Tampilkan postingan dengan label Rumah KAIL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rumah KAIL. Tampilkan semua postingan

Jumat, 12 Juni 2020

[RUMAH KAIL] Ayo Minimalkan Sampah! - Belajar dari Cara Penanganan Sampah di Rumah KAIL-

Oleh : Melly Amalia – Koordinator Rumah KAIL

Sampah akan jadi menjijikan dan merusak keindahan bila tidak ditangani secara tepat. Biasanya ini disebabkan karena wadah pembuangannya tercampur antara material organik dan non organik atau tidak disimpan di tempat yang benar. Dalam hierarki penanganan sampah, biasanya kita mengenal istilah 3R (reduce, reuse, recycle). Banyak orang yang masih salah kaprah menerapkan konsep 3R ini dengan‘lompat’ langsung ke tahapan daur ulang (recycle). Padahal, sebaiknya konsep 3R ini dilakukan sesuai urutan prioritas, yaitu :

  1. Reduce - Kurangi sampah dari awal atau dari sumbernya,
  2. Reuse - Bila terpaksa menghasilkan sampah, gunakan kembali barang tersebut sesuai dengan kebutuhan, dan
  3. Recycle – Daur ulang sampah, yaitu mengubah sampah yang dihasilkan menjadi barang baru yang dapat dipergunakan lagi.Jadi perlu diingat bahwa recycle merupakan tahap terakhir dalam menangani sampah.
Dalam setiap kegiatan KAIL, Rumah KAIL berusaha memutar aliran material atau meminimalkan material yang dihasilkan. Mulai dari proses pembelian bahan baku, penyajian/kemasannya sampai ke pengolahannya. Meskipun KAIL bukanlah lembaga yang khusus bergerak di bidang lingkungan hidup, penanganan sampah merupakan bentuk kepedulian KAIL untuk berkontribusi dalam usaha pengurangan sampah di bumi serta kampanye hidup berkelanjutan.

Dari hasil identifikasi, sumber sampah dari Rumah KAIL berasal dari aktivitas dapur sehari-hari, konsumsi rapat, serta konsumsi kegiatan Program KAIL. KAIL mencoba menerapkan prinsip penanganan sampah yang pertama yaitu reduce untuk meminimalkan sampah yang dihasilkan.

Sebagai model, hal-hal yg umumnya kami lakukan adalah: kami mengingatkan sesama staf KAIL serta menyampaikan kepada peserta aktivitas dan tamu yg tiba ke Rumah KAIL buat tidak membawa kuliner/minuman yang menghasilkan sampah. Jika membeli barang atau makanan buat kegiatan KAIL, kami membawa wadah sendiri (misalnya misting, rantang, botol minum) dan tas kain. Saat memesan makanan pada warung, wadah kuliner/ rantang kami titipkan dalam penjual kuliner di warung beberapa ketika sebelumnya, sehingga makanan yg dipesan tidak dibungkus memakai kemasan kertas,plastik atau kresek. Ketika membeli kuliner, kami memilih membeli kuliner yang tidak berkemasan, kecuali bila berkemasan daun.

Dalam penyajian konsumsi pada Rumah KAIL, anda tidak akan menemukan air minum dalam kemasan gelas atau botol plastik. Kami menyajikan minuman yang kami masak berdasarkan air segar pegunungan dengan gelas/ cangkir.

Penyajian kuliner dan minuman pada setiap aktivitas di Rumah KAIL

- Mengurangi pemakaian alat dan bahan yang menghasilkan sampahBila dengan terpaksa tetap ada sampah yang dihasilkan, maka barang/sampah tersebut tidak langsung kami buang ke tempat sampah, tetapi akan disimpan dan digunakan kembali (reuse) bila sewaktu-waktu diperlukan. Tentu tujuannya untuk memperpanjang umur barang tersebut. Atau kami kumpulkan dan pisahkan material yang masih berfungsi atau bernilai ekonomi, misalnya tas kresek, dus kertas bekas makanan dan kemasan gula kiloan, untuk kemudian diberikan kepada pemulung.

Upaya untuk mengurangi & menggunakan balik sebagai prioritas utama dalam menangani sampah pada Rumah KAIL. Untuk jenis sampah residu atau yg tidak bisa dimanfaatkan sama sekali, misalnya baterai, kami sebaiknya semaksimal mungkin buat dikurangi atau diminimalkan pemakaiannya. Untuk material sampah organik, Rumah KAIL menerapkan beberapa alternatif pengolahan material organik, yaitu:

  1. Biodigester, yaitu suatu wadah atau bangunan penampung materi organik yang proses penguraiannya dibantu oleh bakteri metanogen untuk menghasilkan gas campuran (metan, karbondioksida dan gas lainnya), yang disebut biogas. Materi sampah organik untuk biodigester biasanya berasal dari sisa makanan dan sayuran, kotoran hewan, kotoran manusia dan materi organik lainnya. Di Rumah KAIL, biodigester berasal dari sisa makanan dan dari pembuangan urine atau tinja di kamar mandi. Biodigester ini dipasang di bawah tanah dan dari hasil pemrosesannya mengeluarkan gas yang dapat digunakan untuk bahan bakar kompor biodigester.
  2. Pengomposan dengan menggunakan keranjang Takakura serta menara cacing. Keranjang Takakura adalah salah satu metode pengomposan materi organik skala rumah tangga. Sedangkan menara cacing dibuat di kebun, di antara bed (tempat tumbuh tanaman yang dirancang secara khusus untuk) tanaman. Semakin banyak sisa makanan yang dibuang ke menara cacing, maka semakin banyak cacing yang datang dan mendapatkan makanan. Kehadiran cacing-cacing akan membantu tanah di sekitarnya menjadi lebih subur.
Sejak bulan November 2015, Rumah KAIL diramaikan oleh sekawanan hewan ternak bebek. Hebatnya, bebek-bebek ini juga membantu kami mengolah material organik. Caranya, dengan memakan segala jenis material organik yang berasal dari dapur. Sisa makanan, batang sayuran, semua akan ditelan bebek dengan lahap.Untuk material organik yang ukurannya besar, material organik dicacah dulu sehingga memudahkan bebek-bebek menelan makanannya.

Berbagai metode pengolahan materi organik pada Rumah KAIL (dimulai dari kiri atas searah jarum jam):

(1) menara cacing dalam bed; (2) menara cacing pada luar bed; (tiga) keranjang takakura;

(4) kompor biogas; (5) sangkar bebekDemikianlah ulasan mengenai pengolahan sampah di Rumah KAIL.Semoga ulasan ini menambah wawasan Anda mengenai pengolahan sampah yang bisa dilakukan pada skala rumah tangga.Kalau Anda bertandang ke Rumah KAIL, ingatlah buat tidak membawa kuliner atau minuman bungkus yg menghasilkan sampah. Ditunggu, ya, kedatangannya pada Rumah KAIL :)

*****

Selasa, 09 Juni 2020

[RUMAH KAIL] Merdeka dari Uang di Rumah KAIL

Oleh: Melly Amalia- Koordinator Rumah KAIL

Sejak berdiri hingga sekarang, KAIL poly berinteraksi menggunakan para aktivis. Banyak berdasarkan para aktivis ini mempunyai aneka macam tujuan hayati yg mulia, yaitu membuat perubahan dunia ke arah yg lebih baik di berbagai bidang. Masalahnya, kerja-kerja yang mereka lakukan tak jarang nir membuat banyak uang. Jangankan poly, batas cukup pun seringkali nir terpenuhi. Kerja-kerja buat menciptakan perubahan yang diperlukan seringkali merupakan kerja-kerja inisiatif baru yang belum dikenal orang, belum dianggap krusial & bahkan belum diketahui keberadaannya menjadi profesi. Jangankan menerima dukungan finansial, kerja-kerja buat menciptakan pencerahan akan pentingnya yang dilakukan itupun sudah membutuhkan tenaga tersendiri. Uang sering menjadi batu sandungan terbesar berdasarkan para aktivis buat mempertahankan idealismenya.

