Tampilkan postingan dengan label Any Sulistyowati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Any Sulistyowati. Tampilkan semua postingan

Selasa, 04 Agustus 2020

[MASALAH KITA] Mengapa hanya sedikit perempuan yang menjadi aktivis?



David kuliah pada Jurusan Biologi, pada mana 70% mahasiswanya merupakan wanita, tetapi dari lebih kurang enam tahun masa studinya, hanya sekali wanita sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Biologi. Setelah itu ia membuat LSM yg memiliki acara relawan, yg secara umum dikuasai perempuan . Dari ratusan relawan yang lalu direkrut menjadi staff, yang lalu berkomitmen & bertahan lebih menurut lima tahun seluruh laki-laki . Ia juga berkawan dengan banyak aktivis yang pula wanita, dan sayangnya? Sesudah menikah, mereka berhenti. Fenomena apakah ini?


Fenomena serupa ternyata nir hanya terjadi pada dunia aktivis saja, namun pula terjadi pada panggung politik bangsa kita, pada mana dominan penduduknya juga wanita. Sampai-hingga pada pemilu tahun 2004, setiap partai wajib mempunyai calon perempuan minimal 30%.

Meskipun terdapat pesimisme apakah wanita-wanita itu sahih-benar mempunyai perspektif gender, menjadi langkah awal keputusan ini perlu disambut baik. Hal serupa terjadi di sektor ekonomi, pendidikan, agama & teknologi. Beberapa institusi internasional telah membuat aturan keseimbangan gender di organisasinya. Demikian juga beberapa perusahaan internasional yang selama ini dipercaya daerah kerja laki-laki , contohnya perusahaan-perusahaan tambang, mulai mengutamakan peluang kerja bagi wanita-perempuan . Meskipun demikian permanen saja, sektor-sektor tersebut didominasi oleh pria. Apakah tidak terdapat wanita yg relatif berkualitas buat mengisi posisi-posisi krusial pada sektor-sektor tersebut?

Gadis Arivia pada bukunya Filsafat berperspektif Feminis menuliskan hal serupa jua terjadi pada global filsafat. Filsafat yang tercatat dalam sejarah semenjak zaman Yunani, hampir seluruh pria. Dalam buku tersebut, ia menuliskan bahwa hal tersebut tidak berarti perempuan tidak berkualitas atau tidak bisa berfilsafat, melainkan sengaja dipinggirkan dari panggung filsafat melalui anggaran main yang terdapat.


Bagaimana dengan peluang yang terbuka luas, misalnya di sektor ekonomi & politik tadi? Jawabannya, hidup kita tidak hanya dipengaruhi sang faktor ekonomi dan politik. Demikian jua waktu seorang perempuan membuat keputusan buat terlibat/tidak terlibat dalam satu aktivitas, contohnya menentukan pekerjaan. Keputusannya nir akan semata-mata dipengaruhi sang faktor ekonomi & peluang yg ada. Dalam melakukan pilihan aksi, seseorang aktivis perempuan ditentukan sang banyak hal. Sedikitnya terdapat tiga faktor yang memiliki efek cukup besar bagi pengambilan keputusan seseorang aktivis perempuan , yaitu: keluarga, budaya & agama.


Keluarga
Entah itu nasib, takdir atau pilihan bebas, banyak wanita yg mengutamakan keluarga di atas karirnya. Banyak sekali perempuan yg berhenti berkarir sehabis menikah, sibuk menggunakan pekerjaan domestik dan melupakan kiprahnya dalam kehidupan sosial. Karir mereka identik dengan sukses suami & anak-anak mereka. Seringkali apabila oleh suami dan anak-anak gagal, wanita yang disalahkan lantaran dianggap nir becus sebagai istri & bunda.


Nilai inilah yg poly menghantui poly wanita, waktu mereka wajib mengambil pilihan-pilihan hidup, contohnya pekerjaan. Yang paling sebagai pertimbangan acapkali adalah apakah pekerjaan ini cocok untuk kehidupan anak-anak & suami mereka, dan bukannya apakah pekerjaan ini cocok buat mereka. Hidup mereka berpusat pada suami dan anak-anak, dan bukannya dalam panggilan mereka sendiri.


Sangat mengagumkan, apabila ada perempuan yg akhirnya dapat mengkombinasikan pilihan hidupnya dengan kepentingan suami dan anak-anaknya. Membagi hidup secara seimbang antara karir menggunakan keluarganya. Sayangnya, sangat sedikit wanita yg dapat hayati menggunakan cara ini.


Budaya
Budaya merupakan faktor kedua yg menghipnotis keputusan seorang wanita. Kalaupun famili intinya (suami & anak-anak) mendukung pilihannya, belum tentu beliau berani menghadapi cermin sosial yg asal dari rakyat yang lebih luas. Pertama, mungkin akan terdapat tekanan dari famili besar , ayah, mak , mertua, nenek, kakek, paman, bibi dkk. Kedua, kalaupun keluarga akbar sudah ok, masih ada tekanan menurut tetangga/rakyat tempat tinggal/kerja nya.
Tekanan ini dapat dilancarkan menggunakan berbagai alasan, misalnya care, peduli atau sayang sampai takut tersaingi alias sirik. Meskipun sepertinya tidak sama, sayangnya keduanya berujung sama, peminggiran perempuan berdasarkan pilihan hayati dan karyanya.


Agama
Agama merupakan faktor yang paling sulit dilawan dalam konstruksi sosial yg meminggirkan perempuan . Misalnya, ketika Megawati akan menjadi presiden, beliau dihadapkan dalam fenomena bahwa yang diangkat ke bagian atas bukannya apakah ia sungguh-benar-benar mempunyai kapasitas menjadi presiden, tetapi jenis kelaminnya. Lantaran pada kepercayaan Islam yg wajib menjadi pemimpin adalah pria.


Dalam banyak agama akbar, hak buat menjadi pemimpin & mendalami kepercayaan masih didominasi oleh laki-laki . Gereja Katolik masih melarang perempuan menjadi imam. Demikian jua dengan kepercayaan Islam. Agama Budha di banyak negara juga menerapkan pola yg sama, yg menjadi biku adalah laki-laki .


Lalu apa yg wajib dilakukan?
Lepas dari segala analisis yang rumit-rumit mengenai penyebab segala hal tadi, perempuan tetap harus merogoh perilaku. Sebagaimana pula pria & seluruh orang, wanita paling berhak atas pilihan hidupnya, atas masa depannya, atas pilihan karirnya. Pilihan-pilihan itu hendaknya didasarkan pada potensi maksimal kiprahnya sebagai bagian menurut umat insan, panggilan/perutusan uniknya buat berkarya pada global ini. Bukannya, dipengaruhi oleh keluarga, warga atau bahkan kepercayaan .


Pertama-tama, beliau harus menjernihkan dan mendengarkan suara hatinya, menemukan arah hidupnya, apa kiprahnya menjadi insan. Kedua, ia butuh keberanian buat menghadapi cermin sosial. Berani menyampaikan nir, buat sesuatu yg merusak pelaksanaan visi & misi hidupnya. Tentu saja ini sulit, apalagi pada termin awal. Lantaran itu langkah ketiga menjadi krusial, yaitu menemukan komunitas sevisi. Dalam komunitas sevisi, wanita akan menemukan dukungan dalam bentuk persahabatan, sharing pengalaman, pengetahuan atau bahkan sekedar tempat curhat. Ini akan menguatkan bepergian beratnya melaksanakan misi hidup. Yang terakhir dan terpenting adalah hayati dengan komitmen. Lantaran tanpa komitmen yg kuat segala asa akan sia-sia. Komitmen jua berarti kesediaan menanggung resiko akibat pilihan-pilihan yg diambilnya, contohnya stereotipe dari masyarakat, perseteruan menggunakan keluarga & bahkan mengorbankan hidupnya sendiri untuk impian yang lebih besar .
(Any Sulistyowati)









































[PIKIR] Beda Cara Belajar Beda Tindakan



Cara belajar setiap orang tidak sinkron satu sama lain. Selain dipengaruhi sang faktor genetis, cara belajar kita jua dibuat oleh faktor lingkungan yang turut membentuk norma kita diantaranya melalui anggaran-aturan sekolah, keluarga dan rakyat. Perbedaan cara belajar ini dalam akhirnya akan mempengaruhi cara kita bertindak & menanggapi sesuatu. Banyak perseteruan terjadi akibat perbedaan cara belajar ini, contohnya pertarungan antara anak & orang tua; antara suami-istri; antara pemerintah dengan masyarakat maupun antara aktivis pendamping lapang dengan masyarakat dampingannya. Karena respon anak nir sinkron dengan harapan orang tua maka orang tua berpikir bahwa anaknya nakal, susah dikendalikan dan susah diatur. Lantaran lebih senang menjawab soal menggunakan caranya sendiri, seorang anak didik lantas dipercaya udik sang gurunya dan lantaran tidak menciptakan tanggapan sinkron asa seseorang gadis menganggap kekasihnya telah tidak mencintainya lagi. Masih banyak lagi pertarungan & pertarungan yg timbul dampak perbedaan cara belajar ini.


Tulisan ini mengangkat model cara belajar kombinasi yg diteliti oleh Dr. Anthony F. Gregorg. Model ini merupakan salah satu contoh yg paling efektif buat tahu perbedaan cara belajar. Model ini dibangun dari kombinasi cara kita memandang persoalan (persepsi) dan cara kita menyusun kabar yg kita terima.


Cara Memandang Persoalan (Persepsi)
Kita memandang dunia menurut persepsi kita. Persepsi itu nir sama buat setiap orang. Persepsi ini akan mensugesti kita pada memahami sesuatu & merogoh tindakan atas sesuatu. Ada dua kualitas persepsi yang dimiliki sang setiap orang, yaitu persepsi konkret & persepsi tak berbentuk.


Kualitas persepsi nyata memungkinkan kita pribadi menyerap kabar yang diterima oleh panca indera. Kita melihat segala sesuatu misalnya apa adanya. Kita tidak mencari makna yg tersembunyi pada balik suatu insiden atau mencoba menggali penyebab-penyebab menurut suatu perseteruan.


Kualitas persepsi tak berbentuk memungkinkan kita menggali lebih jauh makna dari suatu insiden, menciptakan visualisasi maupun mencari pandangan baru-ilham baru pada luar hal-hal yang secara eksklusif ditangkap oleh panca indera. Bagi orang yang memakai persepsi tak berbentuk, segala sesuatu nir selalu tampak seperti kelihatannya.


Cara Penyusunan Informasi
Penyusunan kabar adalah cara kita menggunakan berita yang kita terima. Menurut Gregorc cara penyusunan liputan bisa dikelompokkan sebagai 2 yaitu sekuensial (urut, runtut, teratur) dan acak (secara acak).


Kemampuan sekuensial memungkinkan kita berpikir secara logis. Informasi akan disusun secara teratur & bertahap. Mereka yang lebih banyak didominasi kemampuan sekuensialnya, umumnya melakukan perencanaan sebelum melakukan tindakan.


Kemampuan rambang menyusun warta secara serabutan dan tidak teratur. Kemungkinan terdapat beberapa hal yg terlewati. Bagi mereka yg dominan kemampuan acaknya terkesan impulsif, tidak berpikir panjang dan yg penting bagi mereka adalah terselesaikan, sementara tahapan penyelesaian nir sebagai kasus.


Model Kombinasi Gregorc
Gregorc memodelkan cara belajar menjadi kombinasi cara memandang persoalan & cara menyusun kabar. Kombinasi tadi dikenal sebagai: Sekuensial Konkret (SK), Sekuensial Abstrak (SA), Acak Konkret (AK) & Acak Abstrak (AA).
Keempat kemampuan ini terdapat dalam setiap orang, hanya kadarnya buat setiap tipe berbeda-beda. Berikut ini adalah ciri secara umum dikuasai menurut keempat model cara belajar tersebut.


1. Sekuensial Konkret
Orang-orang yang secara umum dikuasai kemampuan sekuensial konkretnya umumnya ulet , tradisional, sangat cermat, stabil, dapat diandalkan, konsisten, berpegang dalam kabar dan teratur. Mereka sangat baik dalam menerapkan gagasan-gagasan menggunakan cara yang mudah, efisien dan irit. Mereka umumnya tepat waktu. Mereka juga memiliki kemampuan buat melahirkan gagasan konkret berdasarkan sesuatu yang abstrak. Biasanya mereka bekerja secara sistematis, sedikit demi sedikit mengikuti jadwal & detil. Mereka senang melakukan sesuatu secara rutin & teratur. Dengan kebiasaan ini, mereka akan kesulitan menghadapi lingkungan yg berantakan, obrolan yg nir jelas arahnya serta mengikuti perintah yg nir jelas.


2. Sekuensial Abstrak
Orang-orang yg dominan kemampuan sekuensial abstraknya umumnya analitis, obyektif, berpengetahuan luas, teliti, rapi, logis, damai & hati-hati serta sistematis. Mereka sangat baik dalam pekerjaan-pekerjaan penelitian, contohnya mendeskripsikan urutan insiden pada suatu urutan yg logis, memakai liputan buat menunjukan atau menyanggah teori & menganalisis gagasan. Mereka mengumpulkan data-data sebelum mengambil keputusan & menyelesaikan segala sesuatu hingga tuntas. Mereka akan frustasi bila ketika yang diberikan buat merampungkan pekerjaan tidak relatif, mengulang-ulang pekerjaan yg sama, berpikir sentimentil atau wajib menunda diri buat nir membicarakan gagasan dalam kurun waktu yg usang.


