Tampilkan postingan dengan label Fransiska Damarratri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fransiska Damarratri. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 Juni 2020

[MASALAH KITA] BERSAMA PARA AKTIVIS DAN RELAWAN: SEBUAH PERCAKAPAN MENGENALI DIRI

Oleh: Fransiska M. Damarratri

?Kenalilah dirimu!? Ujar filsuf Socrates dalam dialognya, Phaedrus. "Aku tidak punya ketika luang buat mengungkapkan hal-hal yang luas dan besar itu. Sebuah hal yg aneh bagiku buat meneliti hal-hal itu waktu saya saja belum bisa mengenali diriku sendiri.?

KONSEP DIRI DALAM SUDUT PANDANG PSIKOLOGI

Mengenali diri adalah penting karena diri kita sendirilah yang mempengaruhi bagaimana kita memahami dunia. Konsep diri, dalam sudut pandang ilmu Psikologi, mempengaruhi kerja-kerja dan pandangan kita. Alvieni Angelica, seorang Psikolog dan pegiat di Capacitar Indonesia, menjelaskan bahwa di dalam konsep diri ada berbagai kumpulan ide antara lain self-image [i] , ideal self [ii] , self-esteem [iii] . Lebih lanjut, konsep diri adalah bagaimana seseorang memandang, mempersepsikan dan mengevaluasi dirinya.

Konsep diri terbentuk menurut pengalaman awal kita sebagai janin, lingkungan pertumbuhan misalnya rumah dan sekolah, hubungan menggunakan orang-orang terdekat sampai pengalaman-pengalaman hidup yg kita lalui. Otak manusia terdiri berdasarkan otak bahasa (otak berpikir) & otak emosi. Pengalaman-pengalaman pada atas menciptakan konsep diri di dalam otak emosi kita, bahkan sebelum otak berpikir tumbuh sempurna.

Banyak prosedur diri yg membarui inspirasi-ide internal kita sebagai sebuah aksi di dunia nyata. Salah satunya, dari Alvieni adalah proses proyeksi/gugusan. Dalam proses proyeksi ini, insan acapkali membarui kelemahan dirinya sebagai tampilan sebaliknya. Kelemahan yang kita gampang amati pada orang lain, acapkali merupakan kelemahan diri kita jua. Sebagai contoh: seseorang yang sangat sensitif terhadap kritik orang lain justru menjadi seseorang motivator yg mampu mengubah cara pandang orang lain buat berpikir positif.

Dalam bekerja maupun berkegiatan pada banyak sekali bidang, siapa saja termasuk aktivis pasti mengalami proses pembentukan maupun sosialisasi konsep diri. Menurut Alvieni, keliru satu cara buat mengenal diri sendiri adalah menggunakan berlatih pencerahan. Di sela-sela kesibukan kita, menyisihkan saat untuk refleksi & berlatih pencerahan adalah krusial.

BAGAIMANA PARA AKTIVIS MEREFLEKSIKAN DIRI?

Hal serupa diceritakan sang Sri Suryani, seseorang arsitek yg bekerja di Divisi Tata Ruang Ciliwung Merdeka. Dalam berproses mendampingi penggusuran masyarakat Bukit Duri bersama rekan-rekan satu tim, Sri mengutarakan bahwa salah satu komponen krusial adalah penyadaran diri. Sebagai pribadi, Sri mencoba menyadari seberapa luas pertarungan yg terjadi, apa saja yang dia alami & keterbatasan diri baik menjadi anggota tim kerja juga dalam keprofesian arsitek. Kesadaran itulah yg menciptakan kerja dan pikirnya sebagai akibatnya terwujud pada suatu keberpihakan eksklusif.

Tauhid Aminulloh, keliru satu pendiri kolektif Wikikopi pada Yogyakarta, menyebutkan bahwa beliau sangat menikmati agenda kepedulian pada bidang pendidikan & pertanian menggunakan media kopi. Namun sekali waktu, Tauhid memerlukan ketika buat berkontemplasi & mengambil jeda. Mengambil nafas bagi Tauhid penting sembari memperluas objektivitas. ?Aku melihat poly kasus pada antara para pendaku idealis merupakan mereka nir pernah memperluas objektivitas,? Ujarnya. ?Kian usang sebuah idealisme sanggup jadi menyempit; hanya terkait hal yg kita pedulikan akan tetapi lantas abai dalam idealisme yg lain.?

“Aku travelling tidak disengajakan untuk mengenal diri saja. Tapi ternyata di dalamnya, aku juga bisa mengenal diri sendiri," ujar Niniek. Rekannya, Russelin berbagi bahwa interaksi dengan banyak orang pun akan menumbuhkan kepedulian di dalam diri kita. Dengan travelling, kita dapat bertemu banyak orang yang berbeda-beda. “Semakin luas, semakin baik.”

Kepedulian serupa pula yang mendorong Fajar Nurmanto untuk menjadi relawan media. Sebagai lulusan Komunikasi yang sedang mengambil pascasarjana di bidang Sosiatri, Fajar aktif menjadi relawan media untuk Panti Sosial Hafara. Panti Hafara aktif merawat orang terlantar seperti lansia dan anak-anak. Sebagai pekerja media, Fajar melihat bahwa sekarang media gerakan sosial pun harus bisa nge-popselayaknya media-media lain yang tersohor. “Biar nurani masyarakatnya bisa terbangun dari melihat aktivitas-aktivitas sosial. Agar kita tidak individualis," terangnya.

KEPEDULIAN DARI DIRI AKTIVIS DI DUNIA MODERN

Identitas, bagi Sri, terbatas pada konteks ruang dan waktu. Identitas diri kita bisa jadi berubah di masa depan. Namun, selalu ada benang merah yang ia temui di tahap-tahap kehidupannya. "Aku lebih merasa bahwa selama ini aku adalah seorang storyteller, aku mencoba membuat diriku tidak ada dan terus bercerita," ujar Sri. "Sekarang aku sedang mencoba menghubungkan kerja praktek lapangan dengan teori dan dunia akademis."

Seringkali Sri mendapati label-label disematkan kepadanya seperti aktivis (dalam konotasi negatif) atau penentang pemerintah, dsb. “Kalau kita mau menghimpun label, so what?” sahutnya. Tantangan modernitas baginya adalah bagaimana orang semakin haus akan visual, citra, rupa, dan derasnya arus informasi. “Padahal rupa, yang tampak itu adalah hasil pergumulan ide dan batin yang tidak tampak,” pungkasnya.

Sementara itu, Fajar memiliki kepedulian untuk meneliti program pensiun berkelanjutan. Program pensiun masa kini masih jamak berbentuk santunan, namun tidak sustainable di jangka panjang. Kepedulian Fajar muncul dari melihat dan merefleksikan masa depan orang tuanya. Fajar tinggal di kota Yogyakarta, di mana indeks kesenjangan sangatlah tinggi. Agenda pembangunan kota modern pun ia soroti. Sebaiknya orientasi pembangunan terintegrasi secara setara; bukan hanya pembangunan budaya untuk mengejar ekonomi dan sebaliknya. Menurutnya lagi, ada hal yang lebih mendesak dari kesenjangan ekonomi, yaitu akses sumber daya produksi untuk semua.

Lain cerita dengan Tauhid. Semenjak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, Tauhid merasa terdapat yg aneh dengan pendidikan yang dia dapatkan. ?Aku melihat ada arah gerak pendidikan yang perlu diubah. Bisa sang siapapun, & sudah ada yang berusaha. Aku pun melibatkan diri; dengan caraku,? Jelasnya. Arah gerak pendidikan kini pun berkiprah seiring dengan arah mobilitas global.

Dunia masa modern ini bagi Tauhid akrab dengan segala yang kuantitatif atau dapat dihitung. ?Aku mencoba mengakrabkan diri dengan hal-hal yang kualitatif,? Jawabnya. ?Aku percaya tiap orang punya kepedulian. Hanya saja pengalaman & lingkungan yang akan membedakan sasaran kepedulian tiap orang.? Dunia pendidikan, bagi Tauhid, mewadahi kegemarannya buat bertanya.