Permakultur
Sebagai kelompok pendukung para aktivis, KAIL mencoba menerapkan berbagai inisiatif untuk melepaskan diri sebanyak mungkin dari ketergantungan akan uang. Meskipun belum banyak hasil yang bisa dilihat, setidak-tidaknya ada beberapa prinsip yang sudah diterapkan di berbagai aspek organisasi KAIL. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.

Sistem Barter buat Mengikuti Kegiatan-kegiatan KAIL

Di dunia terkini ini, buat mengikuti berbagai aktivitas, khususnya aneka macam kegiatan pengembangan diri, kita perlu membayar menggunakan uang. Dengan demikian akses ke ilmu pengetahuan pun berbanding lurus menggunakan kemampuan membayar. Sebaliknya, kepemilikan ilmu pengetahuan akan menaikkan peluang untuk menghasilkan uang. Di dalam sistem semacam ini, terjadilah bulat yg terus memperkuat, yang punya uang tambah pandai , yg pintar tambah kaya, yang kaya bisa membayar buat sebagai lebih pintar dan seterusnya. Terjadilah jurang yang makin akbar antara mereka yang kaya dan yg miskin.

Hari Belajar Anak
Di KAIL, kesenjangan itu berusaha dikurangi. Pelatihan-pelatihan dan kegiatan-kegiatan KAIL tidak harus diakses dengan menggunakan uang. Tetapi pelatihan-pelatihan dan kegiatan-kegiatan itu tidak ada yang gratis. Semua yang terlibat berkontribusi. Uang digunakan sebagai salah satu cara untuk mempermudah pemberian kontribusi. Jika uang tidak dimiliki, maka ada seribu satu cara lain yang bisa digunakan untuk memberikan kontribusi dan bisa berkegiatan di KAIL.

Salah satu cara hadiah kontribusi merupakan dengan menggunakan barter menggunakan jam relawan. Pelatihan-pembinaan dan aktivitas-aktivitas pada KAIL dapat diakses menggunakan memberikan kontribusi sejumlah jam kerja buat melakukan aneka macam kegiatan yg ada di KAIL. Kegiatan-kegiatan itu beraneka macam, mulai berdasarkan mengurus tanaman di kebun KAIL, sebagai panitia (EO/petugas dokumentasi) di aneka macam kegiatan KAIL, menerjemahkan berbagai media pembelajaran KAIL, menjadi pembicara/mentor/fasilitator, mengurus perpustakaan, hingga mengurus Rumah KAIL. Barter ini juga sangat fleksibel dilakukan dengan mempertimbangkan dan menyesuaikan ketersediaan waktu, keahlian & minat masing-masing. Cara lain buat memberikan donasi merupakan menggunakan memberikan barang. Barang yang diberikan sanggup berupa aneka macam bahan makanan buat keperluan konsumsi kegiatan KAIL, baik kuliner jadi maupun bahan mentah. Untuk sumbangan dalam bentuk ini, syaratnya cuma satu, yaitu tidak membentuk sampah.

Jenis barang lain yg sanggup disumbangkan adalah pohon, benih & bibit buat ditanam pada kebun KAIL, aneka macam perlengkapan tempat tinggal tangga buat melengkapi perlengkapan Rumah KAIL, berbagai alat-alat pendidikan buat digunakan pada kegiatan-aktivitas KAIL, kitab buat melengkapi perpustakaan KAIL & banyak lagi. Semua barang tadi tidak melulu harus baru, barang bekas yang masih mampu dimanfaatkan pun, akan diterima.

Bentuk donasi lain yg juga mampu diberikan adalah akses. Misalnya menggunakan menaruh KAIL akses gratis ke aneka macam sumber pengetahuan yg akan memperkaya layanan KAIL, akses gratis ke berbagai kebutuhan KAIL, akses buat memperluas dampak kegiatan-aktivitas KAIL & sebagainya.

Skema Subsidi Silang antar Program KAIL, antar Individu, antar Komunitas.

Dalam kondisi eksklusif, buat melaksanakan program KAIL supaya permanen berjalan, ada jua yang memakai skema subsidi silang antar acara. Salah satu tujuannya merupakan supaya lebih banyak orang sanggup mendapatkan akses layanan KAIL & dapat menaruh manfaat lebih poly. Bentuk subsidi silang sanggup dilakukan dengan sesama acara KAIL, antara KAIL & individu yang mempunyai ketertarikan dengan layanan KAIL, atau pun KAIL dengan komunitas atau forum yang berdasarkan sisi pendanaan tidak punya tapi apabila komunitas atau lembaga tersebut menerima layanan KAIL akan berpengaruh besar terhadap perubahan positif yang dibutuhkan.

Pelatihan Cara Berpikir Sistem
Contohnya adalah, ada satu kelompok yang minta difasilitasi oleh KAIL dan KAIL merasa banyak kesesuaian visi misi dengan kelompok tersebut. Sehingga KAIL perlu mendukung program-program yang dilakukan oleh kelompok itu, salah satunya dalam bentuk dukungan layanan pelatihan. Selain itu, setiap orang yang hadir diharapkan dapat berkontribusi dalam bentuk apapun. Ada yang membawa bahan mentah makanan seperti beras, telur, dll, ada yang memberikan waktunya untuk memasak dan mengolah bahan mentah menjadi masakan, ada yang mencuci piring dan bersih-bersih, juga ada yang mengelola kebun KAIL.

KAIL ingin menciptakan itu semua sebagai mudah & akan banyak orang bisa mencicipi manfaat layanan yang KAIL berikan. Semua bentuk donasi akan kami terima. KAIL ingin mengajak seluruh orang buat agresif supaya bisa menerima akses segala aspek pembelajaran dengan adil dan setara. Terutama me-merdeka-kan diri berdasarkan uang!

Selasa, 02 Juni 2020

[RUMAH KAIL] RUMAH KAIL, TEMPAT BEREFLEKSI DAN MEMPERDALAM DIRI

Oleh: Melly Amalia

Rumah Kuncup Padang Ilalang atau lebih seringkali diklaim Rumah KAIL berlokasi di Kampung Cigarugak, Desa Girimekar, Kabupaten Bandung. Jarak berdasarkan sentra kota Bandung menuju Rumah KAIL sebenarnya hanya lebih kurang 15 km menggunakan jarak tempuh 1 jam (pada syarat kemudian lintas lancar). Kondisi jalan yang menanjak terasa jauh bagi mereka yang pertama kali berkunjung ke Rumah KAIL. Tapi pada kunjungan selanjutnya, Rumah KAIL bisa menciptakan rindu buat ingin datang ke sana lagi.

Rumah KAIL adalah bangunan berbentuk limasan khas Jawa Tengah, yang materialnya sebagian besar terdiri dari bahan kayu & material bekas lainnya. Dikelilingi oleh kondisi alam yang masih asri, udara yg bersih, keberadaan kebun dengan aneka jenis tumbuhan yang mampu dimanfaatkan, ternak hewan peliharaan (seperti bebek, kelinci dan marmut), pepohonan yang rindang, serta pemandangan sawah di kejauhan, memberi kesan rileks & sejuk ketika menginjakkan kaki ke dalamnya. Dalam syarat jenuh & penat berdasarkan akvitas rutin keseharian, Rumah KAIL memberi ?Angin segar? Dan membuatkan hembusan aura penuh kedamaian.