3. Acak Konkret
Orang-orang yang secara umum dikuasai kemampuan rambang konkretnya umumnya bertindak dengan cepat, mengikuti istilah hati, selalu ingin tahu, realistis, mempunyai daya cipta, inovatif, naluriah & sangat berani. Mereka mempunyai banyak gagasan kreatif & melihat poly alternatif solusi & cara-cara baru buat menuntaskan problem. Mereka sanggup mengilhami orang lain buat bertindak. Mereka mau mengambil resiko dan bisa merogoh keputusan menggunakan cepat. Keputusan ini sebagian akbar berdasarkan pada nalurinya dan bukan dari perhitungan yang cermat akan data dan fakta yang mendukungnya. Mereka akan putus harapan bila nir memiliki pilihan, harus membuat laporan formal, menghadapi hal-hal rutin, mengulang sesuatu yang pernah dilakukan maupun menyebutkan alasan dari keputusan/jawaban eksklusif.


4. Acak Abstrak
Orang-orang yg dominan kemampuan acak abstraknya umumnya peka, penuh belas kasih, cepat tahu, imajinatif, idealis, sentimentil, impulsif dan fleksibel. Mereka mempunyai karunia buat mendengarkan orang lain menggunakan benar-benar-sungguh & menciptakan suasana damai menggunakan orang lain. Mereka menyadari kebutuhan orang lain & gampang menjalin persahabatan. Mereka menduga krusial perasaan & emosi serta memberikan perhatian pada tema serta gagasan. Mereka mengusut sesuatu dengan caranya sendiri dan merogoh keputusan menurut perasaan. Mereka akan putus harapan apabila harus menjelaskan alasan mengapa mereka melakukan/menetapkan sesuatu, berkompetisi, mendapat kritikan & berfokus hanya pada satu hal setiap ketika.


Apa gunanya mengetahui perbedaan cara belajar?
Banyak pertarungan ditimbulkan oleh perbedaan cara belajar. Misalnya seseorang mak yg sekuensial konkret akan merasa anaknya yg rambang nyata menjadi anak yg semaunya sendiri & susah diatur. Bagi orang sekuensial konkret, hayati teratur dan rapi sangat menyenangkan, ad interim buat orang rambang konkret menjadi rapi dan teratur merupakan sesuatu yg menyebalkan dan membebani. Dengan tahu cara belajar sang anak, si bunda bisa lebih memahami bahwa buat memenuhi tuntutannya oleh anak membutuhkan usaha yg luar biasa keras. Dengan demikian beliau akan lebih toleran terhadap kesemrawutan-kesemrawutan mini yang sekali waktu dilakukan anaknya.


Perseteruan lain yg mungkin muncul adalah antar pasangan. Seseorang yang rambang tak berbentuk lebih menggunakan perasaannya pada melakukan sesuatu dan bagi mereka perhatian terhadap orang adalah sangat krusial. Jika orang ini mempunyai pasangan sekuensial abstrak, mungkin ia akan berulangkali merasa kecewa akan tingkah laris pasangannya yg kurang perhatian, kurang tanggap akan perasaannya dan selalu menuntut argumen yg rasional dari setiap keputusan yang diambil. Sementara itu pasangannya akan merasa dia terlalu menuntut, nir rasional & kurang mempercayai cintanya. Dengan tahu perbedaan cara belajar, pasangan ini akan lebih maklum dengan apa yg dilakukan oleh pasangannya & tidak selalu mengartikan perilaku-perilaku yg tidak sinkron dengan asa sebagai aktualisasi diri nir mengasihi juga sengaja menciptakan kesal/mengecewakan.


Contoh yang lain adalah antara guru menggunakan anak didik. Sistem pendidikan zaman sekarang cenderung memakai pendekatan disiplin dan cara berpikir yang runtut buat tahu pengetahuan. Pendekatan ini menguntungkan anak-anak yang memiliki kombinasi mayoritas sekuensial nyata dan sekuensial abstrak. Anak-anak yg sekuensial nyata akan dengan mudah mengikuti keteraturan aturan-aturan sekolah. Sementara anak-anak yang sekuensial abstrak bisa menggunakan mudah mengikuti pelajaran yang membutuhkan analisis. Sedikit sekali perhatian diberikan untuk seni & cara berpikir kreatif yg cocok buat anak-anak rambang tak berbentuk & aca konkret. Bagi anak-anak menggunakan cara berpikir rambang, sekolah formal merupakan belenggu yang membosankan. Beberapa mereka memperoleh cap menjadi anak nakal atau anak kolot. Padahal sebenarnya belum tentu demikian. Mereka sebagai demikian lantaran cara belajar yang diterapkan pada sekolah tidak cocok dengan cara belajar mereka. Sekolah menjadi siksaan. Guru-guru yg tahu perbedaan cara belajar ini akan lebih toleran terhadap perilaku anak-anak ini & berusaha mencari cara kreatif buat mengakomodasi disparitas cara belajar ini.


Contoh lain yg mungkin relevan buat kita menjadi aktivis, misalnya perbedaan cara belajar antara seseorang pendamping lapang menggunakan warga lokal dampingannya. Jika seseorang pendamping mempunyai cara belajar secara umum dikuasai sekuensial tak berbentuk, mungkin tidak cocok buat mendampingi rakyat yg nyata dan acak. Orang sekuensial abstrak cenderung banyak bicara buat menjelaskan hal-hal yg diketahui & acapkali menggunakan bahasa yg sulit dimengerti. Masyarakat yang nir terbiasa berpikir panjang akan kesulitan mengikuti apa yg diterangkan sang oleh pendamping dan akhirnya mengangguk-angguk tetapi kurang mengerti atau malah mengantuk. Akhirnya program yg direncanakan tidak berjalan lantaran warga tidak paham. Orang yang sekuensial tak berbentuk pula kurang mampu berempati dalam sesama, sebagai akibatnya acapkali kurang tanggap akan kebutuhan orang-orang pada sekelilingnya. Sehingga jika orang tipe ini sebagai pendamping kemungkinan beliau akan kesulitan memahami asa & perasaan yang berkembang pada warga dampingannya.


Bagaimana kita bersikap terhadap disparitas cara belajar?
Masih banyak lagi model masalah atau perseteruan yang ditimbulkan sang perbedaan cara belajar ini. Lalu bagaimana kita menyikapi perbedaan ini?


Pertama, kita perlu menyadari cara belajar kita sendiri. Dari sana kita dapat mengidentifikasi kekuatan & kelemahan kita. Setelah itu, kita perlu menyadari, mendapat fenomena dan menghargai disparitas cara belajar setiap orang. Dengan bekal itu, kita dapat mengikuti keadaan dan bahkan memanfaatkan perbedaan-disparitas itu.


Misalnya apabila kita dalam satu kerja tim, maka pembagian tugas bisa disesuaikan dengan cara belajar setiap anggota. Orang yg sekuansial abstrak mendapat tugas buat menciptakan analisis atau menciptakan konsep kegiatan. Orang yg sekuensial konkret diberi tugas buat melaksanakan program sebagai ketua . Orang-orang yang acak tak berbentuk bisa diminta bekerja pada bidang yang mengurus orang-orang ad interim mereka yg acak nyata bisa diminta masuk dalam tim kreatif. Harapannya mereka seluruh akan menikmati pekerjaannya. Dengan demikian tim bisa menghasilkan kinerja terbaiknya & perseteruan bisa dihindari.


Contoh lain adalah pada relasi antara pasangan hayati. Memahami cara belajar masing-masing menciptakan kita tahu hal-hal apa yg membuat pasangan kita bahagia atau stress. Dengan demikian kita dapat lebih mudah menentukan bantuan gratis yang cocok atau merancang program liburan beserta yang pas. Kita lebih mengetahui apa saja yang membuat pasangan kita bahagia & kebalikannya. Saling tahu dapat lebih mudah dilakukan & kompromi bisa lebih gampang tercapai.


Jadi, sudahkah anda mengenali cara belajar anda?


(Any Sulistyowati)


Referensi:
Tobias, Cynthia Ulrich. Cara Mereka Belajar. Jakarta: Fokus Pada Keluarga, 2000.
DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. Quantum Learning. New York: Dell Publishing, 1992. (Edisi Indonesia diterbitkan oleh MIZAN).


















































































Kamis, 23 Juli 2020

[Opini] Membangun Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan: Belajar dari pengalaman Kuba

Penulis: Any Sulistyowati
Kuba adalah satu-satunya negara pada dunia yg menempatkan pertanian organis sebagai kebijakan pertanian nasional. Di tengah perdebatan internasional apakah pertanian organis bisa menghasilkan cukup pangan buat semua umat insan, pertanian organis justru sudah menyelamatkan Kuba menurut krisis pangan hebat akibat hancurnya blok komunis Uni Soviet & diperketatnya larangan Amerika Serikat. Pengalaman mereka ini sangat menarik buat dipelajari; mungkin nir cocok untuk diterapkan sepenuhnya pada Indonesia, melainkan semoga bisa sebagai wangsit yg memberitahuakn bahwa contoh dunia yang lain juga mungkin & masukan untuk menciptakan sistem ketahanan pangan yg lebih berkelanjutan dalam konteks Indonesia.

