Tampilkan postingan dengan label Sri Ratna Wulan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sri Ratna Wulan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Juli 2020

[Tips] What Can You Do as an Eco-Traveller?

Dalam dunia wisata, kata “eco” atau “green” sedang gencardidengungkan. Salah satu contohnya adalah ecotourismatau green-tourism. Sementara orang yang melakukannya disebut eco-traveleratau green-traveler. Penggunaan kata eco atau green tersebut untuk menunjukkan bahwa segala hal yang dilakukan dalam perjalanan wisata merupakan perjalanan yang ramah lingkungan, dan memelihara alam.

Sebenarnya semua orang yang melakukan perjalanan wisata ke suatu tempat bisa dikategorikan sebagai eco-traveller. Menjadi eco-traveler tidak harus mahal, tidak pula harus melakukan perjalanan dengan mendaki gunung dan menuruni lembah, tidak pula harus memanjat tebing terjal, atau  masuk gua-gua, maupun keluar masuk hutan. Menjadi eco-traveller tidak harus selalu menantang alam.

Inti perjalanan yang dilakukan oleh seorang eco-traveller adalah melakukan pelestarian alam dan budaya serta manfaat kepada masyarakat setempat dan tempat tujuan wisata yang dikunjunginya tanpa mengesampingkan pengalaman dan tujuan berwisata. Jadi, melakukan wisata ke manapun juga dengan berprinsip melakukan pelestarian alam dan budaya bisa dikategorikan sebagai seorang eco-traveller.

Apakah yang bisa kita lakukan menjadi eco-traveller pada melakukan perjalanan wisata? Jawabnya gampang saja, akan tetapi pelaksanaannya di lapangan terkadang sulit dilakukan sang sebagian orang. Tips-tips gampang yg bisa dilakukan sang wisatawan buat menjaga pelestarian alam & budaya merupakan:
a.     Berhemat dalam menggunakan plastik. Ketika kita melakukan perjalanan, usahakanlah untuk meminimalisir penggunaan plastik botol minuman kemasan atau kantong keresek. Biasakan membawa tempat minum sendiri dari rumah. Anda dapat mengisi ulang tempat minum tersebut di tempat Anda menginap. Jika Anda membeli makanan ringan di warung atau minimarket terdekat, usahakanlah membawa tas sendiri agar bisa langsung dimasukkan ke tas tanpa harus memakai kantong keresek.
b.     Berhemat dalam menggunakan air. Jika kita menginap di hotel, hostel, ataupun homestay, gunakanlah air secukupnya. Misal ketika menggosok gigi jangan biarkan air kran di wastafel menyala terus. Biasanya kita selalu malas mematikan kran tersebut kalau sedang gosok gigi dengan alasan: karena cuma sebentar.
c.     Berhemat dalam menggunakan listrik. Jika kita tinggal di hotel, hostel, ataupun homestay, biasakan mematikan lampu kamar dan AC sebelum pergi meninggalkan kamar untuk jalan-jalan.
d.     Tidak membuang sampah sembarangan. Jika tidak menemukan tempat sampah di tempat wisata, usahakan untuk mengantongi dulu sampah tersebut dan buanglah ketika menemukan tempat sampah.
e.     Tidak memetik tanaman dan mengganggu satwa.
f.      Menghormati budaya dan tradisi masyarakat setempat.
g.     Membeli layanan dan produk lokal. Ketika Anda melakukan perjalanan wisata, dan tidak tahu jalur yang akan dilewati, Anda bisa menggunakan layanan atau jasa penduduk lokal tersebut. Selain supaya tidak tersesat, Anda juga akan mendapatkan pemahaman tentang the do’satau the don’ts di tempat tersebut. Bila hendak berbelanja oleh-oleh, Anda dapat membeli kerajinan yang dibuat oleh penduduk lokal tersebut. Jadi, selain mendapatkan kepuasan dari travelling tersebut, Anda juga dapat mendukung perkembangan ekonomi penduduk lokal tersebut.


Nah, dengan melakukan perjalanan wisata misalnya ini, hal tadi sebenarnya menciptakan kita memiliki pemahaman, pengalaman dan pengetahuan baru mengenai loka wisata yg dikunjungi, disamping kita jua sanggup berinteraksi dan berbaur dengan penduduk lokal.


Disadur menurut buku The Green Traveler by Wiwik Mahdayani


(Sri Ratna Wulan)
Penulis merupakan pemegang beasiswa DIKTI, Program Magister Ilmu Lingkungan Hidup di Universitas Padjadjaran






















Selasa, 07 Juli 2020

[TIPS] Pengembangan Diri Aktivis



Aktivis, menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah seseorang dengan jabatan tertentu, seperti anggota organisasi politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita, lingkungan, ataupun pendidikan yang bekerja aktif dan mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan di organisasinya. Menjadi aktivis adalah sebuah pilihan, pilihan untuk mengembangkan hal-hal yang menjadi fokus keberpihakannya untuk “ditularkan” kepada masyarakat luas bersama dengan komunitas atau organisasinya. Misalnya, seorang aktivis lingkungan akan terus berusaha untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bisa diterapkan dalam masyarakat luas agar lingkungan lestari dan berkelanjutan sampai masa yang akan datang. Contoh konkritnya, suatu LSM lingkungan hidup akan melakukan kegiatan kampanye Zero Waste(nol sampah) kepada masyarakat luas beserta solusi-solusi yang ditawarkannya, dengan harapan setelah kampanye tersebut selesai, masyarakat yang telah

dibinanya tersebut bisa mengurangi atau bahkan menerapkan gaya hayati ?Nol sampah? Pada aktivitas sehari-harinya.
Akan tetapi bagi seorang aktivis, untuk mendorong keberpihakannya menjadi keberpihakan masyarakat luas tentu tidak mudah. Banyak hal yang perlu ditingkatkan untuk mencapai visi misi organisasi. Salah satunya, adalah dalam  hal pengembangan diri aktivis itu sendiri agar mampu menjadi orang yang penuh dengan ide-ide segar, inovatif, kreatif, serta berwawasan luas.



Sumber : http://notes.fredkhos.com/2012_05_01_archive.html



Bagaimanakah cara melakukan pengembangan diri bagi aktivis itu? Berikut tips yang sanggup teman-teman aktivis lakukan buat pengembangan diri tersebut:
1.     Perbanyaklah membaca. Pepatah mengatakan, “membaca adalah gudangnya ilmu”. Dengan membaca, selain wawasan keilmuan kita lebih meningkat,  ide untuk melakukan suatu hal yang sebelumnya tidak terpikirkan menjadi terlintas dalam pikiran kita, dan ide tersebut muncul salah satunya ketika kita membaca.
2.     Berdiskusi dan observasi. Melakukan diskusi, observasi, serta brainstorming dengan para pakar, teman, masyarakat, tentunya juga akan menambah wawasan keilmuan kita. Kita biasanya akan lebih peka dan memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat ketika kita telah berbaur dengan mereka, salah satunya adalah dengan melakukan diskusi dan observasi (pengamatan). Jadi, selain menambah wawasan keilmuan ataupun ide, berdiskusi dengan banyak orang juga bisa menambah pertemanan ataupun networking.
3.     Mengikuti training/workshop/seminar dan mempraktekkannya. Dengan mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan fokus kegiatan komunitas/organisasi masing-masing aktivis, kiranya para aktivis dapat menambah intelektualitas diri  sebagai salah satu cara untuk mengembangkan diri. Salah satu contoh adalah ketika seorang aktivis lingkungan mengikuti pelatihan menulis, dan kemudian mempraktekkannya dengan cara menuliskan ide-idenya  di media sosial seperti blog. Hal tersebut dilakukan supaya orang lain tahu apa yang menjadi cita-cita seorang aktivis lingkungan sekaligus mengampanyekan isu pelestarian lingkungan hidup dan berharap cita-cita atau ide tersebut menjadi panutan yang lain.
4.     Selalu bersifat terbuka terhadap kritik dan saran yang disampaikan oleh orang lain. Ambillah selalu hikmah terhadap masukan dari orang lain, jangan cepat tersinggung.
5.     Mampu mengevaluasi diri dan kekurangan diri.
6.     Berteman dan bergaul dengan siapapun yang sekiranya bisa memberikan dampak positif terhadap perkembangan diri kita.
7.     Bergabung dengan komunitas yang memperkaya motivasi dan wawasan terkait dengan isu yang sedang teman-teman aktivis perjuangkan.
Masih poly lagi cara buat menyebarkan diri bagi masing-masing aktivis, lantaran tips ini masih hanya sebagian kecil saja. Semoga ke depannya aktivis semakin bisa berbagi dirinya, termasuk visi misi yang beliau miliki, sebagai akibatnya tercapai transformasi warga ke arah yang lebih baik.


SRI RATNA WULAN
Pemegang Beasiswa Unggulan Kemdiknas 2011
Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan Unpad
Konsentrasi Manajemen SDA/LH























Cloud Hosting Indonesia