Rumah KAIL

Beberapa orang yg berkegiatan pada Rumah KAIL mengatakan, bahwa Rumah KAIL adalah tempat beristirahat & bekerja pada waktu bersamaan. Rumah KAIL menggunakan kegiatan yg terselenggara di bawah naungannya menjadi rumah pembelajaran, terutama buat belajar mengenal diri sendiri & berefleksi lebih pada. Rumah KAIL menjadi salah satu wahana para aktivis buat menemukan kembali makna hidup dalam diri, sehingga bisa memaksimalkan potensi diri yg ada buat melakukan perubahan-perubahan. Banyak kegiatan yg dilakukan pada Rumah KAIL, sembari berinteraksi dengan sesama, anak-anak, juga alam kurang lebih. Umumnya, kegiatan yg dilakukan merupakan seputar peningkatan kapasitas dan pengembangan diri yg sesuai menggunakan minat dan potensi masing-masing individu. Dengan mengikuti aktivitas pada Rumah KAIL, dibutuhkan pembelajaran yang sudah didapat mampu diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan memotivasi buat lebih mengenal diri lagi. Bila sudah memahami diri, harapannya kita bisa berkontribusi lebih banyak lagi dalam peran-peran pada rakyat.

KAIL sebagai organisasi yang mempunyai visi peningkatan kapasitas individu untuk perubahan sosial sudah memberikan training-pembinaan yg berkaitan menggunakan dukungan buat mengenal diri bagi setiap orang. Beberapa di antaranya merupakan :

? Pelatihan Penyusunan Visi Misi Pribadi, galat satu wahana mengenal diri lewat visi yang ingin dicapai & bagaimana meraih visi tadi.

? Workshop Capacitar, yg merupakan training self-healing atau pembinaan tentang pemberdayaan individu pada hal mengindentifikasi kesehatan pribadi & penyembuhan diri secara keseluruhan.

? Hari Belajar KAIL, menyuguhkan tema-tema terkait pengembangan diri.

Selain itu, KAIL telah menerbitkan beberapa modul yg berhubungan dengan pemahaman diri dan peningkatan kapasitas individu, yaitu di antaranya adalah : Manajemen Waktu, Manajemen Keuangan, Pernyataan Visi Misi Pribadi, Cara Belajar, dan sebagainya. Pada kebanyakan kegiatan KAIL, sesudah mengikuti pembinaan, para aktivis diharapkan bisa mengimplementasikan ilmu atau wawasan yg dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga sanggup menambah kapasitas diri, mengenali kebutuhan eksklusif & menyadari kiprah kita pada global ini sinkron menggunakan kemampuan yang kita miliki.

Beberapa sudut ruang pada Rumah KAIL menjadi loka kesukaan sahabat-teman buat mendukung kegiatan & menambah wangsit. Salah satu model, bagian ruang teras atas yg menghadap kebun menjadi loka favorit salah seorang staf Kail dalam melakukan kegiatan. Perasaan hening, tenang, menyejukkan, menemani suasana hati saat berada di sana, sehingga bisa lebih fokus pada bekerja.

Kebun & komponen yang terdapat di dalamnya menyiratkan energi kesegaran buat berinteraksi dengan alam. Pengalaman berkebun bagi staff juga para relawan Kail memberi pengalaman baru yang mendukung pemahaman diri menjadi manusia yg dibutuhkan dapat hidup selaras dengan alam. Beberapa kali hasil kebun Rumah Kail telah dipanen dan dikonsumsi. Hal ini jua menaikkan pengetahuan para staff maupun relawan tentang nutrisi alami yang mendukung kesehatan tubuh.

Di sudut Rumah Kail yg lain, terdapat labirin. Labirin merupakan alur-alur melingkar yg jika ditelusuri menurut sisi luar akan mengantarkan orang tepat ke tengah atau sentra berdasarkan labirin tersebut. Ia adalah simbol ajakan buat setiap orang memasuki diri, mengenal & memahami diri sendiri. Bagaikan kulit bawang yang berlapis-lapis, maka setiap orang diajak buat mengupas lapisan-lapisan yang ada di dalam diri buat semakin mengenal dan memahami makna hidupnya.

Salah satu bagian Rumah KAIL yg dijadikan tempat beraktivitas

Labirin, media pengenalan diri

Mungkin setiap orang yang sering berkunjung ke Rumah KAIL mempunyai loka kesukaan masing-masing pada bagian Rumah KAIL lainnya, yang membuahkan ruang tadi menjadi keliru satu media merefleksikan & lebih mengenal diri.

Mari rasakan & resapi keberadaan kita di antara setiap bagian Rumah KAIL & sekitarnya. Semakin kita perdalam dan semakin kita banyak berinteraksi, akan semakin pada pula kita mengenal diri. Kalau kita bisa mengenali diri sendiri, maka visi hidup kita akan terbuka luas. Akhir kata, mari, berkunjung ke Rumah KAIL.

?If you are working on something exciting that you really care about, you dont have to be pushed. The vision pulls you? (Steve Jobs)

Jumat, 29 Mei 2020

[RUMAH KAIL] KERAGAMAN DI KEBUN KAIL

Oleh : Any Sulistyowati

Sejak tahun kemudian KAIL telah membuatkan halamannya sebagai sebuah kebun. Kebun tersebut berisi beraneka ragam tanaman . Ada tumbuhan sayuran, butir-buahan, umbi-umbian, bunga-bungaan dan banyak sekali pohon kayu. Kebun tadi dibuat menggunakan memakai prinsip-prinsip Permakultur.

Beragam flora di kebun KAIL. Sumber foto : KAIL

Mengapa Permakultur?

Menurut wikipedia, https://en.wikipedia.org/wiki/Permaculture , permakultur adalah sebuah sistem pertanian yang memanfaatkan pola-pola dan bentuk-bentuk yang ada di alam. Pola-pola dan bentuk-bentuk ini kemudian diadaptasi untuk perancangan berbagai sistem yang dibutuhkan manusia, seperti pertanian, pembuatan bangunan, dan bahkan sistem ekonomi. Hasil akhir yang diharapkan dalam jangka panjang adalah sebuah sistem pertanian yang kompleks dengan produksi pangan dan materi yang tinggi tetapi dengan input yang minimal.

Sistem ini mula-mula dikembangkan oleh David Holmgren dan Bill Molisson sejak tahun 1978. Pada awalnya istilah permakultur mengacu pada permanen agrikultur (pertanian permanen), tetapi kemudian berkembang dan meluas menjadi permanen kultur, yang mencakup pula aspek sosial dan ekonomi.

Dalam permakultur digunakan pendekatan cara berpikir sistem yang menyeluruh ( https://permacultureprinciples.com/ ). Pendekatan ini tidak hanya memperhatikan elemen-elemen, tetapi juga sangat menekankan pada hubungan antar elemen. Dengan pendekatan ini diharapkan akan dihasilkan sinergi, yaitu hasil keseluruhannya lebih besar daripada penjumlahan masing-masing bagian-bagian.

Sistem permakultur dikembangkan dengan menggunakan tiga prinsip utama, yaitu (1) peduli pada bumi/alam, (2) peduli pada sesama manusia, (3) pembagian keuntungan yang adil. Tiga prinsip utama ini kemudian diturunkan menjadi prinsip-prinsip perancangan permakultur yang lebih praktis, dalam bentuk strategi perancangan dan pengelolaan lahan. Strategi-strategi yang digunakan di dalam permakultur sangat bervariasi sesuai dengan kondisi alam dan budaya masing-masing. ( https://permacultureprinciples.com/ ).

Zonasi pada kebun KAIL

Salah satu keunikan permakultur adalah adanya sistem zonasi. Sistem zonasi dibuat untuk memaksimalkan hasil dengan minimum upaya pengelolaan. Zonasi dibuat dengan nomor 0 sampai 5, yang didasarkan pada intensitas pengelolaan dan jaraknya dari rumah sebagai pusat pengelolaan permakultur. Semakin jauh dari rumah, semakin besar nomor zonasinya.