Sebelum tahun 90-an, pertanian Kuba ditandai dengan pertanian skala akbar, asupan impor berbasis minyak bumi & monokultur ala revolusi hijau. Sistem ini sudah membawa Kuba pada tingkat konsumsi pangan yg tinggi, yakni 2809 kalori per kapita per hari dan 77 gram protein per kapita perhari pada tahun 1989. Hal ini dimungkinkan dengan dukungan berdasarkan Uni Soviet yang mengimpor gula berdasarkan Kuba seharga lebih berdasarkan 5 kali harga pasar internasional & mengekspor minyak ke Kuba menggunakan 1/2 harga internasional. (Sinclair and Thompson, 2001. Laporan OXFAM America).
Hancurnya Uni Soviet mengakibatkan Kuba jatuh ke pada krisis akbar, apalagi ditambah dengan diberlakukannya Torricelli Act (1992) & Helms Burton Act (1996) oleh Amerika Serikat yg intinya merupakan memperketat embargo, misalnya menggunakan menaruh sangsi kepada negara dunia ketiga yg berbisnis menggunakan Kuba & pelarangan penjualan bahan kuliner & obat-obatan ke Kuba sejak 1994. (Romero, 2000. Laporan OXFAM Amerika).
Akibat krisis ini, terjadi kekurangan pangan besar-besaran akibat hilangnya impor pangan, minyak bumi dan asupan pertanian. Model pembangunan pertanian ala revolusi hijau tidak dapat dilanjutkan tanpa dukungan Uni Soviet. Dibandingkan tahun 1989, pada tahun 1992 tingkat import menurun masing-masing 53% untuk minyak bumi, 70% untuk pakan ternak, 77% untuk pupuk kimia dan sedikitnya 62.5% untuk pestisida. Pada tahun 1995, tingkat konsumsi kalori dan protein menurun sampai 40% dari tingkat konsumsi tahun 1989. Masa-masa ini dikenal sebagai Periode Khusus di Masa Damai (Special Period in Peacetime). (Rosset & Benjamin, 1994a).
Situasi di atas tidak membuat pemerintah Kuba menyerah terhadap kekuasaan Amerika Serikat dan mengubah pola pembangunan nasionalnya. Sebaliknya, desakan krisis justru memunculkan banyak alternatif baru baik di tingkat akar rumput maupun kebijakan nasional. Sebagai contoh, di bidang pertanian setidaknya ada tiga jenis reformasi kebijakan yang dilakukan, antara lain kebijakan teknologi, kebijakan produksi dan kebijakan distribusi. Reformasi-reformasi tersebut berhasil meningkatkan produksi pangan Kuba secara signifikan. Pada tahun 2000, bila dibandingkan dengan tahun 1988, produksi pangan meningkat masing-masing 767% untuk jagung, 113% untuk beras, 208% untuk umbi-umbian dan 351% untuk sayuran. Petani adalah yang paling diuntungkan dari reformasi tersebut. Penghasilan mereka menjadi salah satu yang tertinggi di negara tersebut. Kondisi ini mengundang banyak orang untuk kembali ke desa, ke sektor pertanian atau menjadi petani.
Berikut ini adalah ringkasan perubahan kebijakan tersebut:
1. Perubahan di bidang teknologi
Di bidang teknologi pertanian, Kuba mendeklarasikan model alternatif yang dapat diklasifikasikan sebagai pertanian organis. Pertanian ini dicirikan dengan penggunaan sumber daya lokal yang tinggi, termasuk penanaman kembali spesies-spesies lokal; sistem multikultur dan pengurangan besar-besaran asupan luar seperti pestisida dan pupuk kimia. (Rosset dan Benjamin, 1994a&b). Perubahan ini juga dibarengi dengan pengembangan sarana pendukung, misalnya pengembangan bioteknologi berbasis masyarakat dan perluasan lahan yang digunakan untuk memproduksi pangan antara lain dengan pertanian perkotaan.
1a. Pertanian Organis [1]
Mereka menggunakan teknik pengolahan tanah dengan prinsip minimum tillage, kompos dan pupuk kandang untuk menggantikan pupuk kimia, oxen sebagai pengganti traktor, rotasi tanaman dan multikultur. Pupuk kandang diperoleh dari limbah peternakan. Kompos dibuat dari limbah panen sebelumnya, sampah makanan, limbah perkebunan tebu dan pabrik gula. Kompos cacing juga cukup populer digunakan. Untuk pengendalian hama digunakan pengendalian hama biologis dengan produk-produk bioteknologi, musuh alami dan tanaman pengusir hama.
1b. Bioteknologi oleh Petani [2]
Tidak seperti di banyak negara di mana bioteknologi identik dengan perusahaan multinasional, di Kuba bioteknologi dikembangkan oleh masyarakat, di koperasi-koperasi yang dimiliki oleh petani. Petani dapat mengakses produk bioteknologi, yang merupakan ujung tombak pengendalian hama mereka, seperti entomophagus[3] dan entomopatogen[4] dengan harga relatif murah. Meskipun demikian, CREE (Centros Reproductores de Entomofagus y Entomopatogenos, pusat produksi entomofagus dan entomopatogen) tetap meraih keuntungan. Penghasilan mereka cukup untuk membiayai gaji staff, biaya produksi dan membayar angsuran ke bank.
1c. Pertanian Perkotaan [5]
Sebelum krisis, pertanian perkotaan tidak berkembang di Kuba. Di Havana bahkan ada aturan yang melarang masyarakat untuk menanam tanaman pangan di halaman depan rumah mereka karena dianggap identik dengan kemiskinan. Setelah krisis, justru pertanian perkotaan memegang peran yang sangat penting sebagai penghasil pangan masyarakat perkotaan yang selama ini tergantung pada produk impor dan kiriman dari desa. Bahkan pada tahun 1994, dibentuk dapartemen khusus yang mengurus pertanian perkotaan ini.
Di pusat Havana pertanian perkotaan mencakup areal seluas 15 ribu hektar yang memproduksi sekitar 30% kebutuhan sayur mayur (standar FAO = 300 gram perkapita perhari) sekitar 2 juta penduduk kota tersebut pada tahun 1999. Di kota-kota yang lain bahkan terjadi kelebihan produksi, misalnya di Cienfuegos (148%), Sancti Spiritus (121%), Ciego de Avila (134%) dan kotamadya Havana (117%). Bila dirata-rata untuk seluruh Kuba, produksi pertanian perkotaan ini mencukupi sekitar 72% kebutuhan sayuran penduduk perkotaan. Pengalaman mereka ini menunjukkan bahwa kota dapat berubah status dari konsumen menjadi produsen pangan.
Pertanian perkotaan di Kuba bervariasi dalam bentuk, ukuran, teknik bercocok tanam dan kepemilikan. Popular garden adalah yang paling mudah ditemui. Ukurannya bervariasi mulai dari beberapa meter persegi sampai beberapa hektar dan dikelola secara perorangan atau berkelompok. Sebagian untuk dikonsumsi sendiri, sebagian disumbangkan untuk makan siang di sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit atau untuk orang-orang yang tidak mampu dan sisanya dijual untuk mendapatkan keuntungan. Teknik yang paling banyak digunakan dikenal dengan istilah organoponico, yang menggunakan gundukan tanah subur sebagai bed, karena buruknya kualitas tanah di daerah perkotaan.
2. Perubahan di bidang produksi [6]
2a. Alokasi lebih banyak lahan untuk tanaman pangan
Sebelum krisis, sebagian besar tanah pertanian di Kuba digunakan untuk perkebunan tebu sebagai produk pertanian unggulan mereka. Sektor ini berkontribusi untuk memberikan 400 ribu lapangan kerja dan menghasilkan sekitar 600 juta dolar Amerika (80% dari total ekspor). Setelah krisis, pemerintah mengalokasikan lebih banyak tanah untuk tanaman pangan. Lahan-lahan tersebut antara lain digunakan untuk memproduksi pangan untuk konsumsi para pengelola (self provisioning plot).
2b. Distribusi tanah negara kepada koperasi-koperasi
Sebelumnya sebagian besar tanah pertanian dikuasai oleh perusahaan negara. Perusahaan ini disubsidi besar-besaran oleh pemerintah. Namun demikian, produktivitas mereka jauh lebih rendah dibandingkan dengan koperasi yang lebih sedikit mendapat subsidi dan apalagi bila dibandingkan dengan petani-petani kecil yang tidak disubsidi.
Setelah krisis, terjadi reformasi dalam pengelolaan lahan. Sebagian tanah perusahaan negara dibagi-bagikan ke koperasi (UBPC, Unidad Basica de Produccion Cooperative, semacam koperasi produksi unit desa). Para karyawan perusahaan negara tersebut diberi pilihan untuk tetap menjadi karyawan atau secara berkelompok membentuk koperasi. Tanah tetap dimiliki oleh negara, tetapi koperasi-koperasi memperoleh usufruct right, semacam hak guna lahan dalam jangka panjang. Pada tahun 1989, tanah yang dikelola oleh perusahaan negara mencapai 78%, sementara pada tahun 1997 tinggal 24%. Sementara luasan yang dikelola koperasi bertambah dari 10% (1989) menjadi 57% (1997).
2c. Pembagian tanah untuk mereka yang ingin menjadi petani
Pemerintah juga membagikan tanah bagi individu yang ingin menjadi petani. Misalnya di daerah perkotaan, mereka diijinkan mengelola lahan-lahan kosong yang tidak digunakan dengan usufruct right. Sebagai kompensasi kepada pemerintah, mereka diwajibkan memberikan sumbangan untuk masyarakat sekitar misalnya menyediakan bahan makanan untuk makan siang anak-anak sekolah di daerah tersebut, rumah sakit atau orang-orang miskin.
2d. Perubahan sistem insentif
Perusahaan pertanian negara telah lama dikritik karena ketidakefisienannya. Meskipun menikmati subsidi paling besar, banyak di antara mereka kurang produktif bila dibandingkan dengan koperasi dan petani kecil. Untuk memacu produksi, pemerintah mengubah sistem produksi antara lain dengan: mengubah sistem penggajian dari berdasarkan jam kerja menjadi berdasarkan hasil produksi, memberikan tanggung jawab luasan lahan tertentu kepada orang tertentu agar produktivitasnya lebih dapat dikontrol dan memberikan insentif pembayaran dengan harga yang lebih tinggi untuk hasil produksi di atas kuota. Hal ini ternyata memberikan dampak positif terhadap peningkatan produksi pangan.
3. Perubahan di bidang distribusi [7]
3a. Pembukaan pasar produk pertanian: harga produk pertanian yang cukup tinggi
Sebelum krisis, pemerintah mengontrol seluruh sistem distribusi pangan. Ketika krisis sistem ini tidak dapat berjalan karena adanya pasar gelap, pencurian oleh distributor dan kerusakan-kerusakan di perjalanan. Tahun 1994 dibuka pasar produk pertanian untuk mengantisipasi permasalahan tersebut dan memudahkan akses masyarakat terhadap produk-produk pertanian, terutama pangan. Harga produk pertanian di pasar ini cukup tinggi sehingga para petani tergerak untuk menjual produk-produk mereka di pasar yang resmi dan lebih banyak orang tertarik untuk menjadi petani.
3b. Hubungan langsung antara petani dan konsumen
Sebelum krisis, distribusi pangan langsung ditangani oleh pemerintah secara sentralistik melalui ACOPIO (semacam BULOG untuk segala jenis produk pangan). Krisis menyebabkan sistem tersebut tidak dapat berlanjut dengan lancar antara lain akibat kurangnya bahan bakar menyebabkan produksi pangan seringkali tidak dapat diangkut tepat waktu dan akhirnya rusak. Sebagai alternatif, dibuat desentralisasi sistem distribusi dengan cara mendekatkan konsumen dan produsen. Dengan cara ini konsumen dapat menerima produk yang lebih segar, dalam waktu yang lebih cepat, harga lebih rendah (lebih sedikit rantai pemasaran) dan memotong kebutuhan transportasi.
Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan Kuba:
Berdasarkan pengalaman Amerika Serikat, konversi dari pertanian konvensional ke PO membutuhkan waktu 3-7 tahun. Masalahnya Kuba tidak punya sekian banyak waktu. Mereka butuh pangan pada saat itu juga, terutama di daerah perkotaan di mana 80% masyarakat bermukim. Berikut ini adalah faktor-faktor yang memungkinkan cepatnya perubahan yang terjadi di Kuba.
1. Faktor internal:
1a. Solidaritas pemerintah pada rakyat, kompaknya birokrasi dan keberanian menolak dominasi asing dalam proses pembangunan
Kuatnya solidaritas pemerintah terutama terhadap mereka yang miskin tercermin dalam setiap kehidupan masyarakat. Jabatan tinggi di pemerintahan tidak menjadikan mereka kaya. Menjadi sama seperti mayoritas adalah ideologi negara. Seorang menteri yang lebih miskin dari guru sekolah dasar adalah fenomena umum di negeri tersebut.
Birokrasi cukup kompak dalam kerjasama lintas instansi. Ini pula yang menyebabkan penyebaran teknologi baru bisa terjadi dengan sangat cepat di tingkat basis. Poder Popular, semacam organisasi masyarakat tingkat rendah mengorganisir kerja sama ini dan menjamin keberhasilan mobilisasi massa.
Keberanian pemerintah untuk bertahan pada cita-cita revolusi, menyebabkan pemerintah cukup memiliki keberanian untuk menolak setiap dominasi asing, meskipun konsekuensinya negeri itu tetap "miskin" bila dilihat dari segi konsumsi barang-barang mewah. Di Kuba, sangat jarang ditemui orang dengan mobil BMW (kecuali turis) tetapi tidak ada seorang anakpun yang mati kelaparan atau putus sekolah karena tidak punya biaya ataupun orang mati karena tidak memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan. Dengan sedikit yang mereka punya, mereka telah menempatkan prioritas utama untuk kebutuhan dasar masyarakat banyak: pangan, kesehatan dan pendidikan[8].
1b. Petani yang berkualitas
Faktor pertama adalah akumulasi pengetahuan para petani kecil. Petani kecil yang tidak pernah menerima subsidi asupan kimia telah lama menguasai teknologi ini. Berdasarkan wawancara saya dengan beberapa dari mereka, apalagi yang telah bertani organis selama puluhan tahun, mereka berpendapat bahwa PO lebih produktif dalam jangka panjang dan lebih ramah lingkungan. Mereka yakin bahwa semakin mereka bertani organis, tanah akan semakin subur. Hal ini didukung dengan hasil panen mereka yang makin meningkat dan termasuk yang tertinggi bila dibandingkan dengan koperasi dan perusahaan pemerintah. Dengan dukungan pemerintah berupa kredit dan subsidi asupan organis mereka makin produktif lagi.
Faktor kedua adalah tingkat pendidikan di Kuba cukup tinggi, termasuk bagi para petani. Berdasarkan pengalaman saya berkunjung ke Kuba tahun 2001, kebanyakan dari mereka mengenyam sekolah tinggi pertanian. Pendidikan gratis untuk semua orang. Beberapa indikator pendukung antara lain: tingkat melek huruf 92%; terdapat satu peneliti untuk setiap 830 penduduk; satu dokter untuk setiap 190 penduduk. Faktor ini menyebabkan masyarakat Kuba termasuk para petani cukup kritis dan responsif dalam menerima dan mengolah informasi, termasuk teknologi yang akan mereka gunakan untuk memproduksi pangan mereka.
1c. Penelitian yang mendukung
Sebetulnya, teknologi PO telah dikembangkan di Kuba sejak lama oleh para peneliti Kuba telah sebagai persiapan jika hal-hal yang tidak diinginkan mengancam sistem keamanan pangan ala revolusi hijau mereka. Ketika krisis sungguh-sungguh terjadi, teknologi tersebut telah siap disebarkan melalui instrumen-instrumen kebijakan pendukung.
1d. Insentif untuk menjadi petani dan bekerja di sektor pertanian
Di Kuba berbagai upaya dilakukan untuk menarik orang bekerja di sektor pertanian, antara lain jaminan hak pengelolaan tanah yang cukup untuk petani, harga produk pertanian yang tinggi dan penghargaan terhadap profesi petani. Intinya, orang dapat hidup dengan layak dengan profesi ini; bahkan salah satu yang bepenghasilan besar.
Usaha untuk menghargai profesi petani dilakukan lewat sekolah; misalnya program kunjungan ke lahan pertanian untuk pelajar SD dan bekerja di daerah perdesaan, biasanya di perkebunan tebu selama dua minggu bagi para remaja dan program sukarelawan untuk bekerja di daerah pertanian selama beberapa bulan bagi pemuda/mahasiswa. Meskipun banyak orang tidak menyukai program ini, minimal mereka menjadi sadar bahwa petani adalah pekerjaan berat, berguna untuk semua orang dan wajib dihargai.
2. Faktor Eksternal:
2a. Tidak tergantung pada lembaga keuangan internasional: IMF dan World Bank
Tidak seperti kebanyakan negara dunia ketiga yang terjerat hutang dengan lembaga keuangan internasional, Kuba relatif bebas untuk memilih model pembangunan mereka. Pada tahun 1997, Kuba hanya menerima US$ 67 juta; itupun melalui perjanjian bilateral dan dana-dana bantuan untuk NGO. Tidak ada hutang kepada World Bank, IMF dan bank-bank pembangunan Amerika. (Sinclair & Thompson, 2001). Karena itu, pemerintah Kuba lebih bebas dan dapat secara mandiri merencanakan program penyelesaian krisis tanpa intervensi lembaga-lembaga internasional tersebut.
2b. Bebas dari kekuasaan perusahaan-perusahaan multinasional
Akibat embargo Amerika, Kuba relatif bebas dari cengkeraman perusahaan multinasional. Pemerintah menguasai semua sektor strategis dan mensubsidi habis-habisan tiga sektor utama: pangan, pendidikan dan kesehatan. Untuk dua sektor yang terakhir, fasilitas diberikan secara gratis untuk seluruh penduduk.
Krisis menyebabkan pemerintah tidak mampu lagi menyediakan pangan untuk seluruh penduduk, karena itu reformasi di bidang pangan di Kuba pada intinya adalah mengembalikan kedaulatan pangan pada petani sebagai produsen pangan.
Konsekuensi perubahan kebijakan
Konsekuensi dari sistem yang berlaku di Kuba adalah tidak ada yang akan menjadi terlalu kaya maupun terlalu miskin. Dengan fasilitas pendidikan dan kesehatan gratis untuk semua orang, semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk maju dan hidup layak.
Harga makanan yang tinggi menyebabkan sebagian besar penghasilan mereka digunakan untuk makanan (mencapai 66% dari penghasilan). Akibatnya tidak banyak yang tersisa untuk membeli barang-barang tersier atau menumpuk begitu banyak tabungan dan hidup dari bunga tanpa bekerja. Dalam sistem semacam ini orang lebih sulit untuk menjadi konsumtif; apalagi untuk produk-produk yang tidak mendesak.
Kedua, kurangnya minyak dan impor asupan pertanian, memaksa Kuba untuk melakukan desentralisasi sistem produksi dan distribusi. Lebih banyak digunakan sumber daya lokal dan masyarakat didorong untuk mengkonsumsi makanan lokal untuk meminimalisir kebutuhan energi untuk transportasi dan penyimpanan.
Ketiga, PO yang berdasarkan sumber daya lokal tidak membutuhkan institusi besar untuk memproduksi asupan pertanian dari luar, seperti pupuk kimia/pestisida. PO tidak membutuhkan konsentrasi modal, misalnya perusahaan multinasional sebagai produsen asupan tidak dibutuhkan keberadaannya. Akibatnya benefit dapat terdistribusi dengan lebih merata.
Keempat, perlu ada jaminan luasan lahan tertentu untuk petani. PO membutuhkan luasan lahan tertentu agar bisa dikelola secara efisien, tergantung dari kondisi lokalnya. Jika terlalu luas, maka petani tidak mampu mengelola seluruh lahannya. Sebaliknya jika terlalu sempit, maka cukup sulit untuk membangun keseimbangan ekosistem yang saling mendukung satu sama lain.
Penutup: Pelajaran untuk Indonesia
PO telah menyelamatkan Kuba dari kelaparan. Krisis telah mendesak mereka untuk menghentikan pertanian ala revolusi hijau dan untungnya mereka telah memilih pola pertanian yang lebih berkelanjutan dan kebijakan nasional yang berpihak ke petani sebagai produsen pangan.
Dibandingkan dengan Kuba, Indonesia memiliki jauh lebih banyak sumber daya alam, terutama di sektor pertanian. Pertanyaannya, mengapa kondisi masyarakat Indonesia secara umum, terutama kaum tani jauh di bawah Kuba?
Semoga pertanyaan di atas menjadi tantangan bagi kita untuk memikirkan strategi ketahanan pangan Indonesia yang lebih berkelanjutan dan bermanfaat bagi semua orang; dan memberi semangat dan keberanian untuk mengusahakannya.
Literatur Utama:
Murphy, Catherine (1999). Cultivating Havana: Urban Agriculture and Food Security in the Year of Crisis. Oakland: Food First, Policy Brief, 50 pp.
Romero, Bernice (2000) The Case for Unrestricted Food and Medicine Sales to Cuba. OXFAM America Report. http://www.oxfamamerica.org/cuba as on 21/08/01.
Rosset, Peter (1997a). Cuba: Ethics, Biological Control and Crisis. Agriculture and Human Values 14:291-302.
Rosset, Peter (1997b). Food security and local production of biopesticides in Cuba. ILEA Newsletter 13(4):18-19.
Rosset, Peter and Medea Benjamin (1994a) Two Steps Back One Step Forward: Cuba's National Policy for Alternative Agriculture. London: IIED.
Rosset, Peter and Medea Benjamin (1994b) The Greening of the Revolution. Cuba's experiment with Organic Agriculture. Melbourne: OCEAN Press.
Sinclair, Minor and Martha Thompson (2001) CUBA. Going Against the Grain: Agricultural Crisis and Transformation. OXFAM America Report. http://www.oxfamamerica.org/cuba/index.html as on 14/08/01.
Sulistyowati, Catharina Any (2001) Breaking The Myths: Lessons from Agricultural Policy Changes in Cuba during the nineties. Master Thesis. The Hague: Agriculture and Rural Development Program