Russelin menemukan banyak hal yang mendorongnya melakukan banyak kegiatan kerelawanan sembari bekerja. Salah satunya, Russelin merasa membutuhkan interaksi dengan orang lain yang dapat membagikan pesan dan ilmu untuknya, "Bertemu orang lain artinya kita mendapat ilmu baru."  Rasa senang untuk berkompetisi secara positif pun mendorongnya melampaui batasan diri setiap hari.

Satu yang penting bagi Russelin adalah bahwa kepedulian tidak bisa dibentuk pada akhir. ?Level pendidikan yg pertama yg mengajarkan kepedulian adalah famili,? Ujarnya. Seturut menggunakan penjelasan Alvieni dan Russelin, pengalaman Niniek tumbuh pada keluarganya pun membentuk konsep diri dan kepeduliannya, ?Ada perasaan bahwa aku ingin pekerjaanku tidak selaras berdasarkan pekerjaan orang tuaku. Bukan karena mereka keliru, namun karena saya melihat bahwa hayati pada sisi lain juga bisa menyenangkan,? Niniek bercerita.

?Aku lekat menggunakan hal-hal yang menantang; sehingga aku selalu bekerja pada mana pertarungan itu ada terus. Aku merasakan rasa tanggung jawab yang bertenaga, terutama setelah memulai suatu gerakan atau organisasi,? Celoteh Niniek. Sewaktu masih sebagai murid Sekolah Menengah Atas, Niniek pun membaca buku Solitaire Mystery karya Jostein Gaarder. ?Dari buku itu saya tahu bahwa menjadi tidak sama itu nir apa-apa,? Ucapnya.

APA YANG MEMBUATMU TERUS BERKEGIATAN?

Fajar pun menambahkan, “Ketiganya harus dapat ruang untuk berkembang. Prinsip utamanya adalah migunani tumraping liyan.” Falsafah migunani tumraping liyan (Jw) memiliki arti berguna untuk sesama. Russelin pun punya konsep berbagi dengan sesama melalui ilmu, “Bertemu banyak orang memperkaya diri. Bertemu orang lain artinya mendapat ilmu baru, mendapat tempat berbagi ilmu. Berbagi adalah bagian dari jiwa sosial, ya. Hal-hal ini membuat hidupku lebih seimbang.”

Tauhid memberikan jawaban yang penuh harap akan masa depan. Tauhid kini sedang berproses beserta kawan-kawan Wikikopi dengan menggelar aneka macam kelas & residensi dengan media belajar kopi dan pangan. ?Aku tetap berlanjut lantaran dua bocahku. Aku sekadar ingin supaya mereka dapat menikmati dunia yg lebih baik saja,? Jelasnya.

PENUTUP

Mengenali diri penting bagi kegiatan dan kerja kita untuk global yg lebih baik. Dalam mengenali diri, kita memberi ruang bagi diri kita buat mempertanyakan konsep diri dan berbagai prosedur pikiran yg mendasari hal-hal yang kita lakukan. Berkaitan menggunakan itu juga, kepercayaan -kepercayaan dan sudut pandang yg diri kita pilih untuk melihat dunia pada lebih kurang kita.

Konsep-konsep pada dalam diri kita mempengaruhi kerja-kerja dan kegiatan yg kita pilih pada dalam hayati. Memperluas objektivitas, memperluas ilmu, memperluas hati dan pikir baik dilakukan secara berkala buat mendukung kerja-kerja kita. Kita bisa melakukannya melalui berlatih pencerahan pada waktu luang, berinteraksi secara luas menggunakan sesama juga mengambil jarak berdasarkan keseharian kita buat refleksi diri.

Satu cara mengenali diri merupakan dengan mengenali orang lain jua, usul Tauhid pada sela percakapan mengenali diri. Hal tersebut didukung pula oleh Alvieni yg mengusulkan bahwa galat satu latihan mengenali diri adalah buat, "Membaca biografi orang-orang, ya." Membaca kisah hidup para tokoh merupakan satu cara buat mengenal konsep diri mereka & apa yang mereka perjuangkan pada banyak sekali konteks & budaya yang tidak sama menggunakan kita. Dengan latihan kepekaan & kecerdasan emosional tersebut, kita akan menerima bekal buat perjalanan diri kita masing-masing.

?Pertama-tama, tentukanlah dirimu ingin sebagai apa; kemudian kerjakan apa yg harus kamu kerjakan,? Epictetus berujar, tiga abad kemudian sesudah Socrates.

[i] Self-image: adalah gambaran mental yang sudah bertahan dalam pikiran seseorang tentang dirinya. Gambaran diri ini tidak hanya sifat dan deskripsi yang dapat dilihat saja(seperti bentuk fisik, warna kulit), tetapi juga hal-hal yang dia pelajari tentang dirinya dari pengalaman pribadi atau proses internalisasi penilaian dari orang lain. (disarikan dari Self-image, https://en.wikipedia.org/wiki/Self-image, diakses 27 Maret 2017)

[ii] Ideal-self adalah representasi sifat-sifat yang diinginkan untuk diri kita, baik oleh kita atau orang lain (aspirasi atau harapan orang untuk diriku). Diri ideal biasanya mendorong seseorang untuk berubah menjadi lebih baik. (disarikan dari Self-discrepancy theory, https://en.wikipedia.org/wiki/Self-discrepancy_theory, diakses 27 Maret 2017)

[iii]Sedangkan self-esteem adalah evaluasi emosional yang menyeluruh dan subjektif terhadap diri kita sendiri, termasuk penilaian diri dan sikap kita akan diri kita sendiri. (disarikan dari Self-esteem, https://en.wikipedia.org/wiki/Self-esteem, diakses 27 Maret 2017)

Jumat, 29 Mei 2020

[MEDIA] MENGURAI BERAGAM RASA DI TABULA RASA

Tahun            : 2014

Durasi           : 107 menit

Sutradara      : Adriyanto Dewo

Produksi       : Lifelike Pictures

            Pemeran        : Dewi Irawan, Jimmy Kobagau,

Yayu Unru, Ozzol Ramdan

“Bawangnya bawang impor. Dia murah tapi hambar. Ah, kalau ini bawang lokal, rasanya tajam. Cium! Hasil dari tanah kita sendiri. Kamu bingung kenapa bawang impor itu lebih murah daripada bawang lokal? Mak juga bingung."

Itulah sepenggal percakapan Mak & Hans waktu subuh-subuh berbelanja pada sebuah pasar kota Jakarta. Hans, berkulit legam & berambut keriting, sedang memakai kaos berpola celup-ikat rona-warni, yg baru dibeli berdasarkan uang saku Mak. Selanjutnya mereka pulang membawa majemuk barang. Hans memikul beras di pundaknya. Ia bersikeras nir mau memanggil becak. ?Ah nir usah Mak! Kita wajib hemat,? Serunya sambil menyeberang jembatan.

Gambar 2 Hans tergeletak semalaman di atas jembatan penyeberangan kereta. Sumber: tabularasafilm.com

Jembatan seakan menjadi perumpaan visual yang kerap muncul di film Tabula Rasa (2014) besutan Adriyanto Dewo. Jembatan menjadi jalur para karakter menuju pengalaman-pengalaman baru. Hans, yang dimainkan dengan menyentuh dan jenaka oleh aktor dari Wamena, Jimmy Kobogau, beberapa kali beradegan di atas jembatan. Pertama kali, kita menjumpai Hans memanjat pagar jembatan dan hendak melompat menjelang serangkaian kereta commuter yang sedang melaju. Kedua, Hans ternyata terjatuh ke belakang dari percobaan bunuh diri tersebut dan terlelap hingga pagi. Di situ lah Mak dan Uda Natsir menemukannya.

Dengan kepala terluka, Hans dibawa oleh Mak (Dewi Irawan) ke Takana Juo, rumah makan masakan Padang miliknya. Di sana Mak bekerja sama dengan Uda Natsir (Ozzol Ramdan) dan Uda Parmanto (Yayu Unru). Ketiganya mengungsikan diri dari tanah Minang ke Jakarta pada 2009. Gempa meluluhlantakkan desa mereka. Hanya berbekal ‘delapan tulang’ mereka merintis Takana Juo. Parmanto menjadi juru masak pengeksekusi resep-resep Mak. Natsir membantu mengurus operasional.