Rancangan awal pengembangan zonasi pada kebun KAIL. Sumber foto : KAIL

Rumah dan kebun KAIL berusaha berbagi sistem zonasi tadi dengan cara sebagai berikut:

Zona 0, yaitu Rumah KAIL

Rumah KAIL dirancang dengan menggunakan sebanyak mungkin prinsip-prinsip selaras alam. Bahan kayu yang merupakan sumberdaya yang dapat diperbarui dipilih sebagai elemen desain utama rumah. Untuk meningkatkan nilai keberlanjutannya dipilih kayu-kayu bekas dari bongkaran rumah-rumah yang tidak terpakai. Untuk meminimalisir dampak pembuatan rumah terhadap alam, sumberdaya yang tidak diperbarui digunakan sesedikit mungkin. Penggunaan semen, pasir, besi dan bahan-bahan tambang lainnya diminimalisir. Penggunaan bahan-bahan tersebut terutama untuk memenuhi fungsi keamanan dari rumah yang sulit digantikan dengan bahan yang lain. Untuk komponen-komponen yang memungkinkan menggunakan bahan bekas, maka penggunaan bahan bekas lebih diutamakan daripada bahan yang baru. Keramik, kaca dan kloset yang ada di Rumah KAIL merupakan bahan-bahan bekas.  Rumah KAIL juga meminimalisir penggunaan energi dengan cara menggunakan banyak bukaan untuk mengurangi penggunaan listrik untuk penerangan dan AC.

Zon a  1 , yaitu bagian kebun yang terdekat dengan Rumah KAIL.

Di zona-zona ini ditanam berbagai tanaman yang paling membutuhkan perawatan intensif. Termasuk di dalamnya adalah aneka sayuran dan bumbu yang sering dimanfaatkan sebagai bagian dari konsumsi kegiatan-kegiatan di Rumah KAIL. Dalam bed-bed di zona ini terdapat rumah-rumah cacing untuk mengolah sisa-sisa makanan dari Rumah KAIL. Diharapkan tanah di sekitarnya akan menjadi gembur dan subur secara alami. Di dekat zona ini juga terdapat kolam ikan.

Menara cacing pada bed kebun KAIL. Sumber foto : KAIL

Zona 2, yaitu zona yang berisi tanaman-tanaman tahunan yang membutuhkan perawatan yang tidak intensif, seperti berbagai jenis tanaman buah-buahan, sayur dan bumbu yang dipanen musiman. Di zona ini terdapat lubang-lubang kompos untuk memproses daun kering dan ranting-ranting yang gugur.

Zona 3, yaitu zona yang berisi berbagai tanaman yang kurang membutuhkan perawatan. Di zona ini mulai ditempatkan unggas, yaitu bebek yang menghasilkan telur untuk memenuhi sebagian kebutuhan protein di Rumah KAIL.

Zona 4, berisi berbagai  tanaman kayu yang menghasilkan stok kayu bakar dan bahan bangunan.

Zona 5 adalah zona liar yang dalam jangka panjang tidak memerlukan campur tangan manusia. Di Rumah KAIL, zona ini terletak di tebing dekat sungai. Dalam jangka panjang diharapkan zona ini berkembang secara alami dan tidak memerlukan perawatan sama sekali. Saat ini, kami masih melakukan intervensi berupa penanaman kayu dan perdu untuk mencegah longsor.

Di Rumah KAIL, batas-batas antar zona tidak terlalu kentara terlihat. Hal ini disebabkan karena (1) terdapat jenis flora yang cocok ditempatkan di lebih dari satu zona; & (2) luas huma Rumah KAIL yg nisbi kecil sehingga relatif sulit dibuat batas zonasi yg tegas. Kami pula membuat integrasi antar zona dengan menciptakan jalan setapak yg bisa digunakan buat jalur lari atau jalan kaki. Ini juga menambah fungsi kebun menjadi tempat rekreasi dan bermain anak-anak, di samping fungsi utamanya sebagai asal pangan dan materi.

Beragam flora di bed kebun KAIL bagian depan. Sumber foto : KAIL

Pengelolaan kebun KAIL

Sebelum melakukan perancangan, kami melakukan beberapa proses lokakarya untuk mendalami metode permakultur. Setelah itu, kami mengambil waktu untuk mengamati pola di alam dan di masyarakat. Dari proses tersebut, kami mencari inspirasi untuk perancangan kebun.

Pak Enjang, koordinator kebun KAIL panen kacang tanah. Sumber foto : KAIL

Di kebun KAIL, setiap staff dapat mengelola minimal satu bed. Bed adalah unit terkecil satuan ruang yang digunakan untuk bercocok tanam. Bentuk bed bisa bermacam-macam, sesuai ketersediaan lahan dan kreativitas pembuat. Kami dapat memilih lokasi, mengamati karakteristik lokasi tersebut dan memilih tanaman-tanaman yang cocok untuk ditanam di sana. Adakalanya sebuah bed mengalami pembongkaran berkali-kali. Biasanya hal ini terjadi karena kami salah memperkirakan karakteristik bed dengan kebutuhan tanaman. Akibatnya tanaman-tanaman tidak berkembang dengan baik atau mati. Kemudian kami memindahkan tanaman-tanaman tersebut ke bed lain yang lebih cocok serta menanam tanaman-tanaman baru yang lebih cocok ditanam di bed kami. Dari proses ini kami membuat perbaikan rancangan sehingga kualitas masing-masing bed semakin lama semakin baik, semakin permanen dan semakin berkurang kebutuhan perawatannya.

Pembuatan bed. Sumber foto : KAIL

Di Kebun KAIL kami menanam majemuk jenis tanaman . Selain buat mendapatkan majemuk output panen, hal ini juga kami lakukan buat mengurangi kerentanan terhadap agresi hama dan penyakit. Kami mengutamakan spesies-spesies lokal yang poly pada temukan pada Jawa Barat. Kami mempunyai koleksi beraneka tumbuhan kayu yang berasal dari hutan alam Indonesia, tumbuhan umbi-umbian, tumbuhan bumbu & sayuran yg bermanfaat. Dari jenis-jenis tadi, terdapat yg telah kami ketahui cara pemanfaatannya, ada pula yg masih pada tahap eksplorasi. Ada juga beberapa spesies asing yang kami tanam tetapi terbatas dalam jenis-jenis yg memang kami konsumsi buat keperluan pangan atau bumbu di Rumah KAIL.

Rumah dan kebun KAIL juga menerapkan sebanyak mungkin siklus materi tertutup. Untuk itu kami menerapkan biodigester untuk toilet, yang hasilnya adalah biogas yang dapat digunakan untuk memasak, serta slurry yang dapat digunakan sebagai pupuk cair. Penggunaan biogas ini juga sejalan dengan semangat untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

Kegiatan anak-anak di tengah kebun KAIL. Sumber foto : KAIL

Kebun KAIL pula berkontribusi dalam pengelolaan sampah organis di Rumah KAIL. Semua sampah organis berdasarkan Rumah KAIL disalurkan ke kebun, antara lain buat pakan kelinci, marmut, pakan bebek, atau diurai pada rumah cacing, bak kompos & biodigester. Hasilnya merupakan sumber nutrisi bagi kebun dalam bentuk pupuk sangkar, pupuk cair & kompos.

Saat ini Kebun KAIL belum bisa membentuk 100% bahan pangan yang kami butuhkan. Sebagian besar masih dibeli menurut pasar atau tetangga lebih kurang. Waktu panen pun acapkali tidak sesuai menggunakan jadwal kegiatan. Kami masih perlu memperbaiki penjadwalan dan mencari cara-cara pengolahan hasil panen sebagai akibatnya bisa dipakai dalam jangka panjang.