[1] Untuk penjelasan lebih lengkap lihat Rosset & Benjamin, 1994b.
[2] Untuk penjelasan lebih lengkap lihat Rosset, 1997a dan b.
[3] Entomopagus adalah serangga yang memakan atau menjadi parasit serangga lain yang menjadi hama tanaman dan dengan demikian dapat dijadikan pengendali hama biologis. Sebagai contoh yang digunakan di Kuba antara lain Tricogramma dan Lixophaga (Rosset & Benjamin 94b:38-39).
[4] Entomopatogen adalah penyakit serangga, tetapi tidak menyebabkan penyakit pada manusia dan dengan demikian dapat digunakan sebagai penggendali hama yang tidak beracun. Termasuk di dalamnya bakteri, jamur dan virus. Di Kuba mereka menggunakan antara lain: Bacillus thuringiensis, Beauvaria bassiana, Metarhizium anisopliae dan Verticillium lecanii (Rosset & Benjamin 94b: 39-40).
[5] Untuk penjelasan lebih lengkap lihat Murphy, 1999.
[6] Untuk penjelasan lebih lengkap lihat Sinclair & Thompson, 2001.
[7] Untuk penjelasan lebih lengkap lihat Sinclair & Thompson, 2001.
[8] Hal ini juga tercermin misalnya dari gaji. Yang secara resmi memiliki gaji terbesar adalah orang-orang yang berprofesi guru, petani dan dokter.



















































































[Pikir] Dari Kedaulatan Pangan Menuju Keberdayaan Pangan

David Sutasurya [2] & Any Sulistyowati [3]
Kedaulatan pangan adalah suatu pengertian yang didasarkan pada paradigma imperialisme, di mana suatu kekuatan secara paksa mengambil kebebasan negera lain. Pengertian kedaulatan muncul sebagai pengakuan atas hak suatu negara untuk mengendalikan negaranya sendiri. Oleh karena itu dalam "Food Sovereignty: A Righ for All", Pernyataan Politik NGO/CSO pada Forum Kedaulatan Pangan di Roma, 8-13 Juni 2002 yang lalu kedaulatan pangan didefinisikan sebagai,
"HAK setiap orang, kelompok-kelompok masyarakat dan setiap negara untuk menentukan sendiri kebijakan-kebijakan pertanian, ketenagakerjaan, perikanan, pangan dan tanah, sesuai dengan kondisi ekologi, sosial ekonomi dan budaya mereka".
Konsep imperialisme ini kemudian diperluas namun masih menyiratkan konflik vertikal antara negara utara dan selatan atau dalam suatu negera antara pemerintah dan rakyat. Hal ini dapat kita lihat antara lain dalam turunan konsep tersebut menjadi aksi. Misalnya La Via Campesina menyatakan bahwa persoalan bukanlah masalah kekurangan pangan tetapi masalah hak atas pangan. Hak atas pangan ini dapat dicapai antara lain dengan mereformasi perdagangan global, memberikan petani kontrol akan alat-alat produksi dan pertanian berkelanjutan.

Peta Konflik ke Depan

Salah satu ciri dominan peta konflik ke depan, dalam kaitan dengan pangan dapat dijelaskan dari peran perusahaan multinasional. Suatu jaringan lintas negara yang menguasai uang dan produk. MNC membuat konflik antar negara tidak lagi menjadi penting tetapi lebih sebagai salah satu bentuk metoda yang digunakan MNC untuk mencapai tujuannya.
Pengaruh MNC bisa muncul di mana saja dengan banyak alternatif instrumen. Selain melalui jalur ekonomi konvensional (sebagai sebuah perusahaan), mereka memiliki lobby kuat di tingkat negera, perundingan-perundingan internasional (walaupun mereka secara resmi tidak ada wakilnya). Semua itu dapat mereka jalankan dengan basis anggaran yang kuat.
Mereka juga layaknya sebuah negara dengan basis 'rakyat' yang cukup besar dan bersifat lintas negera. Para rakyat ini terlibat, baik sebagai tenaga kerja, konsumen, pemodal, mitra bisnis atau mitra politik. Di tingkat lokal situasinya sering tampak sebagai konflik yang tidak jelas maka kawan dan mana lawan, karena tidak mudah lagi mengidentifikasi keterkaitan antara seseorang dengan suatu perusahaan multinasional, tidak seperti pada konflik antar negera atau ras.
Yang paling mutakhir adalah: Keterkaitan seseorang pada suatu perusahaan multinasional seringkali terjadi secara sukarela, karena yang bersangkutan memperoleh keuntungan dari perusahaan itu. Secara global situasinya mirip dengan yang disebutkan dalam teori imperialisme, di mana kaum buruh ‘non pemilik modal’ disogok oleh kaum pemilik modal. Dengan kenyamanan hidup yang diperolehnya ini, kaum buruh yang disogok ini menjadi apatis dan tidak peduli atau tidak sadar bahwa mereka sebenarnya adalah para budak di bawah hegemoni perusahaan multinasional dan bahwa sogokan hidup yang diperolehnya itu sebenarnya diperoleh melalui penindasan/pemerasan terhadap kelompok non pemodal lainnya. Sogokan ini seringkali muncul sebagai semacam insentif bagi seseorang untuk masuk di bawah hegemoni.

Penyerahan Kedaulatan secara sukarela

Saat ini semakin disadari peran MNC dan kebijakan neoliberal yang dipromosikannya melalui berbagai jalur dalam berbagai produk pangan (salah satu yang mutakhir adalah makanan rekayasa genetik). MNC membuat berbagai pabrik di berbagai tempat, memperkerjakan banyak tenaga kerja (biasanya dipilih di tempat yang paling murah). Ini kemudian menjadi basis pengaruhnya di tingkat lokal.
Konflik seringkali tidak terjadi melalui penindasan langsung tetapi melalui insentif agar pihak yang ditindas menyerahkan diri ke dalam hegemoni mereka. Prosesnya dilakukan melalui berbagai cara halus seperti 'penyogokan' dengan gaji besar kaum non pemodal yang berstatus sebagai staff/karyawan. Walaupun tentu saja keuntungan jauh lebih besar akan tetap diperoleh pemodal dan uang yang digunakan oleh penyogok sering diperoleh melalui penindasan/pemerasan kelompok lain (buruh atau petani) ataupun dengan menciptakan kebergantungan (yang seringkali tidak perlu) kepada produk mereka.
Dengan menggunakan sistem insentif bagi para pekerja dan penciptaan kebergantungan konsumen sebagai senjata utama, tidak sulit bagi MNC untuk mengakui kedaulatan pangan tanpa sedikitpun merubah intensitas hegemoni mereka. Dalam hal ini situasinya adalah mereka tidak 'merebut' kedaulatan tetapi masyarakatlah yang secara sukarela meyerahkan kedaulatannya di bawah hegemoni MNC.
Lalu apakah perjuangan menegakkan kedaulatan pangan menjadi efektif dalam situasi demikian ?