Hans sendiri adalah seorang putra daerah Serui, Papua, yang mahir bermain sepakbola. Dahulu di panti asuhan tempatnya tinggal, dialah sang pemimpin doa makan untuk 14 saudara angkatnya.  Namun dia memilih merantau ke Jakarta setelah seorang agen nasional memuji kepiawaiannya. “Kenapa tidak ke Persipura atau Perssidafon saja?” tanya mama angkat Hans suatu malam. Hans pun menukas, “Di Jakarta nanti, saya akan jadi orang hebat.”

Namun nasib jelek bagi Hans, kariernya kandas. Ia menjadi gelandangan yang bertahan hidup dengan memunguti beras pada lantai gudang saudagar. Saat berlari mengejar truk, Hans kalah sang anak-anak muda. Kakinya sekarang terseok-seok.

Suatu malam, Hans membuka kotak sepatu sepakbola di loka bernaungnya, sebuah rongga di bawah rumah berdinding dengan kardus. Setelahnya kita diajak melihat sebuah memori permainan sepakbola antara Hans & rekan-rekannya berdasarkan Papua. Mereka bermain di antara tumpukan kontainer yg identik menggunakan area pelabuhan. Kaki Hans pun telanjang tanpa alas kaki. ?Gol!!!? Teriak mereka. Hans pun pulang menggunakan senyuman. Sembari mengeringkan keringat, kita melihat rosario bersalib tergantung di lehernya.

Gambar 3 Hans membantu Mak berbelanja ke pasar setiap harinya.

Sumber: tabularasafilm.com

Pasar, kereta, gudang, jalanan, dan truk. Itulah latar cerita film ini. Jakarta ditampilkan apa adanya, tempat di mana banyak orang dari berbagai penjuru datang mencari peruntungan. Mak menunjukkan rantai produksi ibukota dengan berbelanja ke pasar setiap subuh lalu naik becak pulang. Rumah makan mereka sederhana di pinggiran kota, membumi dengan tungku kayu, gilingan cabai, alat pemarut dan pemeras santan dari kayu.

Gambar 4 Dapur Takana Juo yang sangat sederhana dan penuh dengan sensasi sensori menjadi ruang interaksi.

Sumber: tabularasafilm.com

Serangkaian pertarungan timbul setelah mereka seluruh berinteraksi. Perbedaan logat & bahasa nir membantu. Sepanjang film, tiga karakter Minang menampilkan dialog bahasa daerahnya yang kental. Akan namun intonasi dan gerak tubuh tak jarang memberi isyarat tentang apa yang sedang dibicarakan.

Gambar 5 Gulai kepala ikan.

(Sumber: erieknjuragan.com: Tabula rasa, makanan adalah itikad baik untuk bertemu.)

Di antara pertarungan-permasalahan itulah masakan khas seperti ayam balado, rendang, dendeng batokok lado hijau, papeda, ikan kuah kuning, gulai ketua ikan berhasil mengurai rasa dan pikiran para karakter. Momen-momen kebebasan timbul dari aksi bersama menyebarkan ataupun meramu masakan. Seringkali penguraian rasa hati ada menurut proses mengurai rasa di pengecap. Adegan penyadaran ada setelah sesuap-2 suap tersantap. Proses meracik bahan & bumbu pun sebagai papan komunikasi antar tradisi & pengalaman. Magisnya, semua seakan terjadi lantaran idealisme Mak menentukan bahan-bahan alami Indonesia.

Gambar 6 Hans dan Mak menikmati ikan kuah kuning dan papeda protesis Hans.

Tidak ada plot cerita yang berliku-liku. Terkadang ada flashbackyang diberikan. Namun, sedikit sekali yang disajikan tentang latar belakang Serui dan Papua. Sedangkan gambaran tentang tanah asal Mak dan kawan-kawannya hanya muncul dari bingkai foto maupun lukisan. Yang kita tahu, daerah tersebut dilanda gempa tahun 2009. Apabila merujuk kejadian nyata, maka bisa jadi Mak dan kawan-kawan berasal dari kota Padang atau sekitarnya.

Film ini fokus bercerita tentang hal-hal aktual dan dekat. Selain cerita latar yang minim, kita lebih banyak diberikan visual-visual Jakarta sehari-hari yang jauh dari hingar-bingar. Rutinitas kota dimunculkan dari kereta commuter yang rutin lewat saat hari gelap. “Jam berapa kereta yang paling akhir lewat?” tanya Mak ketika khawatir terhadap Hans. Setiap kali Takana Juo tutup, rutinitas bersih-bersih dimulai. Neon temaram berpendar menerangi ruangan.

Gambar 7 Para karakter Tabula Rasa (Sumber: erieknjuragan.com)

Mungkin itulah latar yg sinkron, tanpa bumbu-bumbu kepalang rumit. Interaksi mereka pun kadang canggung, layaknya orang-orang yang tidak sama namun saling ingin mengembangkan. Kita tampaknya diperbolehkan menebak-nebak sesuai dengan rasa hati kita. Yang kentara, mereka sebagai dekat sahih-benar karena mengalami pengalaman berbagi. Meski perbedaan dan prasangka menjadi ganjalan pada awal, pengalaman-pengalaman itu membantu mereka mengurai rasa yang mereka miliki.

Di akhir cerita kita melihat Hans memakai kaos biru polos. Kontras dengan bajunya di awal cerita: merah dan compang-camping. Ia menyusuri jalanan melawan arus motor, mobil, dan truk kota Jakarta.

[i] Tabula Rasa. Https://en.Wikipedia.Org/wiki/Tabula_rasa#Philosophy. Diakses 25 Juli 2017.

Rabu, 20 Mei 2020

[MASALAH KITA] PANGAN DI ERA ANTROPOSEN : SISTEM PANGAN, MANUSIA DAN ALAM

Oleh : Fransiska Damarratri

Kehidupan apa yg kita impikan buat dunia sekarang dan mendatang? Tentu kehidupan yg sejahtera dan senang bagi kita serta bagi generasi mendatang. Serta keberlangsungan yg baik bagi alam di mana kita tinggal. Untuk keberlangsungan kehidupannya, manusia membutuhkan berbagai hal. Dan kebutuhan-kebutuhan tersebut didapatkan, secara mendasar, dari alam.

Berbagai kebutuhan hidup kita diderivasi dari minyak bumi.

(Mond Qu, Vimeo , 2012)

Sebagai contoh, bahan sandang kita berasal dari alam. Dahulu, sandang dibuat dari bahan seperti kapas. Kini bahan yang banyak digunakan adalah polyester. Pada dasarnya polyester merupakan polimer plastik yang berasal dari minyak mentah (petroleum/crude oil). Minyak mentah diekstraksi dari dalam perut bumi, dan merupakan bahan alam yang tidak dapat diperbaharui.

***

Hubungan antara insan dan alam merupakan subjek tersendiri yang menarik untuk diulik. Paradigma & perasaan kita terhadap alam mempengaruhi cara kita hidup. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa insan adalah bagian dari siklus alam, sebagaimana makhluk hidup lainnya. Apa yang dilakukan sang insan mensugesti alam, & kondisi alam pun akan menghipnotis kondisi insan.

Manusia merupakan kumpulan makhluk yang terus melakukan produksi & konsumsi dengan teknologinya. Dengan jumlah umat manusia yg semakin banyak, semakin majemuk & masif juga proses tadi di muka bumi. Tren peningkatan populasi ini pun nampaknya akan terus berlanjut. Dampak keberlangsungan peradaban manusia pun sangat besar pada Bumi.

Konon Bumi sudah memasuki era baru; Anthropocene atau Antroposen (1) . Karena“aktivitas manusia sudah berkembang menjadi kekuatan geologis tersendiri” melalui “perubahan guna lahan, deforestasi dan pembakaran bahan fosil” yang dimulai dua abad yang lalu bertepatan dengan James

Watt menemukan "mesin uap pada 1784” (2). Begitulah Paul Crutzen, pemenang Nobel Prize in Chemistry 1995, menuliskan makna istilah tersebut.