Lepas dari aneka macam persoalan yg ada, kebun KAIL sudah memberikan banyak sekali manfaat bagi kami semua. Selain menjadi sumber pangan yg sehat dan ramah lingkungan, ada jua aneka macam manfaat lainnya misalnya: ketenangan dan estetika, tempat buat melakukan berbagai kegiatan pada luar ruangan, udara yang lebih segar & higienis, serta kesempatan buat menyalurkan kegemaran berkebun. Kebun KAIL pula telah sebagai media buat menjalin silaturahmi dengan tetangga pada bentuk menyebarkan output panen.

Demikian cerita singkat mengenai kebun KAIL. Jika tertarik untuk menilik prinsip permakultur atau bergabung sebagai relawan, silakan berkunjung ke Rumah KAIL.

Menikmati roti bakar di kebun KAIL. Sumber foto : KAIL

***

Selasa, 26 Mei 2020

[RUMAH KAIL] PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP SELARAS ALAM DI RUMAH KAIL

Oleh : Any Sulistyowati

Bumi ini sangat kaya dengan asal daya alam. Dari generasi ke generasi, manusia sudah memanfaatkan alam buat memenuhi banyak sekali kebutuhan hidupnya. Peningkatan jumlah penduduk telah menaikkan kebutuhan akan konsumsi sumberdaya alam. Ketersediaan sumberdaya alampun semakin berkurang. Selain itu, sumberdaya yang ada pun kualitasnya makin lama makin berkurang.

Untuk beberapa jenis sumberdaya, jumlahnya sampai pada batas yang sangat mengkhawatirkan. Seperti yang dapat kita lihat untuk sumberdaya yang dapat diperbarui, misalnya kayu-kayu hutan atau ikan-ikan di laut. Pemberian izin untuk pembukaan kawasan hutan alam untuk perkebunan, pertambangan dan pemukiman telah menyebabkan pengurangan luas hutan secara makin cepat. Kayu-kayu di hutan ditebang habis. Penebangan kayu ini tidak hanya mengurangi stok kayu di alam, tetapi juga merusak seluruh ekosistem yang terkait pohon-pohon kayu tersebut. Dengan hilangnya pohon-pohon tersebut, rusaklah habitat berbagai makhluk hidup yang tinggal di sana. Dengan rusaknya habitat, hilang pula keanekaragamaan hayati yang sangat kaya yang semula memenuhi hutan alam tersebut. Demikian juga penangkapan ikan telah menguras stok ikan di laut sekaligus merusak terumbu karang tempat berkembang biaknya ikan-ikan tersebut.

Kondisi serupa terjadi untuk sumberdaya yang tidak dapat diperbarui. Tambang-tambang telah mengambil begitu banyak mineral dari perut bumi. Kecepatan pengambilannya semakin cepat, sehingga menyebabkan pengurangan ketersediaan sumberdaya  secara besar-besaran serta berbagai kerusakan yang parah pada ekosistem di sekitarnya.

Di sisi lain, konsumsi sumberdaya pula menghasilkan poly sekali limbah, baik berdasarkan sisi jumlah dan ragamnya. Limbah-limbah tadi nir sanggup lagi diurai oleh alam dan menyebabkan berbagai kasus misalnya keracunan dan penurunan kualitas sumberdaya alam. Limbah-limbah ini merupakan butir dari gaya hidup terbaru yg penuh kemasan, mencari kemudahan dengan produk sekali pakai, serta nafsu berbelanja untuk mengejar tren modern.

Pola hidup pada atas sudah mengakibatkan eksploitasi alam yang masif dan kerusakan-kerusakan alam yg kian parah pada skala yang makin mengglobal. Krisis tadi juga membentuk dampak-efek negatif yg mengurangi kualitas hidup insan. Diperlukan ketika yang relatif usang untuk memulihkan syarat alam agar sehat pulang. Perbaikan situasi ini akan membutuhkan kontribusi aktif semua pihak pada aneka macam strata, baik secara individu maupun secara kolektif.

Menanggapi problem di atas, kami pun ingin berkontribusi pada upaya pemulihan syarat alam tadi. Upaya tersebut diantaranya dilakukan menggunakan menerapkan prinsip-prinsip selaras alam sebesar mungkin pada pada perancangan Rumah Kail dan pengelolaan kegiatan-kegiatan yg kami selenggarakan . Kami berharap inisiatif-inisiatif yg kami lakukan bisa memperlambat kerusakan alam sekaligus memperbaiki kualitas alam, minimal di lingkungan di kurang lebih kami.

Dalam perancangan Rumah Kail, kami menetapkan buat nir menggunakan kayu-kayu hutan yg baru. Kami lebih menentukan buat memakai kayu-kayu bekas yang kami dapatkan menurut tukang loak. Kami pula memakai tempat tinggal bekas yang dijual pemiliknya lantaran hampir roboh. Kayu-kayu tempat tinggal itu kami pilih bagian yg masih rupawan, dikerok lagi berdasarkan kotoran-kotoran yg menutupinya sehingga kelihatan rona dan tekstur kayu aslinya.

Rumah KAIL, sebagian akbar material pendukungnya asal berdasarkan bahan bekas (Dokumentasi KAIL)

Hampir semua bagian Rumah Kail menggunakan bahan bekas. Selain kayu bekas, kami juga menggunakan barang bekas seperti genteng, keramik untuk lantai, kloset sampai kaca untuk jendela dan pintu. Tantangan dalam penggunaan barang bekas untuk rumah adalah seringkali kami tidak bisa mendapatkan barang dengan corak, warna dan ukuran yang sama. Menjadi tantangan tersendiri untuk memadupadankannya sehingga tetap berfungsi baik dan cantik. Misalnya dalam kasus atap, karena gentengnya berbeda-beda ukurannya, kami perlu menghabiskan cukup banyak waktu untuk bongkar pasang agar tidak bocor. Demikian juga dengan keramik untuk lantai.

Untuk perabot, kami menggunakan kayu menurut bekas peti kemas yang kami beli dengan harga murah sekali di pusat pembongkaran peti kemas. Peti-peti itu kemudian kami bongkar dan kami mendapatkan papan-papan & balok-balok yg dapat digunakan buat membuat meja, kursi dan lemari. Masalahnya kayu--kayu peti itu masih kasar, sehingga perlu diserut dulu sebelum bisa dijadikan perabot. Untuk itu, beberapa tukang lokal kami undang buat menyerut & menciptakan berbagai perabot di Rumah Kail. Selain perabot, kayu-kayu bandela ini juga diolah sebagai panel dinding & pintu Rumah Kail.

Kami juga menanam poly pohon pada kebun Kail termasuk berbagai pohon kayu & bambu buat cadangan material bila diperlukan perbaikan tempat tinggal atau perabot pada masa yang akan datang. Saat ini ada beberapa tiang teras dan bangku-bangku taman memakai kayu-kayu yang kami panen menurut kebun sendiri.

Pohon-pohon pada kebun Rumah KAIL

Untuk berhemat listrik, Rumah Kail didesain menggunakan poly bukaan. Lewat bukaan tadi, sinar mentari bisa masuk dan menerangi ruangan. Selain buat menerima cahaya, bukaan ini pula memungkinkan udara segar masuk ke ruangan. Dengan rancangan tempat tinggal semacam ini, kami bisa berhemat listrik untuk penjelasan & tidak memerlukan penyejuk udara.

Untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya di Rumah Kail, kami merancang pemenuhan berbagai kebutuhan rumah mengikuti siklus materi dan energi yang ada. Sebagai contoh, kami memasang biodigester di toilet, yang mendaur ulang tinja-tinja dan sampah makanan yang dihasilkan para pengunjung Rumah Kail menjadi pupuk untuk kebun dan gas yang kami gunakan memasak. Hanya saja, karena jumlah pengunjung yang menginap masih sedikit, maka gas yang dihasilkan pun masih sedikit. Jadi kami masih memperlukan bahan bakar cadangan dari gas LPG.

Kami juga memanfaatkan siklus air dan siklus hasil kebun. Semua air limbah di Rumah Kail disalurkan ke kebun. Kami membuat sistem penampungan air hujan untuk menyirami kebun. Kebun-kebun itu akan menghasilkan makanan dan minuman yang kami konsumsi selama kegiatan. Sisa-sisa makanan itu kemudian kami kembalikan ke kebun, lewat bak kompos, rumah cacing, atau diberikan sebagai pakan bebek dan marmut, yang kemudian menghasilkan kotoran untuk dijadikan pupuk untuk kebun.

Pemanfaatan daur di dalam perancangan rumah merupakan salah satu upaya membarui limbah yg menyebabkan perkara menjadi sumberdaya yang menaruh manfaat buat alam dan insan. Dengan memanfaatkan siklus, diharapkan jumlah limbah yg mencemari alam dapat berkurang.

Selain lewat rancangan rumah, kami juga menerapkan prinsip yang sama untuk kegiatan-kegiatan Kail. Kami berusaha sedapat mungkin mengurangi jejak ekologis dari kegiatan kami, dengan cara:  (1) menyajikan sebanyak mungkin makanan lokal, terutama produk dari kebun Kail, (2) menghindari penggunaan makanan kemasan plastik, sebaliknya digunakan daun pisang, yang pada akhir kegiatan akan diletakkan di tempat pengomposan atau diberikan ke hewan peliharaan kami, yaitu untuk marmut dan bebek, (3) mempromosikan penggunaan transportasi umum dan penggunaan mobil bersama (nebeng) untuk semua peserta yang datang ke Rumah Kail; (4) mendaur ulang limbah dari acara Kail sebanyak mungkin seperti kertas dll; (6) menghemat penggunaan sumber daya, misalnya dengan mengurangi penggunaan kertas dengan menggunakan materi kegiatan versi elektronik, survei dan evaluasi online, serta sertifikat elektronik.

Kebun Kail merupakan galat satu asal pangan eksklusif berdasarkan alam

Semua acara di Rumah Kail, (walaupun materinya bukan mengenai isu lingkungan) merupakan media untuk memperlihatkan pilihan-pilihan gaya hidup yang lebih selaras alam bagi para peserta. Kami berharap bahwa lewat Rumah Kail dan kegiatan-kegiatan Kail, kami dapat menunjukkan betapa mudah dan asyiknya hidup selaras alam.  Jadi ketika pulang dari Rumah Kail, semua akan berpikir, “Hidup selaras alam, mengapa tidak?”

Jumat, 22 Mei 2020

[RUMAH KAIL] KEBUN PANGAN DI RUMAH KAIL

Oleh : Any Sulistyowati

KAIL merupakan sebuah organisasi yang salah satu misinya membantu para aktivis mencapai kualitas hayati yang tinggi meskipun pada keterbatasan sumberdaya. Dalam menjalankan misi tadi, nilai-nilai yg diperjuangkan adalah kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan hidup & kelestarian alam. Pangan adalah salah satu kebutuhan hayati yang paling dasar. Pertanyaannya adalah bagaimana menaikkan kemandirian pangan para aktivis sekaligus menjaga kelestarian alam?

Salah satu upaya menaikkan kemandirian aktivis dalam mencapai kualitas hayati yg tinggi berdasarkan aspek pangan merupakan membentuk pangan menurut kebun sendiri. Hal ini dilakukan KAIL dengan menciptakan eksperimen pada kebun KAIL. Di Kebun KAIL masih ada berbagai jenis tumbuhan yg dapat dikonsumsi sehari-hari mulai dari umbi-umbian, sayur-sayuran & buah-buahan. Kebun tadi didesain menggunakan metode permakultur. Metode ini menerapkan prinsip-prinsip yg menjaga kelestarian alam sekaligus menaikkan produktivitas pada jangka panjang. Dengan metode permakultur ini Kebun KAIL dibuat buat sebagai kebun tetap dalam jangka panjang. Apabila berhasil, maka saat yg diharapkan untuk merawat kebun makin lama semakin berkurang, sementara produktivitas kebun semakin lama semakin semakin tinggi.

Kebun KAIL, sumber pangan bersama
Menanam makanan di kebun sendiri memiliki beberapa manfaat. Manfaat pertama, kita dapat memastikan bahwa makanan yang kita tanam adalah tanaman yang menyehatkan, baik untuk tubuh kita maupun untuk alam. Kita dapat memilih tanaman yang kita sukai serta cocok dengan kondisi tanah dan iklim yang ada. Dengan menanam sendiri, kita dapat memilih metode penanaman dan pemeliharaan yang aman, baik bagi tanaman maupun bagi alam. Misalnya, kita bisa menggunakan metode pertanian organis untuk memastikan tidak ada racun yang digunakan dalam proses produksi pangan kita. Kalau panen, kita dapat mengkonsumsinya dalam keadaan segar. Jika panen cukup banyak dan sering, maka pengeluaran pangan kita dapat berkurang. Biaya hidup kita menjadi lebih sedikit. Uang yang ada dapat dihemat untuk keperluan lainnya.

Selain menaruh manfaat buat diri sendiri, keberadaan flora akan menaikkan kualitas lingkungan hayati pada lebih kurang kita. Dengan menanam, kita sekaligus menciptakan sistem pertanian yg menghidupkan & menyehatkan tanah dan banyak sekali kehidupan di sekitarnya. Mikroba dan binatang-binatang kecil seperti cacing akan hidup, tumbuh & berkembang. Mereka akan bekerja secara sukarela buat mengolah dan menyuburkan tanah.

Selain itu, adanya tanaman juga menciptakan pemandangan menjadi latif, hijau, sejuk, segar & nir gersang. Kebun yg indah & cantik, tentu sedap ditinjau mata dan menciptakan bahagia mereka yang memandangnya. Kegiatan berkebun jua dapat sekaligus berfungsi menjadi kegiatan rekreatif. Melalui aktivitas berkebun, kita bisa istirahat sejenak berdasarkan rutinitas aktivitas sehari-hari. Setelah berkebun, kita sebagai segar balik dan siap menjalani rutinitas menggunakan semangat dan tenaga yang baru.

Di waktu panen, apalagi saat panen berlimpah, kita jua berkesempatan menyebarkan output panen kepada para tetangga, teman dan kenalan. Kegiatan berbagi merupakan salah satu cara buat membangun modal sosial. Semua hal di atas adalah hal-hal kecil yg secara pribadi bisa berkontribusi dalam peningkatan kualitas hidup kita.

Di dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan KAIL, kami mengutamakan penggunaan bahan-bahan pangan yang dipanen dari Kebun KAIL. Jika masih kurang, kami akan membeli bahan mentah dari warung di sekitar Rumah KAIL. Biasanya warung-warung itu menjual produk panen warga sekitar dan juga membeli dari pasar.  Hanya jika tidak dapat diperoleh dari kebun maupun warung sekitar, barulah kami membeli di pasar atau supermarket.

Bahan-bahan pangan tadi kemudian kami olah menjadi kuliner sehat buat dihidangkan sebagai bagian berdasarkan konsumsi kegiatan. Sayur-sayuran & butir-buahan itu ada yang diolah sebagai kuliner jadi, terdapat yg dikonsumsi eksklusif dalam bentuk segarnya. Di setiap acara makan beserta, kami selalu menceritakan dari usul makanan yg akan dihidangkan berikut proses pembuatannya.