Masyarakat sipil yang manja

Taktik memanjakan sekelompok masyarakat (dengan menguras sumberdaya masyarakat yang lain sehingga tidak terlalu mengurangi keuntungan yang diperoleh pemilik modal) adalah metoda baru yang perlu diwaspadai. Kelompok masyarakat yang dimanjakan inilah yang diharapkan memiliki daya beli yang cukup tinggi untuk produk-produk 'mewah' produksi MNC.
Tercipta sekelompok masyarakat yang hidup mewah dan apatis. Mereka merasa hidup mereka berkecukupan sehingga tidak merasa ada sesuatu yang salah. Misalnya,masalah pemerasan kelompok masyarakat yang lain untuk menghidupi kemewahan ini tanpa mengurangi keuntungan yang diperoleh pemodal tidak disadari atau terlalu dipikirkan. Mereka bahkan merasa hidup mereka bergantung pada pemodal dan tak dapat hidup tanpa mereka. Menjadi karyawan (baca: setengah budak) menjadi cita-cita kebanyakan golongan muda di Indonesia.
Kebergantungan juga tercipta antara masyarakat dan pemerintah. Hal ini dilakukan semula melalui pengambilan paksa kedaulatan di berbagai tempat melalui berbagai kebijakan[4]. Akibatnya masyarakat terbuai untuk bergantung pada pemerintah, tanpa bersikap kritis tentang siapa yang mendapatkan keuntungan terbesar pada situasi ini. Setiap ada masalah mereka bergantung pada pemerintah. Sementara itu sikap apatis yang semakin meluas ini membuat kotnrol terhadap berbagai elemen pemerintahan semakin lemah dan yang mengambil keuntungan adalah (sekali lagi) para pemodal. Akibatnya timbullah berbagai kebijakan yang sangat aspiratif kepada pemodal karena merekalah yang melakukan proses sistematis kepada berbagai elemen pemerintah. Sementara itu perkembangan sentralisasi kebijakan membuat proses mengakses kebijakan menjadi semakin mahal sehingga akhirnya para pemodallah yang paling memiliki sumberdaya untuk itu.
Contoh pada sektor pangan : kebergantungan pada BULOG untuk distribusi dan penyimpanan pangan, kebergantungan pada pemerintah untuk manajemen air.

Konflik kota-desa, penghisapan oleh kota, kehancuran bagi semua

Fenomena masyarakat sipil yang manja melalui proses penyogokan yang dananya diperoleh melalui eksploitasi kelompok masyarakat lain (yang menjadi korban), saat ini terkristalisasi menjadi kelompok masyarakat kota dan masyarakat desa. Urbanisasi adalah salah satu ciri masyarakat industri, meningkat pesat sejak pusat-pusat industri terbentuk pada awal revolusi industri dan sekarang semakin meningkat.
Orang kota khususnya kalangan menengah ke atas dapat diklasifikasi sebagai masyarakat sipil manja yang disogok. Sebagian besar dari mereka adalah masyarakat apatis yang hidup dalam hedonisme. Bagaimana sumberdaya untuk menyogok kelompok masyarakat ini diperoleh?
Revolusi hijau adalah teknologi yang muncul untuk melayani masyarakat kota. Intensifikasi produksi pangan sebenarnya dibutuhkan untuk memasok makanan untuk masyarakat kota yang tidak menanam makanannya sendiri. Masyarakat desa, apalagi petani kecil dan buruh tani, tidak mendapat keuntungan dari produksi makanan ini, malah kualitas hidupnya terus menurun. Pestisida, pupuk kimia dan sistem irigasi dll semakin menurunkan kualitas lingkungan pedesaan. Melalui kebijakan makanan murah, orang desa 'dipaksa' untuk mensubsidi orang kota secara finansial. Sementara itu para pemilik hegemoni justru dapat meningkatkan akumulasi modalnya.
Revolusi hijau adalah juga proses sentralisasi produksi. Input pertanian diperoleh secara tersentralisasi pada beberapa pabrik pupuk dan pestisida. Saat ini bahkan benih diproduksi secara tersentralisasi dengan dipromosikannya bioteknologi modern (rekayasa genetik dan kultur jaringan). Air diperoleh secara tersentralisasi pada bendungan-bendungan besar. Siapakah yang mendapatkan keuntungan pada proses produksi padat modal ini? Tentu saja para pemodal yang didukung oleh para semi-budak. Sentralisasi ini sekarang semakin mengkristal menjadi sentralisasi global di tangan MNC.
Para semi budak ini tidak sadar bahwa mereka hanya mendapatkan keuntungan untuk sementara. Kualitas lingkungan yang terus menurun pada akhirnya akan menurunkan produksi pangan itu sendiri dan setelah itu harga makanan akan semakin mahal. Dalam kondisi ini para semi budak akan menjadi miskin (daya belinya menurun karena makanan semakin mahal), sementara itu para pemodal masih akan mampu membayar, atau dengan cara tertentu mengambil keuntungan dari situasi ini.
Sebaliknya masyarakat desapun mulai terpengaruh dengan gaya hidup kota ini, apalagi dengan gencarnya propaganda di media yang mengiklankan gaya hidup ini. Masyarakat desa dan orang-orang miskin, yang miskin informasi dan pengetahuan adalah korban paling besar dari iklan produk pangan yang kurang berkualitas. Sementara sistem produksi pertanian desa diubah untuk menghasilkan pangan bagi masyarakat perkotaan; masyarakat desa ingin mengkonsumsi produk makanan orang kota, misalnya aneka produk makanan instan yang kualitasnya diragukan.

Peran kegiatan perdagangan

Agenda liberalisasi perdagangan yang dilancarkan atas dukungan para perusahaan multinasional sebagai pemilik modal dan pemerintah yang mengadopsinya dalam bentuk berbagai kebijakan pembangunan ikut memperparah kesenjangan antara kota-desa dan negara kaya -miskin. Liberalisasi perdagangan mengandaikan bahwa setiap negara memiliki kesempatan dan kekuatan yang sama dalam sistem perdagangan (lapangan permainan yang seimbang/even playing field). Persaingan akan didasarkan pada siapa yang paling kompetitif, dialah yang akan menang. Setiap negara memiliki keunggulan komparatif yang berbeda dengan negara yang lain. Agar efisien, negara-negara dituntut menjadi spesialis menurut keunggulan komparatif masing-masing. Sebagai hasil akhirnya, total output secara global akan maksimal.
Dalam kasus pangan, misalnya, paradigma ini menggeser paradigma swasembada pangan di tingkat negara menjadi di tingkat regional/global. Misalnya untuk menjamin kecukupan pangan, Indonesia tidak perlu memproduksi sendiri seluruh beras yang dibutuhkan, tetapi melihat di pasar internasional. Apabila harga beras lebih murah di pasar internasional, maka lebih baik Indonesia memproduksi produk-produk hasil industri yang lebih mahal dan membeli beras. Dengan demikian Indonesia akan memperoleh surplus dari perdagangan tersebut.
Kenyataannya kebijakan liberalisasi perdagangan ini tidak menyelesaikan masalah pangan dan kelaparan, tetapi justru menimbulkan masalah baru. Pertama, terbukanya pasar domestik pada produk pangan impor yang biasanya murah karena seringkali di negara asalnya disubsidi besar-besaran justru menyebabkan petani lokal (yang sudah terjebak pada mekanisme pasar modern) kehilangan daya saing. Akibatnya, ia tidak dapat bertahan dalam profesinya sebagai produsen pangan dalam jangka panjang karena tidak dapat bertahan hidup dengan profesinya sebagai petani. Dalam jangka panjang, kemampuan seluruh negara untuk memproduksi pangan di dalam negeri terancam. Kedua, begitu masuk dalam sistem ekonomi pasar, maka diperlukan sebagai alat tukar. Padahal saat ini uang pun menjadi komoditi yang diperdagangkan; yang nilainya berfluktuasi. Konsekuensinya harga panganpun akan berfluktuasi sesuai dengan nilai mata uang serta hukum permintaan dan penawaran. Akan ada saat-saat di mana harga makanan begitu murah dan sebaliknya di saat lain sangat mahal. Hal ini mungkin tidak masalah untuk kalangan atas, yang hanya menggunakan sebagian kecil penghasilannya untuk pangan; tetapi ini akan bermasalah sangat besar untuk kalangan bawah (mayoritas penduduk) yang sebagian besar penghasilannya digunakan untuk membeli pangan.
Ketergantungan pada sistem uang
Ekonomi modern menggunakan uang sebagai alat tukar yang praktis. Implikasinya, sistem ekonomi ini menghitung segala sesuatu dalam satuan uang. Misalnya GNP/GDP untuk menghitung tingkat keberhasilan pembangunan suatu negara dan ukuran penghasilan dalam bentuk sejumlah uang tertentu untuk mengukur tingkat kemiskinan sebuah keluarga/komunitas. Sistem ini seringkali bias dan salah mengartikan realita. Petani-petani subsisten di komunitas-komunitas asli seperti Baduy mungkin memiliki sedikit sekali uang; tetapi kualitas hidupnya bisa jadi jauh lebih baik dari buruh di kota yang digaji di atas UMR. Dari segi pangan, petani-petani subsisten akan lebih aman posisinya dibandingkan dengan kaum buruh di kota yang sangat tergantung dari pangan murah hasil subsidi pemerintah dan penindasan kaum tani. Mereka ini sangat rentan pada kenaikan harga pangan, misalnya jika subsidi pangan dihapus atau harga BBM naik.
Masyarakat kota tidak memiliki mekanisme keamanan pangannya dalam jangka panjang dan menyimpan tabungannya dalam bentuk uang. Demikian juga pola revolusi hijau telah mengubah kebiasaan para petani modern dari budaya menabung dalam bentuk ternak, pohon buah-buahan dan hasil panennya menjadi dalam bentuk uang.
Padahal sistem uang ini telah terhubung secara global. Akibatnya, apa yang terjadi pada Bursa Saham di Tokyo atau New York akan mempengaruhi petani kopi di Timor. Dalam sistem yang sekarang, uang tidak sekedar menjadi alat tukar, tetapi juga komoditi. Artinya membeli uang untuk dijual lagi untuk memperoleh keuntungan berupa uang. Saat ini ekonomi uang mencakup 2/3 dari seluruh total ekonomi global dan nilainya berkembang jauh melebihi sektor riil yang menopangnya.
Sebagai komoditi, nilai uang juga berfluktuasi. Jika kita mendasarkan sistem tabungan kita pada uang, konsekuensinya nilai tabungan kita akan berfluktuasi pula sesuai dengan nilai uang. Celakanya, yang paling diuntungkan dengan sistem uang ini adalah para pemilik modal dan masyarakat banyak yang menanggung akibatnya. Contoh yang paling dekat adalah krisis moneter tahun 1999, di mana George Soros disebut-sebut sebagai salah satu kambing hitamnya. Dalam krisis tersebut, dalam waktu singkat penghasilan riil sebagian besar masyarakat Indonesia menurun hanya menjadi sekitar sepertiga sampai seperempat kali penghasilan semula, meskipun secara nominal angkanya naik.

Keberdayaan Pangan

Telah dijelaskan di atas bahwa taktik utama yang digunakan oleh para pemegang hegemoni saat ini adalah menciptakan insentif bagi kebergantungan masyarakat pada mereka. Insentif ini dijalankan melalui penyogokan melalui gaji besar untuk para karyawan atau iming-iming hasil produksi masksimal untuk para petani. Pemerintahpun menjadi pendukung mereka dengan janji perolehan pajak yang besar dan terbukanya lapangan kerja yang besar.
Padahal gaji itu diperoleh sebagai hasil penghisapan kalangan marginal (biasanya buruh dan petani) dan penciptaan produk yang memanjakan orang kota, antara lain dengan pemanjaan lidah dan kemudahan hidup, yang produksi dan penggunaannya biasanya juga merusak lingkungan dan mengandalkan kebergantungan konsumen dan produsen. Sementara untuk para petani; sejarah telah membuktikan bahwa peningkatan produksi dalam sistem pasar kapitalisme tidak akan menguntungkan petani dalam jangka panjang. Hal ini sesuai dengan hukum penawaran dan permintaan, yang menyebutkan bahwa jika produksi meningkat maka harga akan turun. Mengikuti hukum ini, jika produksi berlebih dengan sendirinya harga akan turun yang artinya keuntungan petani akan ikut turun. Jika terjadi kelebihan produksi, maka petani akan merugi.
Sementara itu para pemegang hegemoni terus memperkuat diri dengan :
1. produk/teknologi yang semakin tersentralisasi secara global; yang paling canggih sentralisasi produksi benih dengan teknik rekayasa genetika dan kultur jaringan.
2. mengembangkan lobi-lobi politik untuk menciptakan iklim kebijakan yang kondusif seperti : hak paten, pendagangan bebas dan berbagai aspek ekonomi neoliberal lainnya yang menguntungkan mereka.
Dalam kondisi seperti ini, tidak ada proses perebutan kedaulatan secara kasat mata. Yang terjadi adalah penciptaan situasi yang mendorong penyerahan kedaulatan secara sukarela dan penciptaan pagar-pagar yang merupakan 'pemaksaan' penyerahan kedaulatan secara sangat halus dan canggih.
Dan pada akhirnya sekarang para pemegang hegemoni dalam keadaan yang cukup siap untuk mengakui secara formal kedaulatan tanpa kehilangan sedikitpun hegemoni de facto mereka. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat telah kehilangan kemampuan mereka untuk merealisasikan kedaulatan mereka.
Di sinilah letak pertempuran yang sebenarnya, selain mengembangkan strategi defensif[5] untuk menjaga kedaulatan pangan, saat ini sudah mendesak untuk melakukan proses pengembangan keberdayaan pangan. Yaitu: kemampuan masyarakat untuk menyediakan sendiri pangannya.
Masyarakat di sini adalah masyarakat tingkat akar rumput sampai tingkat yang paling kecil (sampai tingkat keluarga atau individu). Hal ini penting mengingat bahwa perang kedaulatan sekarang sudah tidak lagi pada tingkat negara tetapi di tingkat lokal menjadi konflik horisontal antar anggota masyarakat.
Pengembangan keberdayaan pangan ini akan membuat MNC kehilangan senjatanya. Ia akan kehilangan pasar karena masyarakat tidak lagi membutuhkan produknya. Ia akan kehilangan tenaga kerja karena masyarakat tidak lagi membutuhkan sogokan dari dirinya.

Bagaimana Mengembangkan Keberdayaan Pangan?

Kedaulatan pangan pada dasarnya dikembangkan dengan membuat masyarakat di tingkat akar rumput (termasuk di kota) dapat memproduksi makanan untuk dirinya sendiri, dengan demikian :
1. Situasi eksploitasi kota desa dihilangkan sehingga hilang kebutuhan untuk mengembangkan pertanian intensif yang merupakan lahan bisnis para pemegang hegemoni. Pestisida kimia dan bibit unggul yang hanya dapat dikembangkan oleh produksi intensif modal tidak dibutuhkan lagi.
2. Sebanyak mungkin memproduksi pangan untuk kebutuhan sendiri. Jika perlu pangan dari luar; maka dipilih yang diproduksi selokal mungkin. Dengan demikian yang memperoleh keuntungan dari proses produksi pangan adalah kita sendiri dan masyarakat di sekitar kita.
3. Mengurangi kebergantungan akan ekonomi uang dengan:
§ Meminimalkan kegiatan perdagangan yang selanjutnya akan mengerutkan ekonomi uang. Hal ini akan membuat para pemegang hegemoni semakin kehilangan kesempatan untuk meningkatkan akumulasi modal dalam bentuk uang.
§ Mengembangkan sistem pertukaran produk tanpa menggunakan uang, antara lain dengan sistem barter dalam komunitas-komunitas di tingkat lokal.
Membuat orang kota menghasilkan makanan sendiri dianggap mengurangi kesejahteraan orang desa. Hal ini tampaknya benar dalam kerangka ekonomi pertanian kapitalis. Padahal meskipun penghasilan orang desa dari segi uang meningkat, kualitas hidupnya justru menurun. Makanan bahkan perlu dianggap sebagai common resources sehingga tercipta kestabilan ketersediaan pangan dalam jangka panjang. Dalam sistem ini, makanan tidak akan terpengaruh oleh ketidakstabilan ekonomi. Uang akan semakin sedikit tetapi kualitas hidup semakin meningkat.
Pertanian bukan lagi menjadi kegiatan produksi dengan tenaga spesialis petani tetapi lebih merupakan kegiatan domestik semua orang. Petani bukan lagi menjadi profesi. Dengan ekoteknologi dapat dibuat sistem pertanian yang menghemat waktu dan tenaga sehingga waktu masyarakat dapat dialokasikan untuk berbagai kegiatan kebudayaan, pengetahuan dan spiritual yang akan meningkatkan kualitas masyarakat. Hal ini ditopang dengan sistem pendidikan yang merata yang akan meningkatkan kualitasi intelektual masyarakat.
Dalam percaturan ekonomi-politik saat ini ada berbagai peluang yang dapat kita ambil untuk mengembangan keberdayaan pangan :
1. Kembangkan ekonomi berbasis common knowledge yang tidak bisa dijangkau oleh IPR.
2. Setiap pengetahuan baru cepat-cepat didesimenasi sehingga cepat menjadi common knowledge. Hal ini dapat dengan mudah didukung oleh sistem komunikasi elektronik yang sudah berkembang pesat saat ini[6].
3. Kembangkan ekonomi berbasis sumberdaya dan lingkungan lokal. Pengetahuan tradisional masyarakat Indonesia sangat kaya akan berbagai alternatif teknologi untuk mengembangkan ekonomi seperti ini. Teknologi seperti ini tidak terjangkau oleh IPR.
Untuk lebih memuluskan strategi di atas, kita juga dapat melakukan sejumlah perubahan kebijakan makro. Dari segi kebijakan, kondisi makro apa yang mendukung terjadinya keberdayaan pangan ini?
1. Harga pangan harus merefleksikan biaya produksi yang sebenarnya. Saat ini harga pangan murah karena subsidi dari pemerintah atau melalui eksploitasi terselubung terhadap kaum tani. Dengan harga pangan yang baik, minimal mencerminkan biaya produksi, akan mendorong semakin banyak orang untuk meproduksi pangan. Ini akan mengurangi urbanisasi dan membuat sektor ekonomi di desa-desa bergerak. Untuk kota sendiri akan menguntungkan karena mengurangi kepadatan penduduk yang membebani sumber daya kota.
2. Alokasikan luasan lahan yang cukup untuk petani, terutama untuk produksi pangan. Banyak petani kecil, terutama di Jawa tidak dapat hidup dari sektor pertanian karena lahannya terlalu kecil, sementara itu banyak lahan-lahan kosong dalam bentuk villa tanpa penghuni, padang rumput liar maupun alang-alang dimiliki oleh orang-orang kaya. Banyak lahan pertanian kelas satu yang semula untuk memproduksi pangan diubah untuk industri, perkebunan atau pertanian cash crop berorientasi ekspor karena dianggap lebih menguntungkan. Ini adalah bentuk-bentuk pemborosan penggunaan sumberdaya.
3. Desentralisasi produksi pangan. Desentralisasi produksi pangan akan meminimalisir biaya penyediaan dan distribusi pangan di tingkat nasional. Biaya tersebut antara lain biaya transportasi dan pergudangan dan penyediaan input-input pertanian. Daerah dapat menentukan sendiri kebijakan pangannya dan sedapat mungkin memproduksi kebutuhannya sendiri sampai di tingkat keluarga atau komunitas. Dengan demikian, misalnya beban daerah-daerah penghasil beras untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional dapat berkurang. Ini menuntut cara baru pengelolaan Negara Kesatuan Republik Indonesia di bidang ekonomi; terutama pangan.
4. Pertanian yang didukung oleh teknologi lokal yang terdesentralisasi; misalnya pertanian organis. Pertanian organis tidak membutuhkan pupuk dan pestisida kimia; apalagi membeli benih transgenik buatan pabrik. Petani dapat membuat sendiri asupan pertaniannya; alat produksinya. Pertanian organis juga mensyaraktkan petani memiliki luasan lahan tertentu agar optimal. Dari karakteristiknya pertanian organis akan mendobrak hegemoni perusahaan multinasional penjual pupuk dan pestisida kimia. Hanya saja, yang perlu dicermati dalam pengembangan pertanian organis ini adalah jangan sampai terjebak pada paradigma lama; yang mengakibatkan perusahaan multinasional menjual pupuk dan pestisida alami dan menjadi pedagang utama produk pertanian organis untuk pasar ekspor. Jika ini yang terjadi pertanian organis akan kehilangan esensinya.
***




[1] Disiapkan untuk Seminar dan Lokakarya Membangun Kedaulatan Pangan Berbasis Gerakan Rakyat, Jakarta, 7-8 Mei 2003.
[2] Direktur Eksekutif Yayasan Biosains dan Bioteknologi.
[3] Peneliti ELSPPAT.
[4] Misalnya kebijakan pangan murah semasa orde baru.
[5] Sekalipun tidak menjadi satu-satunya yang esensial perjuangan ini tetap penting mengingat para pemegang hegemoni secara formal tetap akan berusaha tidak mengakui kedaulatan untuk mengangkat posisi tawar mereka.
[6] Teknologi yang fitrahnya bersifat nontersentralisasi ini sangat ideal karena tidak dapat dikuasai oleh siapapun. Namun di tingkat internasioal tetapi perlu diwaspadai setiap usaha penguasaan teknologi ini.



































































Selasa, 14 Juli 2020

[Opini] Jebakan Kehidupan : Faktor Tersembunyi Penghambat Kebahagiaan



Apakah anda merasa sulit buat berbahagia?
Apakah anda merasa sulit percaya diri?
Apakah anda merasa selalu terjebak kasus dengan pasangan atau rekan kerja menggunakan karakter yg mirip?
Apakah anda merasa selalu tertimpa berbagai perkara beruntun yang merusak anda mencapai keberhasilan yg anda idam-idamkan?
Apakah anda merasa emosi negatif anda berulang kali menggunakan mudahnya terpicu?
Apakah anda merasa mengalami perkara fisik yg tidak terdapat habisnya?
Apakah anda sulit keluar menurut norma yg tidak baik, meskipun anda menginginkannya?
Apakah anda permanen sulit merasa puas dan senang , meskipun anda sudah mencapai & memiliki begitu poly hal?


Jika anda mengalami satu atau lebih karakteristik-karakteristik pada atas, hati-hatilah, mungkin anda sedang berada di tengah jebakan kehidupan yang menghambat anda mencapai kebahagiaan.


Definisi Kebahagiaan
Menurut Wikipedia, kebahagiaan adalah syarat mental yg ditandai oleh emosi positif mulai berdasarkan perasaan senang hingga sangat senang . Kondisi mental inilah yg dicari sang banyak orang di seluruh global. Ada yg mencarinya lewat berbelanja sebesar mungkin. Ada yang mencarinya dengan beramal sebanyak mungkin. Ada yg mencarinya lewat menulis, lewat menyanyi, lewat jalan-jalan dan poly lagi jalan menuju kebahagiaan.


Sayangnya lepas dari segala hal yg sudah dilakukan orang buat mencapai kebahagiaan, tidak semua orang mudah mencapai kebahagiaan yang dicarinya. Ada saja sesuatu yg menciptakan orang tidak berbahagia. Orang lain, situasi yang tidak sinkron dengan cita-cita, harga mahal & poly hal di luar diri kita yang kita tuduh menjadi biang keladi penyebab ketidakbahagiaan kita. Benarkah demikian?


Pertanyaan selanjutnya merupakan, apabila begitu banyak orang menginginkan kebahagiaan & melakukan begitu poly upaya buat mencapainya, mengapa tidak seluruh bisa meraihnya? Apa faktor penghambat mereka mencapai kebahagiaan sejati?


Jebakan Kehidupan ? Faktor tersembunyi penghambat kebahagiaan
Jeffrey Young, Ph.D and Janet Klosko, Ph.D, dalam bukunya Reinventing Your Life, Breakthrough Program to end Negative Behaviour and Feel Great Againmenjelaskan konsep life trap atau jebakan kehidupan. Di dalam buku tersebut jebakan kehidupan digambarkan sebagai pola hidup negatif yang terjadi berulang-ulang sehingga menghambat kita mencapai apa yang kita inginkan. Jebakan kehidupan ini dapat berawal jauh di masa lalu, saat yang mungkin kita sudah lama melupakannya, dan berulang terus-menerus dengan pola yang tidak disadari sehingga yang kita menjadi terbiasa dengannya. Apalagi pola ini biasanya ini merupakan bagian dari strategi diri kita untuk mempertahankan hidup.


Jenis-jenis Jebakan Kehidupan & Asal usulnya
Ada 11 jenis jebakan kehidupan yang dituliskan oleh Young and Klosko sebagai berikut:
(1) Abandonment – Si Takut Sendirian
Ciri-ciri orang dengan jebakan kehidupan abandonment adalah kebutuhan untuk mencari teman, meskipun teman tersebut telah bertindak buruk padanya, dan selalu memaafkan orang lain meskipun orang tersebut telah berulang kali bertindak buruk dan mengecewakannya.
Penyebab utama jebakan kehidupan abandonment adalah kehilangan orang yang dicintai saat kecil. Perasaan kehilangan inilah yang dihindari oleh orang dengan jebakan kehidupan ini. Untuk menghindari perasan kehilangan, orang dengan jebakan kehidupan ini, akan tetap mempertahankan pasangan, kawan, atau rekan kerja yang telah mengkhianatinya meskipun dengan penuh penderitaan.


(2) Mistrust & abuse – si Curigaan
Ciri-ciri utama orang dengan jebakan kehidupan ini adalah selalu berasumsi buruk, sulit mempercayai orang lain, selalu curiga, seing merasa bahwa ia akan dibohongi atau ditipu, atau takut orang mengambil keuntungan dari dirinya.
Penyebab utama jebakan kehidupan ini adalah terlalu sering dibohongi atau dilecehkan di masa kecil yang berujung pada perasaan tidak aman dan ketakutan yang berlebihan.


(3) Emotional Deprivation – si Dingin
Ciri-ciri utama orang dengan jebakan kehidupan ini adalah dingin, tidak peduli pada orang lain, tidak punya teman dekat atau pasangan atau justru sering berganti teman atau pasangan, atau sering berganti pekerjaan.
Penyebab utama jebakan kehidupan ini adalah kurangnya cinta dan kehangatan di masa kecil. Mungkin karena orang tuanya dingin, anak merasa kurang dicintai dan dimengerti perasaannya. Akibatnya, ia merasa tidak berharga, tidak layak dicintai dan tidak penting.


(4) Social Exclusion – Si Aneh
Ciri-ciri utama orang dengan jebakan kehidupan ini adalah merasa selalu diasingkan, tidak diterima oleh kelompok, aneh, atau tidak selevel dengan orang lain.
Penyebab utama jebakan kehidupan ini adalah ejekan, penilaian buruk, perlakuan yang menyakitkan oleh orang tua, atau orang-orang terdekat. Perlakuan tersebut menyebabkan orang merasa dirinya buruk, tidak berharga, aneh dan berbeda dari orang lain, dan ada perasan ingin mengasingkan diri, tertutup dan enggan membangun hubungan dengan orang lain.


(5) Dependence – Si Tergantung
Ciri-ciri utama orang dependen adalah selalu ragu-ragu, bingung, panik, sulit mengambil keputusan dan bertindak mandiri. Ia selalu meminta pertimbangan orang lain dan mengikuti saja apa yang diputuskan oleh orang lain.
Penyebab jebakan kehidupan ini adalah orang tua yang sangat protektif dan otoriter.


(6) Vulnerability – Si Rentan
Ciri-ciri utama orang dengan jebakan kehidupan vulnerability adalah selalu merasa ragu untuk keluar dari zone nyamannya. Ia merasa kuatir, rapuh, penuh masalah, takut akan ancaman, bencana, dan penyakit.
Jebakan kehidupan ini terutama disebabkan oleh orang tua yang terlalu protektif.


(7) Defectiveness – Si Kurang Berharga
Ciri-ciri utama orang dengan jebakan kehidupan ini adalah perasan lebih rendah dari orang lain, sering menyalahkan diri, tidak yakin apakah orang menghargai dirinya, dan selalu merasa adanya penolakan.
Jebakan kehidupan ini terutama bersumber dari serangan kritik berkepanjangan di masa kecil, perasaan tidak berharga dan tidak dicintai.


(8) Failure – Si Gagal
Ciri-ciri utama orang dengan jebakan kehidupan ini adalah ketidakmampuan untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan dalam hidupnya. Ia selalu merasa gagal dalam setiap aspek kehidupan, tidak percaya diri, selalu ragu-ragu dan merasa tidak mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. Bahkan, ia bisa melebih-lebihkan kegagalannya, merasa menjadi korban keadaan, padahal ia sendiri justru melakukan tindakan yang (seringkali tanpa ia sadari) malah menyebabkan kegagalan tersebut.
Asal mula jebakan kehidupan ini antara lain adalah sering dicemooh, dianggap bodoh, tidak mampu, tidak trampil maupun malas. Akhirnya ia benar-benar merasa bodoh, tidak mampu, malas, tidak trampil, selalu gagal dan korban keadaan.


(9) Subjugation – Si Kurang Penting
Orang dengan jebakan kehidupan ini selalu merasa orang lain lebih tahu, lebih ahli, lebih tahu dan harus dituruti. Perasaan sendiri kurang penting dibandingkan orang lain. Seringkali ia menikah dengan orang yang otoriter dan suka mengontrol, dan selalu patuh pada orang tersebut. Ia merasa berbeda pendapat adalah aib dan tabu. Ia merasa bersalah jika berbeda pendapat, takut dihukum atau ditinggalkan, dan membiarkan orang lain mengontrol hidupnya.
Asal mula jebakan kehidupan ini adalah tekanan orang tua semasa kecil yang berujung pada ketakutan untuk tidak patuh.


(10) Unrelenting standards – Si Tidak Toleran
Ciri-ciri orang dengan jebakan kehidupan ini adalah tidak pernah puas, meskipun sudah mengejar dan mencapai banyak hal. Ia bersedia menekan dirinya dan mengorbankan banyak hal lainnya untuk mendapatkan banyak hal seperti karir, cinta, nama baik dan lain-lainnya. Ia merasa harus berhasil, karena kegagalan adalah aib. Hanya dengan berhasil, ia merasa diterima dan dihargai.
Asal mula jebakan kehidupan ini adalah tuntutan orang tua yang tinggi di masa kecil, tekanan untuk menjadi nomor satu atau yang terbaik.


(11) Entitlement – Si Egois
Ciri-ciri orang dengan jebakan kehidupan entitlement adalah selalu menginginkan sesuatu dengan cepat tanpa peduli situasi dan kondisi. Ia merasa berhak mendapatkan apa yang diinginkan, tanpa peduli dengan orang lain. Ia berkata dan bertindak tanpa mempedulikan pertimbangan dan perasaan orang lain. Ia bisa berperilaku kasar dan meledak-ledak jika apa yang diinginkan tidak diperoleh. Ia tidak bisa disiplin, ikut aturan main sosial, serta semaunya sendiri.
Asal mula jebakan kehidupan ini adalah perlakukan orang tua yang terlalu memanjakan. Orang dengan jebakan kehidupan ini merasa bahwa orang lain akan menghargainya jika mereka mematuhi dan mengikuti apa yang diinginkannya.


Masalah atau pemicu?
Kesebelas jebakan kehidupan di atas adalah faktor-faktor yang banyak menghambat orang mengalami kebahagiaan. Seseorang dapat memiliki satu atau lebih jebakan kehidupan. Kombinasi dari berbagai jebakan kehidupan, membuat kehidupan kita lebih kompleks dari yang kita sadari. Mengapa? Karena jebakan kehidupan membuat kita salah menilai realitas kebutuhan kita saat ini. Kita sibuk membereskan hal-hal yang kita duga sebagai penyebab-penyebab ketidakbahagiaan di masa sekarang, padahal sebabnya ada di masa kecil. Banyak hal yang seringkali kita anggap sebagai penghambat kita mencapai kebahagiaan seringkali hanyalah sebuah pemicu yang membuat otak kita terhubung dengan masalah lain yang lebih mendalam, yaitu kebutuhan kita di masa kecil yang tidak terpenuhi.  Kebutuhan di masa kecil itulah yang menjadi masalah utama dan harus dipenuhi dulu jika kita ingin keluar dari jebakan kehidupan kita.


Pada dasarnya kebutuhan utama seorang anak yang perlu dipenuhi di masa kecil adalah kebutuhan akan keamanan, kestabilan, cinta, pengasuhan dan perhatian, penerimaan dan penghargaan, empati, perlindungan dan pengarahan, pengakuan akan perasaan dan kebutuhan. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dipenuhi semasa kecil, perasaan kekurangan yang saat itu dialami akan terus terbawa, dan mempengaruhi cara berpikir dan tindakan orang tersebut ketika menjadi dewasa. Masalahnya, seringkali cara berpikir yang melandasi tindakan tersebut seringkali tidak disadari. Akibatnya, masalah demi masalah menimpa kita, tanpa kita tahu penyebabnya. Dan kita pun sibuk mengurusi pemicu masalah, tanpa menanggani penyebab utamanya.


Keluar dari jebakan kehidupan
Young dan Klosko merumuskan lima tahap untuk keluar dari jebakan kehidupan sebagai berikut. Pertama, seseorang perlu mengakui adanya jebakan kehidupan tersebut dan memahami bagaimana jebakan kehidupan telah mempermainkan hidup mereka.  Langkah kedua adalah berpikir dan mengingat kembali penyebab jebakan kehidupan tersebut. Pola pikir apa yang ada di dalam benak seseorang sehingga seseorang mengalami jebakan kehidupan tersebut? Jika pola pikir tersebut sudah diketahui maka pola pikir tersebut harus diganti dengan pola pikir baru yang lebih sesuai dengan tujuan hidup kita. Langkah ketiga adalah merasakan kembali emosi negatif yang menjadi penyebab jebakan kehidupan itu dan memeriksa ulang adanya kebutuhan tersebut. Langkah keempat adalah memecah jebakan-jebakan kehidupan tersebut di dalam langkah-langkah yang lebih bisa ditangani. Pada setiap saat tanganilah satu saja jebakan kehidupan. Langkah kelima adalah memaafkan sumber jebakan kehidupan tersebut.


Bagaimana dengan kehidupan anda sendiri? Semoga anda tidak mengalami satu atau lebih dari jebakan kehidupan di atas, dan walaupun ternyata mengalami, mudah-mudahan anda dapat segera menyadari dan keluar dari sana. Mudah-mudahan dengan demikian anda menjadi lebih mudah berbahagia!
(Any Sulistyowati)

































































































Senin, 06 Juli 2020

[MASALAH KITA] Aktivis Menghadapi Cermin Sosial





Nama saya, Novi. Selepas kuliah, orientasi aku sangat tidak sinkron menggunakan apa yang saya lakukan kini . Selayaknya fresh graduate lainnya, orientasi hidup saya ketika itu adalah bekerja buat mendapatkan penghasilan sebanyak-banyaknya. Kebetulan pekerjaan yang tersedia ketika itu merupakan sebagai marketing sebuah perusahaan swasta.


Tuntutan yang aku hadapi buat bertahan pada pekerjaan tersebut merupakan aku harus tampil menarik, seragam, rapi, teratur dan tentunya profit. Pada awalnya saya melihat itu menjadi hal yang aku impikan dan seharusnya saya lakukan lantaran setiap perempuan seumuran saya dan di lingkungan aku , ya seperti itu.





Saya ingin belajar sebagai yg terbaik pada bidang aku , namun hasil yg aku dapatkan ternyata malah terbalik. Performance saya dalam pekerjaan nir pernah baik karena tuntutan pekerjaan dan ekspektasi orang lain terhadap diri aku sangat bertolak belakang menggunakan langsung aku . Puncaknya, aku menetapkan buat mencari memahami apa yg aku sukai, mulai berdasarkan kitab -kitab yang sudah saya beli, film-film yang saya tonton, pengalaman menyenangkan yg pernah aku alami sewaktu kuliah maupun teman-sahabat yang nyaman aku ajak berdiskusi.


Proses tadi membantu saya membayangkan pekerjaan seperti apa yang diinginkan di pada hidup aku . Akhirnya, saya menerima pekerjaan yg aku inginkan (walaupun itu sudah terlambat dua tahun) yaitu menjadi seseorang pekerja sosial. Menjadi pekerja sosial ketika itu jauh dari kesan keren dan menjanjikan prosperity, bahkan beberapa teman dan famili nir setuju pada awalnya. Tetapi restu dan dukungan dalam akhirnya datang menurut mereka lantaran masih ada perubahan pada diri aku . Saya nir memahami pastinya apa yg mereka lihat, namun perasaan yg aku rasakan saat bekerja merupakan lebih bersemangat, senang , kreatif, tenang, tanpa beban & punya tujuan. Mungkin pancaran misalnya itulah yang pada akhirnya terpantul menurut cermin saya sendiri untuk melawan cermin sosial di lingkungan terdekat aku .
Di dunia ini, Anda bisa menemukan banyak kisah misalnya Novi.
Ketika mini kita hayati menurut asa-asa orang tua kita. Saat remaja kita hayati dari asa-asa kawan-kawan kita. Saat dewasa, kita hayati menurut asa-harapan pasangan kita. Di warga kita hidup mengikuti tuntutan-tuntutan masyarakat yg memiliki perspektif tertentu tentang apa yang dianggap berhasil dan apa yang disebut baik. Masalahnya apakah yg diklaim berhasil & baik oleh seluruh entitas di luar diri kita sesuai menggunakan asa-cita-cita terdalam kita? Apakah memenuhi tuntutan-tuntutan berdasarkan luar & memperoleh status ?Orang yg sukses? Menciptakan kita sahih-sahih senang , hayati penuh & bermakna? Apakah kita mau terus hayati pada pada cermin sosial?


Apa sih definisi cermin sosial?


Stephen Covey dalam bukunya “The Seven Habits of Highly Effective People”,   memperkenalkan konsep proaktivitas. Menurut Covey, proaktivitas berarti bertanggung jawab penuh akan hidup kita sendiri. Bertanggung jawab berarti siap mengambil konsekuensi dari pilihan-pilihan hidup kita. Dan pilihan hidup tersebut haruslah didasarkan pada keempat anugerah kodrati, yaitu imajinasi, kesadaran diri, kehendak bebas dan suara hati.
Jika mengikuti definisi tersebut, maka, hayati dalam cermin sosial berarti, hayati yang dijalani nir menggunakan anugerah kodrati kita sendiri. Kita nir menggunakan semua khayalan, pencerahan diri, kehendak bebas dan suara hati kita. Hidup kita ditentukan sang kehendak orang lain, sebagai upaya memenuhi harapan-asa orang lain, atau karena terpaksa, atau nir sinkron dengan bunyi hati kita.





Apa sih resiko hayati dalam cermin sosial?


Sebetulnya, yang paling tahu apakah kita hidup menurut cermin sosial atau tidak merupakan diri kita sendiri. Jika kita mengalami pertarungan batin yg tertuang dalam aneka macam perasaan negatif seperti rasa jenuh,capek, udik, malas, tidak kreatif (pikiran mentok), muak karena menjalani rutinitas tanpa nilai apapun, atau perasaan bersalah lantaran terpaksa melakukan banyak sekali hal yang tidak sesuai menggunakan diri sejati kita; terdapat kemungkinan hayati kita sudah ditentukan oleh cermin sosial. Kita merasa nir puas terhadap hidup kita sendiri.



Mereka yg hidup pada cermin sosial sering justru adalah orang-orang yg ditinjau sukses di pada warga . Di pada kesuksesannya, mereka justru nir merasa puas atau merasa salah di pada hayati mereka. Jika kita mengalami hal-hal semacam ini, kemungkinan kita mulai menyadari bahwa hayati kita belumlah misalnya yg sahih-benar kita inginkan.


Apakah resiko melepaskan cermin sosial & hidup berdasarkan impian-cita-cita terdalam kita?


Merujuk pada Covey, melepaskan cermin sosial berarti hidup dalam proaktivitas. Hidup proaktif berarti merogoh pilihan dengan kehendak bebas. Kita akan menerima konsekuensi pilihan tadi menggunakan gembira & tulus. Hidupku merupakan pilihan yang kupilih sendiri. Pilihanku tidak tergantung dari pendapat orang tuaku. Pilihanku tidak ditentukan sang anakku, pasanganku, kawanku atau tetanggaku. Aku mengambil pilihan karena saya sungguh-sungguh menginginkannya.
Pilihan-pilihan bebas yg diambil tersebut jua didasarkan pada pencerahan diri yang tinggi. Aku tahu yg saya mau, aku memahami apa yg saya cari, bukan saya merasa aku mencari sesuatu karena seseorang menganggapku baik buat itu. Aku mengenal diriku sendiri dengan baik, termasuk harapan-asa terdalam dan impian-impianku terhadap hidupku ini.



Kesadaran diri yang tinggi dapat diasah dengan melatih diri buat selalu mendengarkan bunyi hati kita sendiri, mengenali panggilan-panggilan jiwa kita, & keinginan-impian terdalam kita. Dan yg terakhir pilihan proaktif tentu berdasarkan pada imajinasi aporisma tentang apa yg mungkin terjadi dampak pilihan-pilihan kita. Resiko melepaskan cermin sosial merupakan mungkin kita akan kehilangan cap sukses di mata orang lain yang memiliki tuntutan/gambaran/harapan eksklusif terhadap hidup kita, namun kita akan merasa nyaman menggunakan diri kita sendiri. Kita mungkin dipercaya menjadi orang yg aneh, keras ketua, atau tidak mau menurut dalam orang tua atau anggaran masyarakat. Kita mungkin akan merasa telah mengecewakan orang-orang yg kita cintai.


Jurus-jurus keluar berdasarkan Cermin Sosial


Ada resiko-resiko yang harus kita tanggung ketika kita hidup dalam cermin sosial .  Jika kamu saat ini sedang berada dalam cermin sosial dan ingin melepaskan diri darinya, berikut ini adalah jurus-jurus yang perlu kita lakukan
1.    Kenali Dirimu yang Sejati dan Impian-impian terdalammu
2.    Jujur kepada diri sendiri dan kepada orang lain
3.    Ungkapkan dirimu dan impian-impianmu dengan jujur
4.    Konsisten dengan apa yang sudah dipilih
5.    Siap menghadapi konsekuensi pilihan hidup kita
Hidup menggunakan cermin sosial ataupun nir merupakan pilihan. Setiap pilihan ada konsekuensinya. Nah, sekarang, kita ingin hayati kita seperti apa?


***
 (Any Sulistyowati & Anggraeni)
































































Senin, 29 Juni 2020

[MASALAH KITA] Mengulas Berbagai Masalah Kesehatan Zaman Sekarang

Oleh: Any Sulistyowati

Masalah Kesehatan Zaman Sekarang


Pelatihan Yoga. Foto: dokumentasi KAIL
Kompleksitas persoalan masa kini menyebabkan orang menghadapi banyak masalah kesehatan, baik jasmani dan rohani. Kelangkaan sumber daya, persaingan, obsesi terhadap kesuksesan menyebabkan tekanan hidup yang mendorong timbulnya stress. Stress  yang berkepanjangan akan menyebabkan beban pikiran yang berkepanjangan yang mempengaruhi tubuh kita.


Banyak penyakit masa kini yang ada akibat beban pikiran.
Kondisi ketika ini pula mendorong munculnya gaya hayati yang nir sehat, diantaranya melalui pola makan yang kurang bergizi, & kurang berolahraga. Pada masyarakat miskin, mereka mengonsumsi kuliner yang kurang bergizi lantaran tidak mampu membeli bahan makanan yg lebih sehat & seimbang. Pada golongan ini, sajian harian mereka didominasi oleh karbohidrat & sedikit sayur dan protein nabati, mungkin sedikit protein hewani dan sangat sedikit buah. Untuk menerima rasa lezat & tampilan yang cantik, seringkali mereka mengonsumsi bahan perasa & pewarna buatan murah meriah yg justru mengurangi kualitas makanan dibandingkan pada kondisi alaminya. Pada kalangan yang lebih kaya, meskipun secara finansial mereka lebih mampu buat membeli kuliner yang lebih bergizi, terkadang pilihan mereka pun nir bisa dianggap lebih sehat. Secara umum, dalam rakyat masa sekarang, semakin kaya secara finansial maka semakin banyak dan beragam menu protein hewani yg dikonsumsi dalam diet harian mereka. Diet yg terlalu poly protein hewani pada jangka panjang akan mengakibatkan berbagai penyakit degeneratif, misalnya aneka macam penyakit jantung dan pembuluh darah, yg biaya pengobatannya dapat menguras kantong.



Makanan Sehat. Foto: dokumentasi KAIL
Kondisi lain yang mendorong turunnya kualitas kesehatan kita adalah kurang olahraga. Bagi sebagian besar orang hambatannya adalah keterbatasan waktu dan ketersediaan fasilitas untuk olahraga. Bagaimana para aktivis menyikapi persoalan ini? Dalam Proaktif kali ini, KAIL melakukan survei pada beberapa aktivis untuk mendapatkan tanggapan mereka mengenai isu kesehatan dan gaya hidup. Berikut ini adalah liputannya.



Pentingnya Kesehatan pada Hidup Kita
Semua aktivis yang mengembalikan survei menganggap kesehatan merupakan hal yang penting/sangat penting atau paling penting dalam hidup. Tubuh yang sehat memungkinkan kita untuk melakukan banyak hal yang penting dalam hidup kita. Tanpa kesehatan, banyak hambatan ataupun keterbatasan yang akan dialami dan bahkan, sampai tidak dapat kita lakukan sama sekali.  Pendapat senada diungkapkan oleh Asep Suhendar, seorang aktivis pendidikan anak dan remaja dari Rumah Pelangi dan Komunitas Sahabat Kota, yang menyatakan bahwa sehebat apapun kita, tanpa kesehatan, kita akan terhambat. Jika kesehatan kita menurun, produktivitas kita pun akan menurun. Meskipun bukan segala-galanya dalam hidup ini, kesehatan merupakan aset yang sangat berharga bagi kita untuk mewujudkan impian kita.


Melanie, galat satu responden menambahkan argumentasi menjadi berikut. Tingginya biaya kesehatan menambahkan daftar alasan mengapa sangat penting bagi kita buat menjaga kesehatan. Begitu kita sakit, akan terdapat poly biaya yang perlu dimuntahkan. Menurutnya, akan jauh lebih mudah dan murah buat menjaga kesehatan, dibandingkan mengobati setelah jatuh sakit.


Masalah Kesehatan Yang Sering Dialami
Mia, salah seseorang responden, menyatakan bahwa kita seringkali lalai dalam menjaga kesehatan kita menggunakan cara : melewati jam makan, jarang olah raga, begadang. Jika hal-hal tersebut dilakukan secara terus menerus & menjadi norma, maka akan memberikan beban tersendiri bagi tubuh kita. Kita akan kurang istirahat, kekurangan asupan gizi yg berujung dalam berkurangnya kemampuan tubuh kita buat meregenerasi sel-sel tubuh yang menopang kehidupan kita.


Hal-hal lain yang banyak mempengaruhi kesehatan kita adalah stress. Seperti dituliskan oleh Selly Agustina, mahasiswa S2 Universitas Pajajaran dan relawan di beberapa organisasi sosial dan lingkungan di Bandung, keterbatasan waktu untuk mewujudkan semua yang diinginkan telah mendorong praktek lupa makan, lupa tidur yang menjadi beban bagi tubuh kita. Hal ini telah mendorong pula munculnya beban pikiran penyebab stress,yang secara tidak langsung juga ikut mempengaruhi kondisi tubuh kita.
Masalah-kasus kesehatan lain yang dihadapi merupakan alergi. Alergi pada sesuatu membatasi kita buat melakukan aktivitas-aktivitas yg terkait dengan alergi tadi. Misalnya alergi debu & hawa dingin. Apabila alergi sering kambuh, maka aktivitas kita akan terhambat. Perlu dilakukan upaya tambahan, baik buat pencegahan maupun penanganan waktu alergi terjadi.


Masalah besar lainnya pada zaman sekarang ini yg mungkin nir terjadi pada masa sebelumnya merupakan beredarnya zat-zat kimia buatan pada dalam bahan makanan, udara yang kita hirup & air yg kita minum. Banyak dari zat-zat kimia tersebut menjadi racun pada tubuh kita jika kita konsumsi secara terus menerus. Penumpukan racun di pada tubuh itulah yg akan memicu aneka macam penyakit yang menggerogoti kesehatan kita.


Cara Mengatasi Masalah Kesehatan
Ada poly cara yg dapat dilakukan buat menjaga kesehatan kita. Dhitta Puti Sarasvati, mak dosen pegiatan pendidikan, memberikan salah satu tips menuju sehat dengan cara memperbanyak minum air putih dan juz buah. Sebagaimana didukung oleh Ibu Tini dan Melanie, Puti jua mengganggap mempraktekkan pola makan yg lebih sehat, pada antaranya menggunakan memilih makanan-makanan yg kaya serat seperti sayur-sayuran & buah-buahan, serta mengurangi konsumsi daging merupakan salah satu kunci menuju sehat. Masak kuliner sendiri pula dianggap penting buat menjaga kesehatan lantaran menggunakan mengolah makanan sendiri, kita dapat mengklaim kualitas bahan kuliner yg dipakai dan penyajiannya.


Konsumsi vitamin juga disarankan untuk menambah amunisi tubuh dalam mempertahankan kesehatan, seperti disampaikan oleh Mia. Tidur relatif dan olah raga secara teratur pula diyakini sebagai keliru satu cara buat mempertahankan kesehatan kita. Meskipun, sebagaimana diakui oleh Selly, kosistensi pelaksanaannya tak jarang tidak mudah lantaran keterbatasan waktu.


Pengalaman lain diungkapkan oleh Jessis yg memakai obat untuk mengurangi rasa sakit ketua yang secara rutin menyerang. Upaya ini dilakukan waktu upaya lainnya, seperti mencoba tidur & upaya lainnya nir berhasil. Upaya-upaya terakhir misalnya operasi pula akhirnya dijalani sang Tini & Melanie ketika upaya-upaya untuk penyembuhan lainnya sudah tidak ada lagi.




Tumbuhan Sumber Obat-obatan. Foto: dokumentasi KAIL
Untuk penyakit akibat alergi, hal yang perlu dilakukan adalah mencegah situasi yang menyebabkan alergi tersebut. Jika kondisi tersebut terpaksa tidak dapat dihindari maka penanganan situasi alergipun harus dilakukan.  Seperti yang diungkapkan oleh Dyana dan Iwut, pemberian obat oleh dokter (baik diminum, dioles maupun disuntikkan) kerap perlu diambil untuk mengatasi kondisi alergi. Jika ditangani dengan baik, penanganan alergi cukup banyak membantu hidup mereka yang terpaksa hidup dengan alergi.



Cara lain buat menjaga kesehatan merupakan dengan menjaga pikiran agar tetap positif & sehat. Mia membicarakan pengalamannya bahwa waktu dia mengijinkan dirinya buat menjadi sakit, maka ia akan menjadi sakit beneran. Puti menyatakan bahwa penyakit pikiran ini dapat diatasi menggunakan mendekatkan diri dalam Tuhan. Senada menggunakan Puti, Iwut menyatakan poly berdoa akan membantu kita buat tetap sehat. Berbeda menggunakan Puti dan Iwut, Jessis, aktivis lingkungan berdasarkan YPBB, mempunyai tips yang lain untuk menjaga kesehatan pikiran. Ia menyatakan bahwa menyibukkan diri dengan berbagai hal positif yang akan membantu otak kita supaya memikirkan hal-hal yang positif. Jessis juga menuliskan bahwa menghabiskan ketika menggunakan orang-orang terdekat bisa membantu kita untuk berpikir positif & permanen sehat.




Chakra.
Kebahagiaan dalam hidup akan mempengaruhi kondisi kesehatan kita. Kesedihan yang berkepanjangan dapat menyebabkan beban pikiran bagi kita, yang pada akhirnya, turut mempengaruhi kesehatan kita. Jika kita berbahagia, lebih besar kemungkinan bagi kita untuk tetap sehat. Sebagaimana diungkapkan oleh Asep dan Bu Tini, menjalani kehidupan dengan penuh kebahagiaan akan membantu kita untuk tetap sehat.



Penutup
Demikianlah ulasan mengenai perkara kesehatan & solusinya, berdasarkan para responden Proaktif Online. Mudah-mudahan pendapat mereka dapat membantu Anda buat menjaga kesehatan dan menaikkan kualitas hayati Anda.
***





















































Cloud Hosting Indonesia