?

Setiap orang memiliki preferensi & kesukaan masing-masing. Apa yg anda sukai belum tentu saya sukai, dan sebaliknya. Untuk anda, mengganti diri pada aspek A barangkali gampang. Akan namun, hal yang sama belum tentu berlaku dalam diri aku . Sama halnya, aku bisa mengganti cara pandang menggunakan lebih ringan dalam aspek B, sedangkan anda tidak. Variasi ini tercipta dalam setiap orang dari cara hidupnya yang dibangun bertahun-tahun lewat pemikirannya, lingkungan keluarga, rakyat, kepercayaan , & lain-lain.

Tanpa tahu betapa sulitnya mengganti diri kita dalam aspek tertentu, kita nir sahih-benar mempunyai kemampuan buat membarui orang pada aspek yg gampang untuk kita. Kita perlu tahu dengan kentara betapa tidak enaknya waktu kita dipaksa buat berubah dalam titik yg nir kita sukai. Kemudian, kita perlu melihat bahwa banyak orang tidak suka buat berubah dalam sisi yg kita tawarkan. Kita hanya dapat memiliki kedewasaan untuk menyikapi banyak sekali macam respon yang datang waktu kita memiliki kemampuan buat melihat dinamika ini menggunakan sangat jelas.

Kesadaran Diri Sebagai Sumber Kekuatan Utama

Walaupun penemuan tentang nilai-nilai yang lebih luhur terjadi secara pribadi, penemuan itu tidak melulu datang bersama kesadaran diri yang tinggi pula. Terjadinya pembaharuan pada cara pandang kita terhadap sebuah aspek kehidupan seringkali datang secara terpisah dengan pemahaman untuk menyikapinya dengan paling efektif. Ketika perjuangan ini dilakukan dengan ketidakmatangan diri, pada suatu titik kita akan merasa kelelahan apabila apa yang diperjuangkan tampak tidak berbuah. Fenomena yang diberi nama activism fatigue atau activism burnout ini sering terjadi pada berbagai jenis aktivis sosial yang saat ini sering dikenal dengan Social Justice Warrior (SJW).

Cuplikan artikel mengenai activism fatigue atau activism burnout, fenomena di mana para aktivis sosial mencapai titik jenuh ketika apa yang diperjuangkan tidak menunjukkan hasilnya (sumber: vice.com)

Walaupun activism fatigue ini ditemukan akibat banyaknya SJW yang mengalami hal tersebut, sebenarnya hal ini juga kita alami ketika berusaha mengubah bahkan orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman. Kita dapat mengingat sendiri seberapa banyak momen di mana kita merasa lelah dan heran ketika sahabat dan/atau keluarga kita tidak dapat memahami apa yang kita katakan. Inilah yang sangat penting untuk kita perhatikan; hal ini terjadi di berbagai lapisan, walau menjadi semakin terlihat pada skala yang lebih masif. Jika demikian, kita dapat mengatakan bahwa bibit penyakit ini dimiliki oleh jauh lebih banyak orang dari yang terlihat saat ini.

Segala rasa lelah, stres, dan frustrasi ini tidak pernah disebabkan oleh output yg tidak memuaskan. Selayaknya, sebelum mengusahakan perubahan, kita telah tahu bahwa banyak orang sulit berubah secara instan. Maka berdasarkan itu, menginvestasikan kepuasan dan kebahagiaan kita dalam keberhasilan pekerjaan kita bukanlah sesuatu yg bijak. Ketika kita menempatkan kebahagiaan dalam keberhasilan perjuangan yang kita lakukan, secara otomatis kita jua sedang mempersiapkan diri buat menderita ketika tidak mencapai keberhasilan yang diimpikan.

Bukan adalah misteri bahwa insan yg senang secara otomatis sebagai lebih produktif. Maka, menggunakan mengamati betapa mudahnya kita meletakkan kebahagiaan kita dalam hal-hal yang nir dapat kita kendalikan, kita perlu mencari jalan lain supaya segala macam pekerjaan kita sebagai lebih efektif. Tentunya, jalan terbaik yang bisa diambil merupakan agar kita bisa permanen menghargai diri sendiri dan apa yg kita perjuangkan tanpa terpengaruh tanggapan orang lain. Sumber penghargaan terhadap diri sendiri merupakan pemahaman diri, dan pemahaman diri ada menjadi produk dari pencerahan diri yang tinggi.

Pemahaman diri & kesadaran diri tidak sama dari kepribadian, kelebihan, kekurangan, & sebagainya yg kita miliki. Seperti tubuh yang terus berubah, aspek-aspek yang kita miliki ini juga terus berubah berdasarkan ketika ke saat. Jika terus berubah, kita tidak bisa benar-benar membuahkan mereka menjadi pegangan hidup. Ketika mereka berubah, kita menjadi kehilangan pegangan & sebagai goyah balik . Maka, walaupun termasuk, mereka hanya mengisi bagian yang sangat kecil dari diri kita yang sesungguhnya.