Sayuran di kebun KAIL,

sumber konsumsi untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Rumah KAIL

Salah satu nilai positif dari menghasilkan pangan sendiri adalah kita tahu persis bahan-bahan apa yang digunakan di dalam makanan tersebut. Dengan menyiapkan sendiri makanan kita, maka kita dapat memilih bahan-bahan yang sungguh-sungguh aman untuk dikonsumsi. Kita dapat memilih bahan-bahan yang segar dan sehat. Selain itu kita juga dapat mengekspresikan kreativitas untuk menghasilkan makanan-makanan lezat dari kebun sendiri.

Selain nilai-nilai positif di atas, tentu saja terdapat kekurangannya. Salah satu kekurangan yg tak jarang diungkapkan merupakan saat yg diharapkan dan upaya yg perlu dimuntahkan untuk membentuk pangan. Jika dicermati sekilas, memang tampaknya lebih sulit & lama . Tetapi apabila dilihat menggunakan lebih jeli, membentuk pangan sendiri belum tentu lebih sulit dan lebih usang daripada membeli. Pada awalnya mungkin iya. Tetapi akhirnya seluruh akan tergantung berdasarkan kualitas kebun kita. Jika kebun permakultur kita telah jadi dan tetap, maka kebun tadi dapat terus menghasilkan pangan secara berkelanjutan menggunakan kebutuhan perawatan yang semakin menurun.

Sebagai contoh, di Kebun KAIL, kami menanam beberapa pohon pepaya. Caranya mudah saja. Kami mengembangkan biji pepaya yg kami beli berdasarkan tukang buah. Mula-mula, memang kami perlu merawat secara intensif menggunakan penyiraman, pemupukan & penyiangan rumput di sela pohon-pohon pepaya yang masih kecil. Sekarang, ketika pohon-pohon pepaya tadi sudah besar , kami nir perlu lagi merawat mereka seintensif dulu. Karena masing-masing pohon telah menghasilkan butir, maka satu-satunya langkah perawatan yg dibutuhkan merupakan memanen. Saat ini kami hingga dalam termin mengalami produksi pepaya yg berlebih. Pepaya-pepaya tadi bahkan masih bersisa meskipun pada setiap aktivitas kami makan pepaya menjadi bagian dari konsumsi aktivitas.

Pepaya di kebun KAIL
Selain itu kami juga sudah membaginya kepada para tetangga dan juga kepada para staf untuk dibawa pulang.  Kami juga berbagi pepaya untuk hewan-hewan di sekitar kami, kelelawar, tupai, marmot, ayam dan bebek. Semua sudah mendapat bagiannya, hingga kami bosan makan pepaya. Demikian juga dengan talas, daun ginseng, singkong, jambu, markisa, beri dan beraneka macam sayur dan buah lainnya. Singkat kata, beberapa jenis pangan sudah berkelimpahan dihasilkan dari Kebun KAIL.

Seringkali, bagi kami yang sedang berada pada Rumah KAIL, membeli makanan ke warung, rumah makan atau pasar, akan jauh lebih usang, lebih sulit dan lebih mahal, dibandingkan pergi ke Kebun KAIL, memanen sayuran segar, memasaknya di dapur Rumah KAIL & menyantapnya selagi hangat.

Beragam hasil kebun KAIL

Waluh rebus, buah potong dan perkedel talas adalah sajian konsumsi dari panen kebun KAIL

Semoga lewat pengalaman menyantap makan bersama di Rumah KAIL, teman-teman terinspirasi untuk menanam dan mengolah makanan sendiri. Lewat proses ini, semoga kita semakin mandiri dalam memproduksi pangan sendiri. Dengan memproduksi pangan sendiri, kita dapat memilih untuk tidak tergantung pada produk-produk pangan yang proses produksinya bisa jadi merusak alam dan mengandung bahan-bahan yang mengganggu kesehatan. Kita memiliki pilihan untuk mengonsumsi pangan yang sehat dan diproduksi selaras alam. Semakin banyak jenis pangan yang kita produksi sendiri, maka kita akan semakin mandiri. Kita mendapat akses yang lebih baik untuk memperoleh makanan sehat dan segar. Posisi tawar kita untuk mengatakan TIDAK, pada produk pangan yang tidak sehat dan merusak alam akan semakin kuat.

Akhir kata, ?Yuk, kita perjuangkan kedaulatan pangan kita lewat memproduksi pangan sendiri. Dengan kedaulatan pangan, kita akan berdaulat atas hak kita atas hidup yang lebih berkualitas!? Jika sahabat-sahabat ingin mulai berkebun dan membutuhkan asistensi mengenai flora apa saja yang mudah tumbuh menggunakan perawatan minimal atau ingin menerima benih/bibitnya, silakan berkunjung ke Rumah KAIL.

Selasa, 19 Mei 2020

[RUMAH KAIL] SELUK BELUK PERAWATAN RUMAH DAN KEBUN KAIL

Oleh: Didit Indriati

Rumah Kail adalah pusat kegiatan rutin Perkumpulan Kuncup Padang Ilalang. Rumah ini juga diperuntukkan sebagai tempat belajar dan berbagi pengalaman para aktivis maupun warga sekitar. Ia juga sekaligus merupakan sebuah rumah bersama yang mengemban visi  “Terwujudnya dinamika kehidupan masyarakat dan seluruh ciptaan yang adil dan setara”. Sebagai salah satu perwujudan visi tersebut, KAIL menekankan seluruh kegiatannya pada prinsip sumberdaya alam berkelanjutan, yaitu mengelola dan memanfaatkan alam sebagai instrumen, tanpa mengubah atau mengeksploitasi alam itu sendiri.

Dengan berpegang pada prinsip tersebut, Rumah Kail dibangun dengan menggunakan material alami, seperti: batu, kayu, dan tanah liat yang merupakan bahan genting.  Rumah Kail juga memanfaatkan bahan-bahan bekas sebagai material rumahnya, dengan tujuan memperpanjang usia penggunaan suatu bahan. Rumah Kail didesain dengan konstruksi limasan, langgam Jawa yang sederhana dengan ruang tengah yang cukup luas yang diperuntukkan sebagai ruang pertemuan, teras depan dan belakang yang luas serta lantai bawah yang berfungsi sebagai ruang pertemuan, dapur, kantor serta ruang makan. Terletak pada ketinggian perbukitan Cigarugak, Rumah Kail cukup aman dari banjir, kebisingan kota serta bahaya-bahaya yang umum dihadapi perumahan perkotaaan.

Rumah Kail seperti rumah tradisional pada umumnya harus selalu dirawat agar bersih dan nyaman, serta bebas dari penyakit, siap untuk digunakan sesuai fungsinya dan dapat berumur panjang. Perawatan Rumah Kail berkaitan dengan jenis bahan dan tata cara penggunaannya.  Perawatan Rumah KAIL juga tergantung kepada masalah yang muncul, antara lain, kebocoran atap akibat pergeseran genting pada saat hujan besar, kelembapan yang tinggi akibat air tanah yang merembes. Munculnya rayap, semut dan tikus juga menjadi masalah dalam menjalankan aktivitas di Rumah KAIL.

Sehubungan dengan prinsip keberlanjutan asal daya alam yg diusung sang KAIL pada menjalankan kegiatannya, maka langkah-langkah perawatan rumah dan kebun KAIL hendaknya selaras menggunakan alam. Oleh karenanya, mari kita simak berbagai langkah perawatan rumah & kebun KAIL berikut ini.

Alat dan Bahan Pembersih Rumah yg ramah lingkungan

Alat pembersih yang digunakan di Rumah KAIL sebisa mungkin menggunakan material yang alami, seperti sapu ijuk untuk menyapu lantai, kemoceng dari bulu ayam, sabut kelapa atau gambas yang dikeringkan untuk mencuci piring. Sedangkan  untuk sabun cuci piring , Rumah Kail menggunakan buah lerak. Lerak sebuah tanaman khas Indonesia yang sejak dulu dikenal sebagai bahan pencuci alami.  Caranya adalah buah lerak direbus dalam air sampai berbusa.

Sabut kelapa untuk menggosok peralatan makan saat dicuci
Lerak

Apabila KAIL mengadakan aktivitas, kami membiasakan peserta untuk mencuci peralatan makan sendiri dengan cara mencuci di wadah baskom. KAIL sesedikit mungkin memakai sikat berbahan plastik, lantaran saat indera-alat tersebut nir dipakai lagi, dia akan terbuang ke alam dan nir bisa diuraikan oleh alam.

Sapu lidi
Sapu ijuk

KAIL berusaha mengurangi penggunaan bahan pembersih yang tidak ramah lingkungan. Sebagaimana kita ketahui, bahan pembersih yang terbuat dari kimia, mengandung pestisida yg dapat mematikan hama, tetapi dalam saat bersamaan turut mematikan organisme baik yang dibutuhkan untuk menjaga ekuilibrium alam. Klorin yg dipakai buat memutihkan lantai membahayakan insan lantaran bisa menyebabkan iritasi dalam kulit dan mata insan. Bahan SLS (Sodium Laureth Sulfate) dalam cairan pembersih dapat meracuni tanah & air, serta mematikan organisme air. Cresylic Acid yg acapkali disebut sebagai bahan aktif pembasmi kuman, berpotensi menimbulkan penyakit kanker pada insan.

Oleh karena itu, untuk bahan pembersih yang digunakan sebisa mungkin terdiri dari bahan alami dengan memperhatikan jenis materialnya. Misalnya untuk membersihkan kerak-kerak atau kotoran di kamar mandi, staff KAIL menggunakan soda kue. Untuk perawatan lantai atau dinding yang terbuat dari kayu, KAIL menggunakan daging kelapa yang sudah tua, dengan cara diparut kemudian digosok-gosokkan ke lantai kayu. Perawatan rutin secara berkala akan membuat lantai kayu menjadi mengkilap.

Proses menggosok lantai kayu dengan kelapa parut
Perbedaan permukaan lantai kayu sebelum digosok dan sesudah digosok kelapa parut
Untuk mencuci pakaian, pakaian direndam dahulu tanpa sabun. Air rendaman pertama disiramkan ke bed tanaman di kebun KAIL. Kemudian air rendaman kedua diberi deterjen dan dibilas dua kali dengan air bersih sampai busa hilang.

Sisa air cucian yang mengandung sabun dialirkan ke dalam kebun selesainya air yg mengandung busa sabun dijernihkan terlebih dahulu melalui saluran pembuangan yang ditanami menggunakan tumbuhan air. Tanaman-flora air ini akan menyerap zat kimia dan zat hara dari sabun & deterjen, lalu menyimpannya ke pada btg & daun-daun mereka.

Bahan Penghalau Hama pada Rumah KAIL

Rayap dan semut merupakan faktor umum rumah pedesaan yang bisa segera diatasi  dengan tidak menumpuk sampah serta rutinitas pengamatan elemen-elemen kayu di Rumah Kail. Jika terdapat sarang semut atau rayap harus segera diatasi sebelum jauh menggerogoti masuk kedalam kayu. Beberapa cara yang sudah dilakukan untuk membasmi serangga-serangga hama di sekitar rumah KAIL antara lain: menggunakan semprotan minyak tanah dan cairan daun tembakau untuk menghalau rayap agar tidak bersarang di dalam kayu. Di rumah KAIL juga tersedia minyak sereh untuk dioleskan di kulit, agar para pengunjung Rumah KAIL terhindar dari gigitan nyamuk.

Pemberlakuan peraturan Selaras Alam di Rumah KAIL

Ada beberapa aturan untuk tamu dan juga untuk para relawan atau aktivis yang berkunjung ke Rumah KAIL. Yaitu tidak meninggalkan sampah atau material yang tak dapat diurai di alam, membawa tumbler (wadah minum) atau kotak makanan dan tidak merokok di lingkungan Rumah KAIL. Semua itu berasal dari komitmen sumber daya alam berkelanjutan di Rumah KAIL.

Dalam aktivitas yg melibatkan lebih dari 10 orang, KAIL seringkali menyediakan konsumsi yang sedapat mungkin didapat berdasarkan hasil kebun KAIL. KAIL memberlakukan sistem pencucian alat-indera makan menggunakan baskom-baskom air. Baskom pertama (tanpa air) buat membuang residu-residu kuliner, baskom kedua berisi air tanpa sabun dipakai untuk membilas peralatan makan, baskom ketiga berisi air sabun yang dipakai buat menghilangkan sisa-residu kuliner yang sulit dibersihkan menggunakan air, baskom keempat berisi air higienis buat membilas piring dari sabun. Dengan cara ini, KAIL melakukan penghematan penggunaan air dan mencegah terbuangnya poly sabun untuk membersihkan peralatan makan.

Perawatan Kebun KAIL selaras alam

Kebun KAIL terdiri menurut tumbuhan-tumbuhan pangan yang dapat dikonsumsi dan sejumlah pepohonan peneduh yang berfungsi sebagai peredam angin menurut lembah. Kebun KAIL diolah dengan prinsip permakultur dengan tujuan mencapai keselarasan dengan hukum-aturan alam. Oleh karenanya, perawatan kebun KAIL hendaknya menyesuaikan dengan aturan alam tadi menggunakan mendayagunakan material yang dihasilkan dari alam itu sendiri. Untuk melindungi tanah menurut penguapan dampak terik sinar mentari , KAIL meletakkan serasah dedaunan kemarau (mulsa) di atas bed tumbuhan. Di beberapa bed tumbuhan, kami membuat ?Rumah cacing? Loka meletakkan material organis berupa sisa kuliner dengan tujuan menaruh tambahan material yang diperlukan bagi organisme tanah.

Di kebun KAIL terdapat marmot dan bebek yang kotorannya digunakan sebagai pupuk alami bagi tanaman-tanaman di kebun KAIL. Telur bebek yang dihasilkan sudah sering jadi menu di kegiatan-kegiatan KAIL. Buah-buahan serta sayuran dari Kebun KAIL juga merupakan sumber makanan yang sering dimanfaatkan dalam beberapa kegiatan Rumah KAIL. Kita memperoleh keuntungan dari hasil  alam dan kita mengembalikannya kepada alam dengan turut menjaga keselarasan alam. Rumah KAIL merupakan sebuah cita-cita penting yang diwujudkan  dengan sederhana melalui berbagai kegiatan. Cita-cita sumberdaya alam berkelanjutan yang tercermin dalam tindakan keseharian antara lain cara hidup, cara bertindak, cara bersosial, semuanya diharapkan dapat  terlihat dari semangat yang dipelihara oleh Rumah dan Kebun KAIL. Kami ingin membangun suatu dunia yang menjadi milik bersama, bahkan menjadi tempat yang layak dan nyaman bagi anak cucu kita kelak.

Kamis, 14 Mei 2020

[RUMAH KAIL] PEMANFAATAN SANDANG DI RUMAH KAIL

Oleh: Didit Indriati

Sandang merupakan kebutuhan utama insan buat melindungi tubuh berdasarkan cuaca panas atau dingin & buat menampilkan diri menjadi mahluk yang berbudaya.

Sandang lebih dari sekedar pakaian; sandang juga menunjukkan semangat, atau paham dari si pemakainya. Sandang pun menjadi cara seseorang atau sekelompok orang menyatakan identitas mereka. