Tampilkan postingan dengan label Hilda Lionata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hilda Lionata. Tampilkan semua postingan

Rabu, 22 Juli 2020

[Profil] La Via Campesina, gerakan global untuk kedaulatan pangan petani kecil

?Beli gula sih gula import aja, harganya lebih murah loh daripada harga gula lokal... Tidak mengecewakan kan ngirit!?
?Bukannya ngga cinta produk pada negeri, akan tetapi beras Thailand sudah lebih lezat harganya jua ngga jauh beda sama beras kita...?
?Mana sanggup menanam pada animo tanam sekarang? Harga pupuk dan bibit makin mahal! Harga panen makin murah saja!?

Begitulah komentar yang seringkali kita dengar terlontar menurut masyarakat kita. Keadaan menggunakan berlimpahnya produk luar negeri di pasaran lokal, kalah bersaingnya produk lokal hingga ketidakberdayaan petani pada suatu negara yg pungkasnya negara agraris.


Masalah ini muncul tak lepas berdasarkan perubahan sistem pertanian menurut pertanian organik yang memakai wahana produksi yang dibuat petani sendiri ke sistem pertanian kimia, yang menggantungkan pada wahana produksi protesis pabrik. Petani mulai tergantung dalam Negara menurut mulai pengadaan & harga bibit, pupuk, insektisida dan infrastruktur lainnya. Padahal, menggunakan sistem pertanian kimia ini, poly sekali kerugian yg dialami oleh para petani. Beberapa antara lain merupakan rusaknya kesuburan dan struktur tanah, hilangnya keseimbangan alam, rusaknya lingkungan serta rusaknya suatu sistem pertanian yang berkelanjutan.


La Via Campesina
Berangkat menurut keprihatinan akan nasib yang dialami sang petani hampir pada semua belahan global, maka terbentuklah La Via Campesina. La Via Campesina merupakan suatu gerakan yang mengorganisir para petani kecil hingga menengah, para pekerja tani, wanita desa & penduduk orisinil pada Asia, Afrika, Amerika & Eropa. Gerakan ini merupakan gerakan yang bersifat swatantra & pluralis, nir terikat sang kepentingan politik, ekonomi atau kepentingan lain. Sampai ketika ini, La Via Campesina beranjak pada delapan wilayah,- Eropa, Asia Tenggara, Asia Utara, Asia Timur Laut, Amerika Utara, Wilayah Karibia, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Afrika.


Kedaulatan Pangan
Konferensi La Via Campesina Internasional yg ke-4 diadakan di Sao Paulo, Brazil, tahun .... Tujuan generik dari konferensi ini adalah buat membuatkan interaksi antara organisasi-organisasi dan gerakan-gerakan para petani sebagai akibatnya mereka memiliki kecenderungan visi tentang bentuk perjuangan & siapa versus mereka; buat menciptakan suatu lompatan dalam hubungan internal dan eksternal mereka sendiri dalam melawan situasi internasional.


Dalam konteks ini, gosip kedaulatan pangan sebagai berita yg paling penting buat mengerti proses-proses pengorganisasian dunia petani. Kedaulatan pangan adalah hak yang menyatakan bahwa semua orang berhak buat mendefinisikan kebijakan sistem pertanian dan kebijakan pangan mereka tanpa adanya pengaruh dari negara lain. Definisi ini merupakan definisi politis krusial yg oleh La Via Campesina telah disetujui pada pertemuan World Food Summit pada tahun 1996,- yang berseberangan dengan konsep ?Keamanan Pangan? FAO.


Saat ini para petani dunia menghadapi contoh ekonomi yg dari pada konsentrasi kekayaan & kekuasaan yang membuat berakhirnya kemerdekaan & keamanan pangan secara terkenal diseluruh dunia; matinya keanekaragaman budaya dan ekosistem-ekosistem yang sudah menyangga kehidupan di planet kita ini. Karena alasan ini, La Via Campesina nir melupakan bahwa prioritas petani baik pria juga wanita merupakan buat membentuk kuliner yg sehat, bebas menurut organisme yang sudah dimodifikasi secara genetic (GMOs) dan tidak terlibat dari kepentingan perdagangan yang merusak yg diberikan sang WTO.


Oleh karenanya, kedaulatan pangan mengindikasikan partisipasi aktif berdasarkan gerakan-gerakan petani pada proses mendefinisikan sistem pertanian mereka dan kebijakan-kebijakan pangan yg mana kapasitas produksi pangan berdasarkan dari sistem produksi yang majemuk yg akan mengklaim kedaulatan & kemandirian pangan penduduk dunia. Pada kenyataannya, perkara pelik ini semakin hari semakin problematik. Terlebih menggunakan adanya pertentangan yg semakin meruncing misalnya adanya konvensi perdagangan bebas.


Dengan nir adanya pajak & ketiadaan kebijakan kuota dari pemerintah, produksi petani lokal kita harus bersaing harga menghadapi gempuran produk petani luar yang tiba. Sulit buat memenangkan persaingan ini karena modal mereka lebih akbar sehingga produk mereka bisa dijual menggunakan harga nisbi lebih murah. Ditambah lagi dengan perdagangan berlandaskan politik dumping, harga produk pertanian pada global sekarang dijual dengan harga lebih rendah daripada harga produksinya. Hal ini adalah salah satu penyebab kesulitan buat pertanian famili di seluruh dunia.