Dua material hasil produksi manusia yang sangat mudah ditemukan di permukaan bumi adalah beton dan plastik. Plastik merupakan material hasil turunan dari minyak bumi (crude oil). Sementara beton merupakan komposit dari agregat kerikil, pasir, dan semen. Semen sendiri terbuat dari batu kapur, silika, tanah liat dan pasir besi. Plastik berasal dari ekstraksi perut bumi. Sedangkan beton berasal dari ekstraksi batuan dan lapisan permukaan bumi. Produksi keduanya memindahkan dan memproses material-material planet Bumi menjadi dunia yang kita kenal kini.

Selain plastik & beton, ada jua aluminium & nitrogen dan fosfor menurut pupuk pertanian. Inilah material-material yang secara hipotetis akan ditemukan oleh makhluk masa depan.Ketika mereka menggali sedimen peradaban manusia sekarang.

Konon manusia sudah memproduksi sekitar 50 milyar ton beton. Jumlah itu setara dengan menyebarkan 1 kg beton/m2 (3) di seluruh luas Bumi. Setengah dari jumlah beton tersebut diproduksi dalam 20 tahun terakhir. Sementara hasil produksi plastik global, yang dikembangkan di sekitar tahun 1900-an, kini diperkirakan mencapai 8,3 milyar ton (4).

Lapisan anthropocene: sampah plastik.

(Sumber: Bo Elde, Flickr )

Selain indikator-indikator tersebut, ada beberapa indikator lain yang dipertimbangkan. Indikator yang beragam ini membuat Antroposen berbeda dari era-era geologi sebelumnya. Salah satunya adalah indikator tersebarnya elemen radioaktif karena teknologi manusia. Lalu ada indikator-indikator lain yang terkait produksi pangan. Bahkan sisa-sisa belulang dari perkembangbiakan ternak ayam global.

Manusia memang makin banyak mengonsumsi daging ayam. Konsumsi daging ayam Indonesia di tahun 2017 mencapai 6,4 kg/kapita/tahun, naik 1,5 kali lipat dari tahun 2007 (5). Angka tersebut sebenarnya jauh lebih kecil dibandingkan negara berpopulasi besar lain, Amerika Serikat. Pada tahun 2016 konsumsi ayam Amerika Serikat mencapai 40 kg/kapita/tahun (6). Data menunjukkan bahwa produksi pangan dunia mengalami peningkatan. Dan seiring peningkatan tersebut, berbagai polemik muncul.

Diagram 1. Trend populasi dunia yang meningkat, diiringi konsumsi pupuk nitrogen yang meningkat sangat tajam. Produksi serealia dan daging turut meningkat.  Sementara guna lahan untuk pertanian dan pengairan meningkat relatif sedikit. (7)

Masalah pangan di era Antroposen atau Era Manusia sudah menjadi sebuah wacana. Majalah daring Smithsonian memiliki tag topik berjudul Food in the Anthropocene atau Pangan di Era Antroposen (8). Foto-foto pengaruh manusia yang besar terhadap Bumi dapat juga dilihat di galeri yang diterbitkan oleh Guardian (9). Sementara Johan Rockström (Natural Resource Management, Stockholm University) di sebuah kelas daring mengungkapkan betapa produksi-konsumsi pangan adalah salah satu pendorong utama terjadinya pergantian era. (10)

[Manusia] sudah mengubah sekitar 50% permukaan tanah Bumi ke dalam beragam bentuk pertanian. Kita telah sampai pada titik di mana 70% sistem kelautan ditangkap secara berlebihan (overfished). Kita telah sampai pada titik pemanasan global 1,2 o  Celcius, yang bahkan di luar era Holocene; era terakhir yang kita telah masuki sejak zaman es terakhir. Dan pertanian adalah penyebab besar di balik perubahan ini. Produksi pangan adalah penggerak Antroposen. Dan kita berada di titik persimpangan kemanusiaan di Bumi ini. (11)

Produksi-konsumsi pangan sekarang masih adalah penghasil rumah kaca terbesar dan pengguna air higienis terbesar. Produksi-konsumsi pangan jua mengakibatkan hilangnya keanekaragaman biologi di majemuk loka. Kegiatan manusia ini pula telah mengakibatkan polusi nitrogen, fosfor, dan bahan kimia lainnya secara hiperbola dalam badan-badan air.

Polemik Pangan Dunia

Malnutrisi

Banyak orang merogoh sudut pandang ?Kekurangan gizi? Versus ?Obesitas?. Kekurangan gizi dan obesitas sejatinya merupakan informasi malnutrisi. Malnutrisi merupakan kelebihan, kekurangan, atau ketidakseimbangan tenaga dan nutrisi yg kita serap. Ketika kita kekurangan vitamin dan mineral. Atau waktu kita memiliki kadar kolesterol, lemak, gula, atau garam yang tinggi?Atau rendah. Ketika anak-anak kita mengalami kasus pertumbuhan. Ketika kita sensitif terhadap penyakit lantaran kebutuhan kita tidak tercukupi.

Secara generik, Global Hunger Indeks pada negara berkembang telah menurun 29% sejak tahun 2000. Tetapi di luar indeks itu, sebenarnya kedaulatan dan akses terhadap pangan yang baik masih sebagai perkara. Menurut FAO, kerentanan pangan dan obesitas acapkali terjadi bersamaan di sebuah unit famili. Hal tadi sekilas adalah sebuah bertentangan dengan harapan tersendiri. Hal tadi terjadi karena sumber daya dan akses akan pangan sehat berkurang. Sehingga warga memilih kuliner yang padat kalori, mengenyangkan namun kurang sehat. (12)

Hal tersebut memicu kasus-masalah kesehatan, galat satunya obesitas. Statistik memperlihatkan bahwa buat setiap 2 orang yg mengalami obesitas, masih ada satu orang kekurangan gizi. Lebih berdasarkan 2,1 milyar populasi dunia kini mengalami perkara obesitas/kelebihan berat badan. (13)

Kerusakan alam

Sumber & akses terhadap pangan sehat dipengaruhi oleh banyak hal. Dari segi daya dukung ruang, perkotaan semakin berkembang besar . Banyak terjadi perubahan kepemilikan & guna huma. Selain huma yang berkurang, akses terhadap lahan pertanian buat memproduksi pangan berkurang juga. Basis material buat warga mengenal pertanian dan pangan pun berkurang. Budaya & profesi bertani kini bukanlah pilihan utama bagi generasi muda.

Daya dukung alam pun semakin terdegradasi. Salah satu sumber masalah adalah produksi-konsumsi pangan manusia yang masih mengikuti model ekonomi yang linear. Eksploitasi sumber daya tak terbarukan masih dilakukan. Limbah organis yang dihasilkan tidak dikelola untuk diuraikan kembali dengan sempurna oleh alam.  Limbah sedari produksi, pemrosesan, pengemasan dan konsumsi menjadi masalah, terutama plastik dan limbah kimia lain. Proses produksi-konsumsi pangan arus utama masih tidak mengindahkan siklus alam yang sudah ada.

Proses produksi-konsumsi pangan dunia menekan daur-daur alam. Keberlangsungan siklus-daur tadi pun terpengaruh seiring ketika. Dan tentu dengan derajat yg tinggi, maka menurut itu terjadilah perubahan era Antroposen.

UNEP (United Nations Environment Programme) menerbitkan laporan di tahun 2016 berjudul Food Systems and Natural Resources atau Sistem Pangan dan Sumber Daya Alam.(14) Di dalam tabel berikut dijabarkan penggunaan sumber daya terbarukan dan tidak terbarukan di rantai pangan. Terlihat bahwa rantai pangan bergantung pada sumber daya tidak terbarukan, baik dalam penanaman, produksi, pemrosesan, pemasakan, pengemasan dengan berbagai jenis kemasan termasuk plastik, hingga kebutuhan energi untuk penyimpanan dan penjualan.

Rantai pangan jua amat bergantung dalam sumber daya terbarukan. Tetapi kita bisa menyimpulkan berdasarkan praktek arus utama bahwa pengelolaan manusia terhadap aspek ini pun bermasalah.

Fungsi-fungsi Sumber Daya Alam yang diperlukan untuk kegiatan rantai sistem pangan. Banyaknya titik menunjukkan perkiraan relatif penggunaan. Disadur dari laporan UNEP (2016). (15)

Hubungan antara penggunaan sumber daya dan dampak lingkungan di sistem produksi pangan. EGS merupakan singkatan dari Ecological Goods and Services  (Barang dan Jasa Ekosistem), yang merujuk pada material dari alam dan layanan dari infrastruktur atau siklus alam. Disadur dari laporan UNEP (2016). (16)

Di pada laporan yang sama, sebuah diagram sistem menjabarkan interaksi antara penggunaan kedua jenis asal daya alam tadi & impak terhadap aspek-aspek alam. Sistem pangan sesungguhnya menciptakan daur tertutup pada mana impak yg didapatkan mempengaruhi fungsi-fungsi alam pulang. Fungsi-fungsi alam tadi kemudian kita hegemoni lagi buat menghasilkan pangan. Lalu efek pun terjadi kembali, dan seterusnya.

Kebun Kail berkaitan erat  infrastruktur alam; siklus air, udara, kualitas tanah, keanekaragaman hayati, dll. (Dok Kail)

Semakin tinggi tekanan dampak ke alam, kualitas fungsi alam menurun. Lalu hasil pangan kita akan menurun juga, baik dari segi kualitas dan kuantitas. Ketika kita masih bertahan dengan cara-cara yang masih memberikan tekanan dampak ke alam, maka kualitas fungsi alam akan terus menurun. Begitulah sistem pangan bergantung pada alam dan mempengaruhi alam. Di dalam Cara Berpikir Sistem (System Thinking), siklus sistem yang semakin menurun/menaik disebut juga reinforcing loop.

Sampah makanan

Sistem pangan, yang beroperasi dengan fungsi alam, menghasilkan limbah atau material sisa produksi-konsumsi. Kita tidak dapat memungkiri bahwa material tersebut masih berada di alam. Dan  material-material hasil sisa produksi-konsumsi mempengaruhi fungsi alam.

Telah diajukan di awal tulisan bahwa salah satu indikator Antroposenadalah masifnya material plastik dan aluminium dari hasil kegiatan manusia. Ada juga material fosfor, kalium, dan nitrogen. Material-material tersebut banyak sekali digunakan di sistem pangan, sedari penanaman, produksi, pengemasan dan penjualan. Dapat kita ketahui juga dari diagram sistem di atas bahwa plastik dapat memberikan kontaminasi terhadap alam. Begitu juga material lainnya jika hadir dalam kadar yang mengganggu keseimbangan.

Dari aktivitas produksi-konsumsi, dihasilkanlah sisa material-material organis seperti sisa makanan, sisa material dari proses produksi dan pengolahan, material yang hilang atau terbuang saat proses transportasi dan penjualan, lalu material yang terbuang dari pola makan manusia. Material tersebut yang seringkali diberi istilah food waste atau di dalam tulisan ini akan disebut sampah makanan. Di negara berkembang, sampah makanan banyak terbuang dari sejak proses produksi hingga penjualan. Sedangkan di negara maju, sampah makanan banyak muncul dari perilaku pola makan manusia/konsumen.

Sampah kuliner, New York, Amerika Serikat. Amerika Serikat membuat 277 kg sampah kuliner per kapita. (Wikimedia Commons)

Dalam sebuah penelitian, Indonesia membuat sampah kuliner paling banyak per kapita kedua berdasarkan 24 negara dunia yg diteliti. Secara berurutan keempat negara terbesar adalah: Arab Saudi, Indonesia, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab. Indonesia membuat 300 kg sampah kuliner per kapita. (17)

Sampah makanan, di Indonesia maupun secara global, masih lebih banyak terbuang ke TPA atau landfill. Sampah makanan tercampur dengan material lainnya yang dibuang oleh manusia ke sistem persampahan. Kita menghabiskan sangat banyak sumber daya tidak terbarukan, seperti bensin dan solar, untuk memindahkan sampah tercampur tersebut ke TPA.

Apa yg sanggup kita mulai?

Rangkaian kasus ini penting buat dipecahkan jika kita memiliki impian akan sistem pangan yg baik bagi seluruh. Baik & mencukupi bagi insan & baik bagi alam. Sebuah sistem pangan yang tidak membebani alam menggunakan dampak yg merugikan. Lantaran buat menghasilkan pangan, kita akan bergantung pada material-material dari alam dan siklus-siklus atau layanan dari infrastruktur alam.

Penting bagi kita buat memikirkan ulang perseteruan pada atas menggunakan lebih keseluruhan. Memandang sistem pangan bukanlah menjadi rangkaian linear dari produsen ke konsumen. Namun menjadi sebuah sistem kompleks pangan. Lalu mengkaji ulang pilihan-pilihan teknologi dan cara hidup kita baik menjadi individu juga gerombolan .

Secara fundamental, kerangka berpikir insan terhadap alam mempengaruhi pilihan-pilihan dan perilaku kita. Paradigma tersebut berangkat dari memori, pengetahuan & perasaan kita akan alam. Hal ini penting buat kita pikirkan ulang atau kita dekonstruksi.

Kita bisa memperkaya pengetahuan menjadi umat insan akan pangan dan ekologi. Lalu menelisik lagi perasaan kita terhadap alam itu sendiri. Apakah kita sudah mengenal alam? Apakah kita sudah memiliki pencerahan akan kebergantungan kita terhadap alam? Apakah kita berempati dengan semua ciptaan di alam?

Dengan bekal paradigma yg mulai kita pikirkan ulang, barulah kita dapat mengambil posisi. Barulah kita memilih menggunakan lebih sadar. Barulah kita dapat mulai memikirkan hal-hal kreatif dalam memenuhi kebutuhan pangan kita & membantu perbaikan sistem pangan.

Menara cacing pada Kebun Kail merupakan sarana buat menguraikan residu kuliner. (Dok Kail)

Ada pilihan yang memang bisa kita lakukan pada ranah eksklusif atau keluarga. Namun terdapat juga batasan-batasan pada kondisi global saat ini. Maka dalam memecahkan rangkaian kompleks perkara, memang diperlukan upaya bersama.

Kita bisa menyelidiki lagi tabel dan diagram pada atas. Siapa saja aktor yang berperan pada tiap elemen kegiatan sistem pangan? Mulai berdasarkan produsen seperti petani & peternak, siapa saja yang memasak hasilnya, seluruh yang mengonsumsi pangan, siapa yg menguraikan limbah. Berapa poly sumber daya yg terbarukan dipakai & bagaimana menjaganya? Bagaimana membangun hubungan baru yang mentransformasi sistem yang linear supaya berkontribusi pulang pada alam?

Dan pilihan tadi bisa mulai berdasarkan hal yg sangat dekat & sederhana, misalnya tidak menyia-nyiakan kuliner & mencari cara mencegah sampah makanan kita hingga ke TPA. Bagaimana kita bisa mengakses layanan penguraian material organis? Mungkinkah kita mempunyai akses terhadap output pangan lokal yg tidak ditransportasikan menurut jauh?

Sedangkan untuk pilihan-pilihan pada skala yang lebih besar , tentu kita wajib beranjak bersama. Dengan melihat posisi kita di sistem pangan dan apa keahlian kita, baik menjadi individu juga kelompok. Apa saja yg bisa kita lakukan? Dan apa saja yg mampu dikolaborasikan menggunakan orang ataupun kelompok lain? Tentu sebelumnya dengan mempelajari lagi sistem pangan pada Era Manusia kini dan kerangka berpikir kita.

Ketika kita semua ada pada persimpangan jalan, jalan apa yang akan kita ambil? Apakah kita sanggup meniti sebuah jalan yang baru?

***

Daftar Pustaka :

1. Era baru setelah 12.000 tahun Holocene. Pengaruh manusia mengubah planet bumi sangatlah besar. Salah satu indikatornya adalah betonisasi dan polusi plastic. The Anthropocene epoch: scientists declare dawn of human-influenced age https://www.theguardian.com/environment/2016/aug/29/declare-anthropocene-epoch-experts-urge-geological-congress-human-impact-earth  Diakses 31 Maret 2018.

2. Crutzen P.J. (2006) The “Anthropocene”. In: Ehlers E., Krafft T. (eds) Earth System Science in the Anthropocene. Springer, Berlin, Heidelberg. https://link.springer.com/chapter/10.1007/3-540-26590-2_3  Diakses 31 Maret 2018.

3. Human imprint has thrust earth into new geological epoch: study. https://www.reuters.com/article/us-environment-anthropocene/human-imprint-has-thrust-earth-into-new-geological-epoch-study-idUSKBN0UL29O20160107  Diakses  31 Maret 2018.

4. Production, use, and fate of all plastics ever made http://advances.sciencemag.org/content/3/7/e1700782  Diakses  31 Maret 2018.

5. Atau atau 0.124 kg/kapita/minggu, data Badan Pusat Statistik 2017. https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/950/rata-rata-konsumsi-per-kapita-seminggu-beberapa-macam-bahan-makanan-penting-2007-2016.html  Diakses  3 April 2018.

6. Konsumsi per kapita http://www.nationalchickencouncil.org/about-the-industry/statistics/per-capita-consumption-of-poultry-and-livestock-1965-to-estimated-2012-in-pounds/  Diakses  3 April 2018.

7. https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/2015WR017053  Diakses  3 April 2018.

8. Food in the Anthropocene. https://www.smithsonianmag.com/smart-news/extinction-threatens-foods-we-eat-180965081/  Diakses  3 April 2018.

9. Overpopulation, overconsumption – in pictures. https://www.theguardian.com/global-development-professionals-network/gallery/2015/apr/01/over-population-over-consumption-in-pictures?CMP=soc_567

10. Food systems in the Anthropocene https://www.futurelearn.com/courses/food-systems-southeast-asia/1/steps/107823  Diakses  3 April 2018.

11. Ibid.

12. FAO, IFAD, UNICEF, WFP and WHO. 2017. The State of Food Security and Nutrition in the World 2017. Building resilience for peace and food security. Rome, FAO. http://www.fao.org/3/a-I7695e.pdf  Diakses  3 April 2018.

13. The obesity crisis. https://www.mckinsey.com/mgi/overview/in-the-news/the-obesity-crisis  Diakses  3 April 2018.

14. UNEP (2016) Food Systems and Natural Resources. A Report of the Working Group on Food Systems of the International Resource Panel. Westhoek, H, Ingram J., Van Berkum, S., Özay, L., and Hajer M. www.resourcepanel.org/file/395/download?token=JqcqyisH Diakses  3 April 2018.

15. Ibid

16. Ibid

17. Food Sustainability Index: Food Loss and Waste. http://foodsustainability.eiu.com/food-loss-and-waste/  Diakses  5 April 2018.

Senin, 18 Mei 2020

[PROFIL] ORGANISASI DAN KOMUNITAS PEMERHATI ISU PAPAN

Oleh : Fransiska Damarratri

Lebih berdasarkan 7 milyar insan hayati pada ruang-ruang bumi ini. Dalam ruang-ruang hayati tersebut, insan hayati bersama membangun rumah-rumah buat bermukim & semua pendukung kehidupan mereka. Manusia pun memenuhi kebutuhan hayati menggunakan banyak sekali upaya kebudayaan, termasuk melalui teknologi, pada antara tegangan antar pihak & batasan daya dukung alam.

Masalah-masalah, perihal, dan upaya penyelesaian pun timbul. Manusia lantas berkumpul buat mengusahakan ruang hidup yang lebih baik. Usaha-bisnis kolektif itulah yg tidak sporadis menjadi arus-arus pergerakan sosial.

Tak terkecuali di Indonesia, wacana-wacana tentang isu ruang hidup juga digerakkan oleh berbagai kelompok. Kelompok-kelompok ini cukup beragam, dari yang berbasis gerakan warga, sosial kebudayaan, keprofesian, akademik, hingga komunitas anak muda. Kali ini Pro:aktif Online mencoba mencuplik profil 4 organisasi dan komunitas  yang peduli terhadap isu papan di Indonesia.

1.      Kolektif Agora (Bandung)

Melihat ruang kosong akan literasi mengenai perkotaan pada Bandung, 3 anak muda menginisiasi sebuah program diskusi yang diberi nama Agora. Diskusi itu pun berkembang sebagai sebuah kolektivitas yang selain berdiskusi pula mengumpulkan pemikiran pada bentuk goresan pena, dan menyebarluaskannya pada media sosial. Kolektif Agora sebagai wadah di mana isu-info tentang perkotaan dibahas, lalu pembahasan tadi dikumpulkan dan dikomunikasikan ke khalayak, terutama kaum belia kota.

Diskusir #8 Kolektif Agora menggunakan tajuk "Memungut Remah-remah Wacana Rumahdanquot; (Mei 2018, Sumber: Instagram @kolektifagora)

Pembahasan mengenai kota, dari Kolektif Agora, krusial buat disebarluaskan karena rakyat kota perlu tahu kota sebagai sistem yg saling berkaitan satu sama lain. Agar masyarakat kota yang masing-masing sudah mempunyai pencerahan atau perhatian terhadap satu isu eksklusif, menjadi terbuka wawasannya atas keterkaitan majemuk berita kota secara keseluruhan. Di kota Bandung, sudah poly upaya pemerintah buat menciptakan masyarakat kota nyaman. Namun pada luar itu, rakyat kota sendiri perlu mengulik hal-hal apa yang masih mampu terus diperbaiki.

Kolektif Agora memang lebih fokus pada proses literasi kaum belia. Harapannya, kaum muda bisa terinspirasi dan akhirnya berefleksi bahwa penyelesaian masalah kota tidak sanggup hanya mengandalkan satu-2 pihak saja yg menyediakan kebijakan & infrastruktur. Penyelesaian beserta harus dimulai juga menurut diri & lingkungan kaum muda.

Beberapa isu yang pernah dibahas di Kolektif Agora antara lain transportasi yang berkelanjutan, bangunan heritage, pangan, serta papan atau rumah. Salah satu tema yang akan digarap berikutnya adalah soal persampahan, yaitu bagaimana kota berinteraksi dan memproduksi sampahnya sendiri. Proses literasi di Agora pun mencoba menyentuh banyak sisi, mulai dari sisi psikologi hingga tataran abstrak seperti filsafat, hingga aspek teknis seperti kebijakan. Kolektif Agora memang menjadi wadah urun rembug dan diskusi, bukan sebuah kolektif yang sudah sedia dengan jawaban-jawaban akan sebuah isu.

Unggahan Kolektif Agora tentang perkara perumahan di Instagram (Sumber: Instagram @kolektifagora)

Terkait isu papan di perkotaan, Agora pernah mengangkat beberapa tajuk seperti: “Kelak Rumah Jadi Tak Lumrah”. Kolektif Agora juga pernah membuat survey kecil dibantu oleh @rumahpertama.id tentang bayangan rumah ideal oleh generasi muda. Hasil survey tersebut menunjukkan harapan yang jika disandingkan dengan kondisi riil terpaut jarak yang jauh karena berbagai hal: keterbatasan lahan, harga lahan, dan pendapatan. Namun banyak alternatif yang bisa diperjuangkan di luar solusi top down dari pemerintah atau developer. Terutama jika melihat pembangunan properti kini lebih berpihak pada kaum atas.

Alternatif-alternatif yang muncul dari diskusi antara lain konsep rumah tumbuh, social housing atau hidup secara komunal. Lalu juga pemanfaatan ruang-ruang kecil yang bisa ditinggali. Diskusi juga menguak akan mitos-mitos bahwa rumah susun atau apartemen itu tidak lebih buruk dari pada rumah biasa (landed house). Akan tetapi perlu diperhatikan cara-cara bagaimana perumahan vertikal itu dibentuk dan dibangun. Pasca diskusi, juga muncul wacana tentang kampung di Indonesia, sebuah proses pembangunan yang terkadang diberi stigma negatif, namun sifatnya yang organik dan swadaya bisa menjadi penting bagi masa depan perumahan kita. Sedangkan pertanyaan ke depan yang perlu dijawab juga adalah isu papan bagi mereka yang lebih membutuhkan dibandingkan kaum muda atau kelas menengah.

***

Kolektif Agora berharap lebih banyak lagi orang mampu terlibat dalam kegiatan-kegiatannya. Kolektif Agora membuka rubrik menulis buat siapa saja yang tertarik. Informasi lebih lanjut dapat dipandang pada blog & media sosial.

Kunjungi Kolektif Agora

Email: kolektif.Agora@gmail.Com

Instagram: @kolektifagora

Medium: medium.Com/kolektif-agora

Hubungi Kolektif Agora

Nayaka Angger: 0877-7797-7710

Naufal Rofi: 0857-6248-2052

2.      ASF-ID (Jakarta, Bandung, Malang, Semarang)

ASF-ID, Architecture Sans Fronti?Res Indonesia didirikan pada tahun 2015. ASF-ID sendiri merujuk pada organisasi arsitektural non-profit Architectes Sans Fronti?Res (Arsitek tanpa Batas), yang didirikan dalam 1979, & hub internasionalnya, ASF-Int (2007), yang bertujuan buat memberi wawasan sosial kepada arsitek, sarjana arsitektur, juga mahasiswa lewat ihwal juga aksi arsitektural. Kegiatan ASF-ID didasari oleh kesukarelaan & kontribusi dari anggota maupun simpatisan.

Dari grup yang bergiat di seputar Jakarta & Bandung dari tahun 2015, ASF-ID pun berkembang ke 2 kota yaitu Malang dan Semarang mulai kurang lebih tahun 2017. Pada 6 Mei 2017 pun diselenggarakan kegiatan Hari Relawan ASF-ID serentak di 4 kota jaringan tersebut. Lantas pada tanggal 30 September-1 Oktober 2017, diadakanlah Musyawarah yang mengumpulkan para perwakilan kota buat saling bertukar kabar dan berembuk tentang organisasi ke depan.

ASF-ID sendiri memiliki visi sebagai perkumpulan arsitek, akademisi, maupun profesional yang bekerja di akar rumput, bergiat untuk memfasilitasi komunitas maupun masyarakat yang membutuhkan pendampingan arsitektur maupun keswadayaan. Kegiatan ASF-ID pun beragam mulai dari kegiatan workshop, fasilitasi desain, diskusi wacana-wacana alternatif hingga pemetaan.

Warga Kampung Tongkol & maket Rumah Contoh

Pada akhir 2015 hingga awal 2016, ASF-ID mendampingi pembangunan partisipatif rumah contoh di Kampung Tongkol, bantaran anak Sungai Ciliwung, Jakarta Utara. Rumah contoh dengan konsep co-housing ini merupakan salah satu hasil kerja bersama perbaikan kampung dengan Komunitas Anak Kali Ciliwung, Jaringan Rakyat Miskin Kota, Urban Poor Consortium, Universitas Indonesia dan berbagai pihak lainnya. Perbaikan kampung (kampung upgrading) tersebut adalah upaya warga Kampung Tongkol, Krapu dan Lodan yang tergabung dalam Komunitas Anak Kali Ciliwung untuk mengantisipasi penggusuran yang akan dilakukan pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Karya rumah contoh tersebut mendapatkan penghargaan dari jaringan ASF Award 2017: Social Construction of Habitat.

Rumah Contoh pada Kampung Tongkol, Anak Kali Ciliwung, Jakarta Utara

Gotong royong menciptakan rangka bambu untuk atap

ASF-ID jua melaksanakan aktivitas seperti Pemetaan pada Kampung Pasirluyu-Bandung, Lokakarya Perencanaan & Konstruksi di Desa Jengger-Malang, Pembangunan Jembatan Bambu pada Solo, serta pembangunan PAUD Nur Hikmat di Tasikmalaya.

Selain itu, ASF-ID juga mengadakan kegiatan yang memantik wacana-wacana alternatif. Contoh kegiatan yang pernah dilaksanakan adalah Workshop Konstruksi Bambu, Pemutaran Film Dokumenter Chile Barrio, Pemutaran Film The Pruitt-Igoe Myth: An Urban Historydi berbagai kota, Diskusi “Arsitektur Partisipatoris: (di mana) Arsitektur, (siapa) Arsitek, dan (apa) Keindahan?”, serta banyak lagi diskusi dan kuliah umum lainnya di berbagai kota.

Acara nonton bareng dan diskusi film The Pruitt-Igoe Myth di ITB, Bandung

Terbuka kesempatan bagi siapa saja yg tertarik bergabung menggunakan ASF-ID, baik sebagai relawan juga donatur. Untuk mempelajari aktivitas-kegiatan modern ASF-ID silakan mengunjungi media sosial yg tercantum berikut.

Kunjungi ASF-ID

Website: http://asf.Or.Id

Meniti Batas: http://blog.Asf.Or.Id

Page: http://facebook.Com/asfindonesia

Hubungi ASF-ID

jakarta@asf.Or.Id

bandung@asf.Or.Id

malang@asf.Or.Id

semarang@asf.Or.Id

3.      Praksis - Studio Perencanaan Partisipatif dan Kajian Pembangunan (Bandung)

Praksis adalah studio perencanaan partisipatif dan kajian pembangunan yang berbentuk yayasan, berkedudukan pada Bandung. Praksis mempunyai penekanan pada 3 jenis aktivitas: pendampingan warga , konsultasi kepada kawan-mitra yang membutuhkan, dan riset aksi. Ada pula program-program lain seperti pembinaan & diskusi mengenai isu-isu partisipatif & pembangunan di rakyat.

Pertemuan lapangan Kelas Informal Praksis: presentasi output pemetaan dengan peserta & warga .

Yayasan Praksis didirikan oleh beberapa mahasiswa dan mahasiswi Arsitektur ITB pada tahun 1997. Pada masa itu, terutama pasca lengsernya Presiden Soeharto, salah satu isu utama yang dirasa para pendiri harus digarap adalah isu pemberdayaan masyarakat. Pendampingan pertama yang dilakukan adalah program pendampingan pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Otto Iskandar Dinata, Bandung pada  1997-2000. Dilaksanakan program untuk membantu PKL agar bisa tetap berjualan tetapi tidak saling merugikan dengan pihak lain. Solusi yang dihasilkan berbentuk kesepakatan desain. Desain tersebut lalu diimplementasikan oleh para PKL. Akan tetapi, di periode pemerintahan yang selanjutnya PKL tetap digusur. Setelah tahun 2000-an, Praksis sempat mengalami kekosongan kegiatan sebelum mulai aktif lagi di 2010 hingga sekarang.

Nilai-nilai dasar yang diperjuangkan Praksis dalam kegiatannya adalah terbentuknya kesadaran manusia yang selaras antara diri sendiri, masyarakat luas dan alam. Pemetaan partisipatif dan kajian pembangunan secara prinsip adalah salah satu tools untuk membantu mengembangkan kesadaran manusia itu sendiri. Praksis percaya bahwa jika manusia sudah sadar dan bisa menyelaraskan antara diri, masyarakat dan alam, maka pembangunan yang baik pun bisa terjadi.

Salah satu penekanan program Praksis kini adalah pendampingan di wilayah RW 05, Kelurahan Cibangkong, Bandung. Program ini sedang dalam proses mengusahakan prototip sistem liputan berbasis data yang didapat berdasarkan pemetaan partisipatif beserta rakyat. Harapan berdasarkan program ini adalah supaya pembangunan yg dilakukan rakyat RW 05 mampu sinkron menggunakan data-data riil di lapangan. Pembangunan permanen berjalan sinkron data lapangan, nir bergantung pada pergantian periode pemerintahan atau rezim.