Menemukan Diri yang Sebenarnya

Diri yg sesungguhnya adalah sesuatu yg sangat esensial pada menyokong eksistensi diri kita. Jati diri kita penuh menggunakan kemungkinan yang tak terbatas. Jati diri inilah yg menyadari perubahan segala macam hal, bahkan hingga perubahan sifat dan kepribadian kita menurut ketika ke waktu. Diri yg sesungguhnya mengetahui segala kebenaran & kenyataan, bahkan yang kita sembunyikan di lubuk hati terdalam; tetapi tetap tidak terkotori sama sekali oleh semuanya itu.

Penemuan akan diri yg sebenarnya sangatlah sederhana. Ini ditimbulkan lantaran diri yang sejati tidak pernah terpisah sama sekali dari diri kita. Akan tetapi, tantangan utama bagi orang-orang buat menyadari realitasnya merupakan macam-macam label akan aneka macam hal yg acapkali kita percayai.

Pikiran kita begitu terbiasa buat mengenali segala hal menggunakan pelukisan label yg telah ditetapkan, baik oleh diri sendiri, orang tua, lingkungan, tradisi, & lain-lain. Akibatnya, kita hanya melihat segala hal secara satu dimensi. Walaupun label-label ini bermanfaat sebagai pengingat dan dalam berkomunikasi, ini sebagai penghalang besar ketika kita mencoba melihat keseluruhannya. Oleh karena itu, diri yang sesungguhnya ? Yang tidak tercemar sang apapun ? Perlu ditemukan pada keheningan total.

Keheningan berarti bahwa kita terlepas berdasarkan berbagai macam kesibukan pikiran kita. Keheningan tidak selaras berdasarkan tidak berpikir. Untuk menghilangkan pikiran, kita perlu menghentikan kerja otak, yg berarti sama dengan mematikan semua tubuh. Akan namun, keheningan merupakan kondisi pada mana kita nir terlibat sama sekali menggunakan pikiran-pikiran yg lewat. Kita seakan berjarak menurut pikiran & nir terpengaruh sama sekali olehnya. Kita bahkan tidak perlu mengamati pikiran, melainkan hanya mengizinkan apapun lewat dengan sendirinya. Kita hanya berada dan menetap pada ?Kekosongan? Yg tersisa. Jika kita relatif memperhatikan, bahkan sejenak saja sudah relatif buat kita menemukan empiris menurut esensi diri yang jauh lebih luas dari yg kita bayangkan sebelumnya.

Ketika kita menemukan esensi sesungguhnya menurut diri kita, akan terjadi transformasi pada cara pandang, pemahaman, sampai cara menyikapi segala macam situasi. Hal ini dikarenakan sebuah empiris yang sebelumnya seakan tertutupi sebagai tersingkap dengan amat kentara. Maka berdasarkan itu, apapun yg tidak melambangkan kesejatian diri kita pula akan dengan gampang kita kenali.

Cara pandang kita terhadap global mengindikasikan cara pandang kita terhadap diri sendiri. Saat kita menemukan realitas yg sesungguhnya menurut keberadaan diri kita, seketika global jua terlihat tidak sinkron. Pada saat yg sama, muncul sebuah kesadaran baru. Setelah itu, nir terdapat satu pun hal pada global ini yang bisa merogoh kekuatan kita. Kita telah menemukan sumber kekuatan sejati.

Revolusi Diri adalah Revolusi Dunia

Tentunya segala hal ini bukanlah dibuat buat menentang aneka macam macam bentuk usaha buat menaikkan kualitas kehidupan bersama. Saya secara eksklusif merupakan orang yang mendukung aneka macam gerakan kemanusiaan di global. Dalam goresan pena ini, aku hanya ingin menaruh perhatian lebih dalam betapa banyaknya orang yang mudah merasa kelelahan & terhenti pada tengah usaha mereka.

Artikel ini juga nir ingin berkata bahwa kita tidak seharusnya melakukan berbagai gerakan perubahan. Yang saya ingin katakan merupakan apabila kita memiliki taraf kesadaran yg tinggi, maka kita dapat melakukan gerakan perubahan yg sama tanpa beban yg besar . Dengan nir membawa beban yang akbar, banyak dari kekuatan kita dapat disalurkan untuk menaruh pengaruh yang lebih besar lagi.

Bayangkan apa yang dapat terjadi apabila seluruh pejuang keadilan dan kehidupan memiliki daya yg tidak terbatas. Daya ini bukan hanya buat berkarya & bersuara, pula termasuk daya kreativitas pada mengungkapkan pesan-pesan mereka. Bayangkan seberapa efektifnya usaha yg akan dilakukan & seberapa kuatnya dampak yang akan dihasilkan dibandingkan jika orang melakukannya dengan kelelahan.

Revolusi tertinggi pada dunia dimulai ketika terjadi revolusi diri. Dan revolusi diri tertinggi terjadi saat orang menemukan diri yg sejati.

Cloud Hosting Indonesia