Sebagai manusia, menjadi organisasi & menjadi petani, terdapat senjata-senjata yang dapat digunakan buat melawan setan kapitalisme. Kemampuan buat memegang kendali atas benih, bebas dari pestisida dan pupuk kimia menjadi galat satu kunci krusial menuju ke arah kedaulatan pangan. Untuk meraih sukses pada seluruh hal-hal ini, para petani yang bergabung dalam La Via Campesina merasa amatlah perlu untuk mengorganisir diri dan menciptakan gerakan dunia. Kemampuan buat mengorganisasir diri tidak dapat diprivatisasi dan akan terus sebagai hak yang dimiliki sang setiap orang di dunia.
(Sumber: www.Viacampesina.Org, ditulis sang Oda)






























Sabtu, 18 Juli 2020

[Profil] Putu Oka Sukanta Progresif dengan Kesehatan Alternatif

Profil Proaktif kali ini mengangkat tokoh yang nir asing lagi. Putu Oka Sukanta, sosok yg lebih populer di luar negeri lantaran karya sastranya daripada pada dalam negeri. Terkait menggunakan kesehatan alternatif, ketika ini dia sedang menuntaskan buku ?Akupresur Tangan yang Aman dan Bermanfaat.?
Sejak kecil beliau terbiasa hidup di antara masyarakat miskin, petani, nelayan dan perempuan pekerja. Ayah dan ibunya, petani yang buta huruf beserta Bude-nya, memberikan contoh keseharian bagaimana menghormati manusia lain, terutama yang lebih miskin. Salah satu hasil dari nilai yang ditanamkan oleh ketiga sosok yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupannya adalah Taman Sringanis. Lelaki kelahiran Singaraja, 29 Juli 1939 ini merupakan penggagas Taman Sringanis yang terletak di Bogor. Dari sebidang tanah yang dibeli berkat uang warisan orang tua, dibentuklah tempat yang dibuka untuk umum. Di sini publik dapat belajar berbagai jenis penguatan diri di berbagai bidang kehidupan yang tidak menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Untuk menghormati orang tua beliau yang berasal dari Bali maka diberilah nama kegiatan dan tempat tersebut Taman (nama ibu Ni Ketut Taman) dan Sringanis (nama kakak perempuan ibu yang tidak menikah, Ni Ketut Sringanis).