Pemetaan partisipatif beserta rakyat RT 03/RW 05 Cibangkong, Kota Bandung

RW 05 Cibangkong sendiri adalah wilayah strategis yg terletak pada belakang tempat Trans Studio Mall. Wilayah memang sempat dirancang ke pada sebuah masterplan kawasan usaha. Tanah rakyat pun ditawar buat pembangunan apartemen & lainnya. Beberapa rakyat menjual tanahnya dengan harga yang relatif tinggi dan pindah ke lokasi lain. Tetapi mereka permanen bekerja pada wilayah Cibangkong, sebagai akibatnya mereka pulang-pulang setiap hari buat bekerja. Pada akhirnya, beberapa rakyat pun balik ke Cibangkong & menyewa rumah.

Praksis memandang, rumah atau papan nir sanggup terpisah dari kehidupan manusia. Rumah menjadi ruang itu sendiri terhubung dengan proses produksi ekonomi & sosial. Rumah harus dicermati secara integral ke aspek-aspek lain di kehidupan insan. Salah satu perkara mendasar di proses pembangunan sekarang adalah penekanan yang hanya melihat dalam aspek fisik atau nilai tanah saja. Selain kasus ekonomi & sosial, pembangunan juga harus menyesuaikan sumber-sumber daya alam yg ada.

Untuk berkontribusi di Praksis, siapa saja sanggup menghubungi hubungan atau akun sosial media yg tercantum. Praksis juga terbuka buat dikunjungi di alamat kantor Jalan Tubagus IV no. Lima, Bandung. Kontribusi sanggup berupa donasi, energi dan pikiran, ataupun sebagai pemberi saran dan inspirasi. Terbuka juga kesempatan buat pemagang yang tertarik dengan isu-isu yang digarap.

Kunjungi Praksis

Facebook: Praksis Indonesia

Hubungi Praksis

Ahmad Syaiful: 0815-6035-164

Okie Fauzi Rachman: 0815-6353-3091

4.      Paguyuban Kalijawi (Yogyakarta)

Paguyuban Kalijawi merupakan perkumpulan kelompok-kelompok warga yang bermukim di bantaran sungai Gajah Wong dan Winongo, Yogyakarta. Sebelum Paguyuban Kalijawi terbentuk, terselenggara kegiatan pemetaan partisipatif oleh ArkomJogja di dua kampung bantaran sungai Winongo dan Gajah Wong. Dari kegiatan tersebut, terkumpul potensi serta permasalahan kampung yang diaudiensikan bersama kepada pemerintah. Masalah yang sama-sama dirasakan oleh warga bantaran antara lain: rumah tidak layak huni, status tanah informal, hingga masalah sanitasi dan sampah.

Akhirnya, warga yg terkumpul bersepakat membangun Paguyuban Kalijawi mulai Juli 2012. Kini Paguyuban Kalijawi mencakup 21 gerombolan aktif di 14 kampung bantaran Sungai Winongo dan Gajah Wong. Paguyuban ini sekarang mempunyai 7 divisi acara: permukiman, ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial-kemasyarakatan, advokasi-jaringan, dan kesekretariatan.

Kegiatan Paguyuban dimulai menurut mengajak masyarakat bantaran sungai menuntaskan perkara yg urgen berdasarkan hasil pemetaan dengan cara menabung berkelompok. Masalah urgen tadi merupakan tempat tinggal yg tidak layak huni. Warga yg tergabung lantas membangun grup berisikan 10 orang. Setiap orang mewakili satu keluarga, menyisihkan Rp 2.000 per hari. Sehingga pada 2 bulan terkumpul Rp 1.200.000 berdasarkan semua anggota.

Kelompok berkumpul buat melaksanakan pemetaan kasus dan potensi serta merencanakan banyak sekali hal mengenai kampung.

Lalu dana tersebut bergulir setiap dua bulan sekali selama 20 bulan, ditambah dengan dana stimulan menurut ArkomJogja, buat acara renovasi tempat tinggal . Para anggota kelompok pun memetakan prioritas pemugaran rumah, sehingga dana tersebut bisa bermanfaat menggunakan baik. Selain swadaya anggota, mereka pun mencari asal daya lain di luar Paguyuban Kalijawi. Dalam 10 bulan, terjadi renovasi buat 165 tempat tinggal . Di luar itu, ada 4 gerombolan masyarakat yang secara khusus menabung buat perbaikan talud sungai atau menciptakan balai rakyat.

Setelah itu, kelompok tabungan permanen berjalan. Dana Pembangunan Komunitas yang terkumpul digulirkan kembali menggunakan peruntukan yg lebih luas selain permukiman seperti buat ekonomi, kesehatan, pendidikan, bahkan kebutuhan khusus buat terbebas menurut hutang dengan bunga tinggi.

Sementara program pemetaan permukiman tetap berkembang hingga kampung lain. Hasil pemetaan pun pernah mempengaruhi kebijakan pemerintah. Salah satunya ketika warga Pringgodani, Mrican di bantaran Sungai Gajah Wong dapat terbebas dari wacana penggusuran permukiman kumuh di tahun 2016 dengan konsep perencanaan Mundur, Munggah, Madep Kali (M3K) atau Mundur, Naik dan Menghadap Sungai.

Paguyuban Kalijawi & ArkomJogja menerima kunjungan mahasiswa S2 Master of Human Rights and Democratization, FISIPOL UGM di Kampung Tegal RT 38/RW 08, Pakuncen, Yogyakarta. (Maret 2018, Sumber: Instagram @paguyuban_kalijawi)

Tujuan akbar Paguyuban Kalijawi merupakan hak bermukim. Hak bermukim yang dimaksud bukan berarti bangunan fisik rumah, namun lebih luas dan fundamental meliputi keamanan & ketenangan bermukim, dan terwujudnya masyarakat yang harmonis, cerdas, & sehat. Paguyuban Kalijawi mengupayakan serasi keluarga, menggunakan alam & bernegara dalam acara-programnya.

Ke depan, Paguyuban Kalijawi mempunyai mimpi yang lebih besar . Di antara masalah ketidakadilan kepemilikan tanah, harga tanah meroket tinggi, sampai program pemerintah yg susah diakses warga informal, Paguyuban Kalijawi bermimpi akan keamanan bermukim. Di lahan informal bantaran sungai, Paguyuban Kalijawi mencoba memenuhi kewajiban & mengikuti regulasi agar nir terjadi penggusuran. Cita-cita besar selanjutnya merupakan menabung bersama untuk membeli lahan komunal.

Semangat Paguyuban sangatlah besar untuk memetakan tanah potensial di pinggiran kota dan mencari skema dana di jaringan-jaringan seperti credit union. Dalam mimpi tinggal secara komunal, diharapkan terbangun permukiman yang layak huni, sehat, dengan masyarakat yang baik. Kepemilikan secara kolektif mendorong para pemilik lebih melindungi aset. Kasus penggadaian sertifikat hingga hilangnya aset kepemilikan tanah dapat dihindari.

Selain itu, Paguyuban Kalijawi juga mendorong anggota komunitasnya untuk belajar. Di antaranya pernah dilakukan lokakarya belajar acupressure hingga pembuatan jamu. Jika anggota Paguyuban menerima kenyataan paling pahit, yaitu tergusur dan kehilangan pekerjaan karena itu, anggota punya kemampuan untuk bisa bekerja mandiri dan memiliki perencanaan untuk menjadi ahli di bidang tertentu.

Paguyuban Kalijawi bekerja sama menggunakan Warga Pringgodani RW 08 menyelenggarakan Bakti Sosial memperingati Hari Habitat menggunakan tema: 'Kesehatan cara lain adalah salah 1 cara cerdas masyarakat Kalijawi pada mencapai terwujudnya pemukiman sehat nyaman dan berkualitas" (8 Oktober 2017, Sumber: Instagram @paguyuban_kalijawi)

***

Paguyuban Kalijawi membuka kesempatan buat kontribusi kepada siapa saja yang tertarik ingin berkegiatan juga belajar bersama.

Kunjungi Paguyuban Kalijawi

Facebook: Paguyuban Kalijawi

Instagram: @paguyuban_kalijawi

Email: paguyubankalijawi@gmail.Com

Hubungi Paguyuban Kalijawi

Atik (Sekretaris): 0838-1610-5939

Ainun (Divisi Advokasi-Jaringan): 0818-0426-0626

Cloud Hosting Indonesia