Asam garam telah mewarnai bepergian hidupnya. Pada tahun 1968, beliau pada penjara terkait dengan gosip G30SPKI. Di penjara Salemba, dia ditempatkan satu sel menggunakan seseorang dokter bernama Lie Tjwan Sen yang mengusut akupunktur di Korea Utara. Dokter inilah yang pertama kali mengenalkan dunia akupunktur kepadanya. Dengan segala keterbatasan yg ada di penjara, keduanya berusaha menaruh & mendapat ilmu sebaik-baiknya. Tidak ada catatan karena tidak terdapat buku ataupun indera tulis. Semua falsafah, teori dasar dan cerita mengenai akunpunktur berpindah berdasarkan otak oleh pengajar ke otak sang anak didik. Keterbatasan jarum diganti menggunakan bisnis membuat jarum menurut senar gitar no. 5. Praktek langsung dilakukan sembunyi-sembunyi agar nir ketahuan petugas. Para tahanan yg sakit menjadi pasiennya & jumlahnya poly.
Setelah keluar menurut penjara Salemba ke penjara seluas tanah air pada tahun 1976, Pak Putu memperdalam akupunktur dan mengikuti ujian pembakuan yg diselenggarakan Dinas Kesehatan dalam tahun 1978. Pada tahun yang sama, Pak Putu meminta izin praktek dan berakibat akupunktur sebagai asal kehidupan. Dua tahun lalu, Pak Putu menggandeng beberapa akupunkturis Tionghoa buat membuka klinik dan menampung poly bekas tahanan yang sudah lulus ujian negara akupunktur & memperoleh izin praktek.
Di awal tahun 80-an, Pak Putu telah dikenal oleh warga internasional. Beliau dipanggil ke Bangladesh & Srilanka buat mengajari akupresur dalam peserta training. Tak hanya pada peserta pelatihan, Pak Putu juga masuk ke desa-desa buat mengajari akupresur buat para petani di sana. Kegiatan misalnya ini berlanjut sepulangnya ke Indonesia. Tahun 1984, Pak Putu menyebarkan training akupresur buat kader-kader kesehatan (PKK) menggunakan sepengetahuan Dinas Kesehatan. Namun di tahun 1989, Orde Baru yg dimotori sang Golkar & militer menggulung yayasan Pak Putu menggunakan alasan menampung terlalu banyak bekas tahanan.
Pak Putu mengalami tahanan lagi, digebuki & disetrum lantaran seringkali ke luar negeri tanpa izin dan dianggap mengembangkan metode komunis. Beliau dituduh dibiayai oleh gerakan komunis bawah tanah buat melakukan bepergian. Pada awalnya beliau menempatkan praktik akupunktur sebagai mata pencaharian, namun peristiwa penahanan kedua mengubahnya. Sejak itu dia secara konsisten menghadapi & melawan apa yg dianggap subordinat & stigmatisasi. Akupunktur dijadikannya media perjuangan untuk menandakan bahwa terdapat ilmu kesehatan lain selain ilmu kesehatan modern. Dan ilmu non kedokteran modern ini bisa menjadi media pemberdayaan bagi setiap orang. Dalam teori akupresur, setiap orang tidak cepat-cepat menyerahkan dirinya ke pelayanan pengobatan, melainkan mencoba kemampuan dirinya terlebih dahulu, dengan mengaktifkan potensi yg ada di dalam tubuhnya.
Beliau ingin mengubah stigma bahwa tidak ada ilmu kesehatan lain selain ilmu kedokteran. Pak Putu ingin menghentikan pemberangusan budaya & tradisi berkesehatan rakyat yg menuduh pengobatan tradisonal itu tidak ilmiah & tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Yang Pak Putu inginkan merupakan pengobatan tradional bisa berkembang secara wajar sehingga dapat membuktikan dirinya menjadi ilmu kesehatan yang mempunyai cara berpikir sendiri (baik itu terminologi, falsafah juga paradigmanya). Dengan demikian, pengobatan tradional bisa terintegrasikan pada pelayanan kesehatan, tidak diposisikan sebagai pengobatan komplementer semata. Biarlah semua obat kimia kedokteran & tradional terintegrasi dalam sebuah atap pelayanan, berjalan harmonis dengan mengetahui keterbatasan masing-masing. Untuk mewujudkan keinginannya, Pak Putu masih tak jarang memperbanyak kajian, menciptakan pendidikan secara teratur & bersiklus dan mempraktekkannya, termasuk pada Taman Sringanis.
Beliau membuka pelayanan akupunktur dan herbal di klinik pribadi selama 3 hari per minggu. Namun, akupunktur adalah profesi yang beliau kembangkan ke masyarakat. Tidak hanya mengobati, beliau juga mengajarkan cara-cara akunpunktur kepada publik. Berbekal pengalaman (tradisi) dan ilmu yang diperoleh secara otodidak dan learning by doing, beliau bersama istri yang tadinya penari kemudian beralih profesi menjadi akupunkturis dan herbalis.
Sejak tahun lalu, Pak Putu Oka Sukanta menjadi Direktur Program Komplementer untuk HIV/AIDS, sebagai bagian dari program Care, Support and Treatment, yang didukung oleh IHPCP/Aus AID. Kegiatannya adalah memberikan informasi, latihan dan terapi dengan cara akupresur, olah napas dan meditasi serta minuman sehat (jamu enak) kepada orang-orang yang terinfeksi HIV di Rumah Sakit Sulianti Saroso Jakarta, Penjara Bulak Kapal Bekasi, Penjara Paledang Bogor, dan Puskesmas Balimester Jakarta, serta menerbitkan buletin KOMPLEMENTER.
Sehat menurutnya adalah sebuah manifestasi terbentuknya ekuilibrium (harmoni) nisbi antara semua nilai kehidupan, baik itu fisik, mental, spiritual dan lingkungan.
Menurut Pak Putu, kendala yang sering dihadapi para aktivis adalah susahnya berkata tidak terhadap pekerjaan dan tantangan yang ada. Akibatnya, banyak aktivis sering mengalami kenaikan tekanan darah sering, nafas pendek dan emosional.
Menurut beliau, hambatan tersebut bisa diatasi dengan berdamai dengan diri sendiri, serta menyadari keterbatasan kemampuan, ruang dan saat. Selain itu, mengatur pola makan & minum yang lebih sehat, berolah raga, beristirahat lebih banyak dan berani mengatakan TIDAK menggunakan santun & hormat terhadap hal-hal yg diperkirakan akan membuat kondisi kesehatan terganggu.
Beliau melihat bahwa banyak sekali aktivis yang berpikiran maju, bersemangat tinggi, dan punya wawasan politik luas; tetapi sayang, dalam bidang kesehatan mereka masih lebih banyak berorientasi (bahkan ada yang bergantung total) kepada pelayanan kesehatan modern (industri kedokteran dan industri farmasi). Kesehatan tidak dirawat sebagaimana merawat organisasi dan programnya. Para aktivis sering lupa bahwa mereka mempunyai potensi diri dan alam yang dapat dijadikan pendukung,- alternatif perawatan kesehatan. Lupa punya sinar matahari pagi, lupa punya udara segar (oksigen), lupa punya bumbu dapur, lupa punya berbagai jenis buah dan sayuran dalam negeri, lupa punya jari tangan yang dapat difungsikan untuk kesehatan. Komentar guyonan beliau tentang para aktivis itu adalah; “Politik progresif, tapi kesehatan konservatif bahkan reaksioner”.
Tetapi Pak Putu tidak hanya berseloroh. Beliau beropini bahwa hal tersebut memang terjadi karena selama ini kita terkooptasi pada asumsi bahwa hanya ada satu ilmu kesehatan yaitu ilmu kedokteran terbaru. Pandangan seperti ini merupakan pengaruh dari agresi industrialisme dalam bidang kesehatan yang sudah berlangsung semenjak zaman penjajahan Belanda. ?Ilmu kedokteran terbaru memiliki keunggulan yang harus dibayar dengan uang poly, tetapi terdapat ilmu kesehatan non kedokteran terbaru (non konvensional) yg belum diaktualisasikan & dioptimalkan pemanfaatannya?, ungkapnya.
Beliau mengajar kita semua untuk menyadari hak dan kewajiban kita dalam membina kesehatan diri sendiri dan masyarakat. Caranya yaitu dengan mempelajari ilmu-ilmu kesehatan non konvensional dan memilih mana yang paling mungkin dilakukan, artinya aman, bermanfaat, rasional, mudah dilakukan, tersedia cukup banyak dan harganya terjangkau.
Beliau juga membagikan tips-tips bagi para aktivis agar tetap sehat dan prima untuk membuat perubahan, di antaranya:

Olah napas: Tarik napas dalam-dalam, simpan di dalam tubuh (bisa di paru-paru, di perut atau bagian tubuh lainnya) sekuatnya (sampai setengah menit), kemudian keluarkan perlahan-lahan lewat mulut. Lakukan di mana saja, kapan saja dan berulangkali. Maknanya: penyerapan oksigen lebih banyak bisa sampai 80% untuk memperkuat Natural Killer di dalam tubuh.


Makanan dan minuman sehat: hindarkan zat penyedap, zat pengawet dan zat pewarna, nikotin. Jadikan makanan dan minuman sebagai obat, dan obat sebagai makanan dan minuman.
Jari-jari tangan: gunakan untuk memijat titik-titik penting di permukaan tubuh sesuai dengan teori akupresur.
Berpikir positif: perbedaan adalah kekuatan, dan kesetaraan adalah dasar hidup bermitra.
***
(Ditulis menurut wawancara via email oleh Hilda Lionata)























Selasa, 14 Juli 2020

[Media] Menengok Proyek Kebahagiaan dari Sustainable Seattle

Uang, kapal pesiar, banyak uang, uang dan keamanan di masa tua. Itulah jawaban yang keluar dari lima orang responden Amerika yang diberi pertanyaan, “Apakah yang membuatmu bahagia?”. Wawancara ini dilakukan oleh wartawan televisi King5 News di Seattle, Amerika Serikat. Ketika pertanyaan serupa diberikan oleh wartawan Aljazeera di tempat umum  di Seattle, jawaban yang muncul adalah sehat dan kemampuan untuk memberikan kembali ke masyarakat.
Meskipun kebahagiaan diinginkan secara universal, bentuk dan nuansanya amatlah bervariasi secara budaya, filosofis dan sejarah. Kebahagiaan dapat berupa sesuatu yang dianggap hedonisme budaya barat, kepuasan materi bagi rakyat miskin Afganistan atau kenyamanan bagi para pemeluk Budha contohnya. Dari jawaban responden di Amerika akan pertanyaan apa yg membuatmu bahagia, uang hampir mendominasi jawaban mereka. Seolah uang berbanding lurus menggunakan kebahagiaan. Di banyak negara maju yang serius dalam perkembangan ekonomi, begitulah hipotesisnya. Benarkah? Menurut Penncock, seseorang ahli kesehatan umum pada Vancouver,
meskipun negara maju mengalami warta perkembangan ekonomi di 20-25 tahun terakhir, persentase individu yang menyatakan dirinya puas dengan hidupnya sama saja dan bahkan menurun dalam kurun saat yang sama. Bhutan, yang merupakan keliru satu negara yg paling terisolasi & berkembang, masuk pada 10 besar negara paling senang pada dunia dengan parameter kesehatan, kesejahteraan dan akses buat pendidikan.
Kerajaan Bhutan memang pelopor untuk masalah kebahagiaan di dunia. Di tahun 1972, Bhutan menjadi negara pertama yang mengukur kemajuan negaranya menggunakan Gross National Happiness (GNH) alih-alih menggunakan Gross Domestic Product (GDP). Pusat Kajian Bhutan telah menyusun survei ilmiah yang secara holistik mendefinisikan sembilan area kebahagiaan. Kesejahteraan materi berupa uang hanyalah salah satu diantaranya. Kesejahteraan psikologis, kesehatan, keseimbangan waktu, vitalitas dan hubungan sosial, akses pada seni dan budaya, pendidikan dan pengembangan kapasitas, standar hidup, pemerintahan yang bersih serta vitali tas ekologi merupakan delapan area kebahagiaan lainnya. Raja Wangchuck diusianya yang ke-16 bahkan me ngu bah Bhutan menjadi negara republik demokratis untuk memenuhi indikator GNH ini. Survei GNH dapat memetakan kebahagiaan Bhutan dalam s uatu ukuran yang memungk inkan kebijaka n ekonomi men yeimbangkan kebutuhan spiritual dan materi sesuai dengan nilai-nilai negara yang kental dipengaruhi agama Budha. Di tahun 2011, PBB membuat kebahagiaan sebagai suatu indikator kunci untuk agenda pembangunan di seluruh dunia.
Walaupun secara etimologi kebahagiaan lebih lekat menggunakan keberuntungan, ilmu kebahagiaan mengungkapkan tindakan memilih 40% kebahagiaan kita dan bahwa kebahagiaan bisa dibuat & terbentuk dalam norma. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, orang mulai terlibat pada kegiatan pemicu kebahagiaan seperti meditasi, aktivisme, partisipasi budaya, & lain sebagainya. Tak hanya pada tingkatan individu; komunitas, universitas, pusat riset, pemerintah dan pula institusi mulai membentuk ruang publik, profesional serta pribadi agar tercipta kehidupan yg lebih berbahagia. Dalam kasus Bhutan, di taraf pemerintahan telah diciptakan ruang buat terciptanya kebahagiaan masyarakat negaranya.
Sementara pada belahan negara yang lain, suatu organisasi bernama Sustainable Seattle (S2) pula mulai mengembangkan alternatif lain selain GDP; yaitu indikator lokal kebahagiaan. Terinspirasi menurut Bhutan, S2 mencoba membuat cara lain berdasarkan isu terkini global. Di tahun 1991, Sustainable Seattle sebagai organisasi pertama di USA yang menyebarkan indikator lokal kebahagiaan sebagai pilihan lain menurut GDP. Saat ini Sustainable Seattle telah sebagai acum & inspirasi buat lebih dari 100 kota pada Amerika & banyak kota di semua global. S2 diakui sebagai organisasi berkelanjutan selama lebih dari 20 tahun sejarah berdirinya.
Tahun 1993, S2 mengeluarkan set indikator keberlanjutan yang pertama. Indikator yang mengukur Masyarakat Berkelanjutan ini berbentuk laporan dengan 20 indikator yang dipelajari dengan detil. Indikator keberlanjutan ini terus berevolusi, disusul oleh set kedua yang dikeluarkan dua tahun setelahnya. S2 mengeluarkan set ketiga indikator keberlanjutan regionalnya di tahun 1998. Setelah merilis Indikator 1998, Sustainable Seattle memutuskan untuk meninjau kembali program indikator-nya. Hanya menerbitkan indikator seperti yang dilakukan di tahun 93, 95 dan 98 membuat Dewan prihatin upaya tersebut tidaklah cukup. Program yang sukses perlu melibatkan dukungan aksi oleh warga negara, bisnis dan pembuat kebijakan sehingga mempengaruhi tren yang didokumentasi oleh indikator.
Bekerja dengan indikator sendiri cukup menantang karena indikator amatlah bervariasi sebagaimana sistem yang dimonitornya. Meskipun demikian, ada beberapa ciri serupa yg dimiliki sang indikator yg efektif; relevan, menampilkan nilai-nilai komunitas, menarik buat media lokal, terukur secara statistik, bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah & logis, bisa diandalkan, terdepan dan relevan menggunakan kebijakan.
Ada dua pendekatan generik buat berbagi indikator buat seluruh populasi (contohnya, kota, negara, atau negara). Salah satu pendekatan bergantung dalam para pakar buat menentukan indikator yg sinkron buat mengukur tren. Yang lainnya bergantung dalam pendekatan akar rumput dan terikat dalam nilai-nilai rakyat negara. Banyak acara memakai kombinasi berdasarkan keterlibatan warga dikombinasikan dengan saran menurut para pakar teknis. Dalam model Sustainable Seattle, nilai-nilai & kebutuhan masyarakat negara mendorong proses namun data ilmiah & metode memberikan dasar buat indikator sebagai akibatnya ukuran yg dipilih bisa dimengerti dan valid.
Set indikator yang keempat baru diterbitkan sembilan tahun setelah yang ketiga. Sustainable Seattle juga menerbitkan kartu Laporan Komunitas Berkelanjutan untuk dua lingkungan (RT) sebagai proyek pilotnya. Di ulang tahunnya yang ke-20, bersama para mitranya, S2 menciptakan model Happiness Initiative dari hasil survei dan pengukuran untuk kebahagiaan serta keadilan sosial sehingga dapat direplikasi di kota manapun di Amerika. S2  terinspirasi oleh Deklarasi Kemerdekaan yang menyatakan bahwa “setiap orang berhak atas hak yang melekat padanya, kebebasan, hidup dan mengejar kebahagiaan.”
Happiness Initiative (HI) menyediakan perangkat, bantuan teknis, pendidikan, kampanye kesadaran serta layanan untuk mendukung proyek kebahagiaan. HI menawarkan suatu cara berpikir mengenai kesejahteraan dan memulai konservasi berkelanjutan untuk semua faktor yang mempengaruhi keseja h teraan dalam hidup di komunitas, tempat kerja atau bahkan di kampus. Di bulan Juni 2011, lebih dari 7000 orang sudah mengerjakan surveinya . Survei HI mengukur kondisi dan kepuasan hidup respondennya dalam 10 area kebahagiaan. Area tersebut adalah; kesejahteraan materi, kesehatan fisik, keseimbangan waktu, kesejahteraan psikologis, pendidikan dan pembelajaran, kualitas dan vitalitas lingkungan, vitalitas budaya, pemerintahan, vitalitas komunitas, pengalaman kerja.
Hasil berita umum menunjukkan bahwa homogen-rata skor berdasarkan kesembilan parameter di Seattle sama atau lebih besar daripada pada tempat-tempat lain di luar Seattle. Kesejahteraan psikologis diwakili menggunakan indikator tingkat bunuh diri, kesejahteraan materi diwakili sang GDP area metropolitan, kesehatan diwakili sang tingkat obesitas, vitalitas komunitas oleh laporan kekerasan, vitalitas budaya sang persentase populasi orang non kulit bening yg teridentifikasi, tata pemerintahan oleh kehadiran pemilih pada pemilihan presiden yg terakhir, vitalitas ekologis oleh emisi gas rumah kaca & keseimbangan ketika sang waktu tempuh rata-rata ke loka kerja.
S2 memperlihatkan layanan berupa kuliah, seminar serta konsultasi. Donasi yang diperlukan dibedakan dari siapa yg menjadi klien mereka. Ketika klien mereka merupakan suatu kelompok mahasiswa misalnya, donasi yg dipatok hanya sepersepuluh donasi buat klien korporasi perjamnya. Kesemua bentuk layanan S2 pada dasarnya meliputi langkah-langkah melakukan suatu inisiatif kebahagiaan.


(Hilda Lionata)














Sabtu, 11 Juli 2020

[Pikir] Riwayat Gerakan Lingkungan

Gerakan lingkungan lahir pada abad ke-19, dibidani oleh mereka yang peduli pada kelestariannya. Awal gerakan lingkungan terjadi dalam tahun 1890, John Muir & Robert Johnson sukses melobi Kongres untuk melestarikan Yosemite sehingga lahirlah Yosemite National Park. Keduanya lalu bergabung membangun Sierra Club, salah satu organisasi lingkungan pertama & leluhur bagi banyak organisasi lingkungan terbaru. Di tahun yg sama, Gifford Pinchot kembali ke Amerika sesudah belajar Kehutanan pada Prancis. Dia terkejut sekali melihat penghancuran asal daya alam di Amerika. Dia lalu menata sistem pengelolaan sumber daya yang berfokus pada tebang pilih & dibuatnya Hutan Lindung Nasional.
Di usianya yang dini, gerakan lingkungan di dunia dipengaruhi amat kuat oleh Pinchot dan Muir-Johnson. Pinchot menekankan pada konservasi, yaitu penggunaan sumber daya dengan pengelolaan yang baik, sementara Muir menekankan pada preservasi, yaitu alam yang sungguh-sungguh terjaga dan tidak diganggu oleh aktivitas manusia.

Pada masa Perang Dunia di abad ke-20, gerakan lingkungan sempat tenggelam dan tidak terperhatikan. Usai PD II dan terjadi transformasi masyarakat pertanian menjadi industri, gerakan lingkungan mulai menggeliat kembali. Salah satu fokus perhatian berbagai pihak waktu itu adalah karya tulis Rachel Carson yang berjudul Spring di tahun 1962. Saat itu, intensifikasi pertanian dilakukan secara masif. Rachel Carson mengulas dampak kimia pestisida untuk lingkungan serta bagi kesehatan mahluk hidup dalam bukunya.
Pada tahun 1970, setelah merebaknya berbagai bencana lingkungan buatan manusia; Senator Gaylord Nelson mengusulkan sebuah demonstrasi akar rumput dengan mengatasnamakan lingkungan. Akhirnya, Hari Bumi pertama berlangsung, membawa gerakan lingkungan ke tahap kedewasaan yang baru. Tantangan yang dihadapinya berubah dari jenis hingga skalanya. Dalam kurun waktu yang sama pula, filsuf Norwegia Arne Naess mulai mengenalkan gerakan lingkungan dengan konsep deep ecology. Konsep ini menyatukan konsep preservasi, ekologi dan spiritual.
Di Indonesia sendiri, keberadaan gerakan lingkungan nir mampu dipisahkan dari info politik. Pada masa Soekarno, pembangunan nir diorientasikan dalam aspek-aspek yg padat modal. Yang terjadi, justru Soekarno menolak dana asing yg menawarkan model pembangunan menggunakan mengenjot aspek ekonomi berbasis ekstraktif asal daya alam. Dengan demikian, waktu itu gerakan lingkungan boleh dikatakan nir berkembang baik di Indonesia. Tetapi, pada periode tahun 1970-1980, sesudah masa kepemimpinan Soekarno (Orde Lama) beralih ke masa Soeharto (Orde Baru), gerakan lingkungan mulai berkembang di Indonesia.
Pola pembangunan yang diterapkan Soeharto berlaku kebalikan dari Soekarno. Pada kepemimpinan Soeharto, pihak asing mulai berinvestasi di Indonesia, terutama industri-industri ekstraktif. Persoalan-persoalan lingkungan dikesampingkan demi peningkatan ekonomi dan menggenjot Gross Domestic Product (GDP), indikator perekonomian yang digunakan banyak negara di dunia. Istilah gerakan lingkungan di Indonesia, baru disebut dalam sebuah simposium tentang ‘15 tahun gerakan lingkungan Indonesia, menuju pembangunan berwawasan lingkungan’ di Jakarta, pada tahun 1972.
Periode gerakan lingkungan di Indonesia terbagi dalam 4 kurun waktu. Yang pertama, sekitar tahun 1970-1980, ditandai dengan masuknya agenda persoalan lingkungan dalam rumusan Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1973 dan Repelita II (1974-1979). Hal ini terjadi karena tekanan internasional dari Deklarasi Stockholm tahun 1972 tentang Biosphere. Tindak lanjutnya adalah pembentukan Kementerian Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup oleh Pemerintah Indonesia. Tujuan pembentukan kementerian terkait di atas adalah mengusung pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan dan efisien. Menteri pertamanya adalah Emil Salim, seorang ekonom lulusan University of Berkeley yang kemudian banyak mempelajari ilmu lingkungan. Emil mendorong munculnya LSM-LSM lingkungan di masa kepemimpinannya sekitar tahun 1978-1993. Pada masa itu, tiba-tiba ratusan organisasi lingkungan muncul di Indonesia, dari yang sebelumnya tidak ada.
Saat itu, organisasi lingkungan yang ada cenderung mengarah pada kegiatan pecinta alam, sekedar hobi maupun bersifat akademis. Sifat pemerintah yang represif membuat kehadiran organisasi berbasis massa saat itu harus berhati-hati. Bahkan untuk mencari atau membuat nama pun, sebuah organisasi lingkungan pun harus dipikirkan secara matang. Organisasi lingkungan tak boleh memprovokasi massa untuk melawan kebijakan Pemerintah, tapi mereka juga tak ingin dicap sebagai underbow partai ataupun kepanjangan tangan Pemerintah. Akhirnya, pada tahun 1980, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) terbentuk, menjadi salah satu wadah gerakan lingkungan di Indonesia. Dalam setiap aktivitasnya, WALHI mendorong organisasi-organisasi lain untuk mulai membentuk jaringan atau kelompok-kelompok kerja untuk Iingkungan. Jaringan kerja sama ini yang di kemudian hari menjadi atap bagi pemikiran gerakan lingkungan di Indonesia.
Gerakan lingkungan mulai memasuki periode kedua di Indonesia, yaitu periode tahun 1980-1990. WALHI mulai bermain di area advokasi. Beberapa kasus pengrusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia diperkarakan sampai ke meja hukum. Tuntutan pertama adalah kasus pencemaran lingkungan oleh PT. Indorayon.  Meskipun kalah, tuntutan ini merupakan satu loncatan besar untuk gerakan lingkungan di Indonesia. Itulah kali pertama, pada masa Orde Baru, sebuah lembaga dapat mewakili lingkungan atau masyarakat. Keberanian WALHI dalam menuntut PT. Indorayon patut diperhitungkan karena perusahaan tersebut didukung dan dimiliki oleh kerabat pucuk pimpinan pemerintah saat itu.
Sikap gerakan lingkungan hidup pada Indonesia waktu itu cukup jelas, tidak takut berseberangan menggunakan Pemerintah Orde Baru. Di waktu bersamaan, gerakan lingkungan yang bekerja menggunakan mengacu dalam kerangka kerja perundangan pula terus merangsek. Pada masa itu, dua undang-undang, yaitu UU No. 4 tahun 1982 tentang Pokok Peningkatan Lingkungan Hidup serta UU No. 5 tahun 1984 mengenai Perindustrian dalam Pembangunan Industri Berwawasan Lingkungan dikeluarkan. Penguatan perangkat Undang-undang diturunkan pada PP No. 26 tahun 1986 tentang AMDAL.
Periode gerakan lingkungan pada Indonesia yg ketiga merupakan sekitar tahun 1990-1999. Dalam periode ini, Deklarasi Rio tahun 1992 mengenai biodiversitasikut diratifikasi sang Indonesia & kemudian terintegrasi dalam GBHN tahun 1993. Bappedal (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan) terbentuk pada kurun saat ini, membawa angin segar bagi gerakan lingkungan pada Indonesia.
Sementara itu, WALHI sudah menuntut sembilan kasus pengrusakan lingkungan lainnya ke pengadilan. Kasus yang diperkarakan antara lain merupakan pengrusakan yg dilakukan oleh perusahaan-perusahaan akbar bermodal asing & lokal, maupun sang Pemerintah (perkara kebakaran hutan dan pengembangan huma gambut sejuta hektar). Dari sepuluh kasus gugatan lingkungan, hanya satu kasus yg dimenangkan, yaitu Hak Atas Informasi melawan PT. Freeport Indonesia. Dalam putusannya, Majelis hakim hanya sebagian mengabulkan somasi WALHI & mengakui bahwa PT Freeport Indonesia sudah melakukan perbuatan melawan hukum. Kemenangan ini sebagai catatan sejarah, bahwa lingkungan hayati dapat dimenangkan meskipun harus melewati bepergian panjang.
Masalah lingkungan menerima perhatian serius dari hampir seluruh negara pada dunia karena kasus & krisis lingkungan tersebar pada setiap negara menggunakan ragam dan derajat yg tidak sama. Seluruh negara terlibat pada mencari solusi terhadap problem tadi. Agenda lingkungan yang awalnya sebagai gosip minor kali ini masuk dalam info dunia, dan dibicarakan pada rencana politik internasional, mendampingi rencana keamanan & ekonomi. Pada tahun 1992, diadakan Earth Summit pada Rio menggunakan dihadiri oleh para kepala negara & para perwakilan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Pencapaian yg terpenting saat itu adalah konvensi akan Konvensi Perubahan Iklim yang berujung pada Protokol Kyoto. Konvensi Keragaman Biologis pula diratifikasi pada rendezvous ini. Meskipun begitu, masih ada banyak kritik bahwa perjanjian yg dibentuk pada Rio tidak terwujud lantaran berbenturan dengan berita lainnya misalnya pemberantasan kemiskinan.
Memasuki periode keempat, di tahun 1999, gerakan lingkungan pada Indonesia berada pada kesesakan yang ditimbulkan sang masa Reformasi. Saat itu, keadaan perekonomian Indonesia amat terpuruk & lagi-lagi lingkungan dikorbankan untuk menjawab masalah kemiskinan secara cepat. Pada masa pemerintahan Megawati banyak terjadi alih fungsi huma atas nama kemiskinan. Pembalakan hutan balik marak, belum lagi ditambah menggunakan warisan masalah lingkungan berdasarkan masa Orde Lama.
Gerakan lingkungan pada periode ini mengalami tantangan yg lebih kompleks. Krisis lingkungan tidak hanya terjadi pada strata individu atau lokal seperti bala lumpur Lapindo contohnya. Krisis lingkungan yang berskala dunia pula semakin konkret terasa pada Indonesia, misalnya perubahan iklim, degradasi lahan dan hutan, kelangkaan air dan berkurangnya wilayah tangkapan ikan. Gerakan lingkungan di Indonesia bergantung dalam sistem politik, ekonomi & sistem militer yang diterapkan pada negara ini.
Bila dicermati, gerakan lingkungan dunia akhirnya bekerja dengan strategi yang berbeda. Para pemerhati lingkungan hidup bermain dalam kerangka undang-undang dan politis akademis seperti yang dilakukan dalam konvensi lingkungan atau pertemuan yang diselenggarakan oleh UNEP. Belum lagi tulisan seperti The Limits to Growth, Our Common Future, One Planet yang mengingatkan terbatasnya sumber daya yang kita miliki dan meningkatnya tekanan akibat kegiatan manusia pada sumber daya tertentu.
Gerakan lingkungan juga sering bermain di ranah aksi nyata dan langsung. Bisa berupa bentuk protes langsung dengan memblok jalan atau memeluk pohon, juga dengan bentuk yang lebih halus berupa membuat budaya alternatif yang baru. Strategi gerakan lingkungan yang terbaru juga disukai oleh orang-orang yang sudah jenuh dengan  gaya hidup modern dan konsumtif, kalangan yang peduli kesehatan dan berusaha berada sedekat mungkin dengan sumber makanan mereka serta kaum spiritualis yang memandang keberadaan yang Maha di setiap benda di alam ini. Contohnya konsep ecovillage dan kembali ke kelompok subsisten.
Di umurnya yang sudah cukup tua, gerakan lingkungan berharap jalan keluar yang damai dan tenang. Sama halnya ketika perbudakan akhirnya dihapuskan dan menghilangnya gerakan anti apartheid. Ataupun ketika gerakan perempuan berhasil memperoleh hak suara, dan gerakan perempuan pendukung hak suara kemudian menghilang setelah pergerakannya yang hampir 100 tahun. Tantangan yang dihadapi agar gerakan lingkungan dapat berakhir dengan damai masih cukup banyak. Tantangan itu berbeda dari tantangan gerakan perempuan atau anti perbudakan. Selama sistem perekonomian dunia masih menguntungkan para pemilik modal dan selama manusia hidup tanpa berusaha selaras dengan alam, tampaknya gerakan lingkungan harus tetap eksis. Setiap strategi yang digunakan baik adanya, dan dari sejarah perjuangannya, yang terpenting adalah menyesuaikan ide tentang pencarian solusi atas masalah dengan konteksnya. Kebijakan terus berubah, media kampanye dan penyadaran semakin kreatif, kategori permasalahan lingkungan semakin lebar, dan semuanya dapat menjadi peluang untuk mencapai akhir gerakan lingkungan hidup yang tenang. Perkara siapa yang menjadikannya peluang, siapa lagi kalau bukan kita?


(Hilda Lionata)




















Cloud Hosting Indonesia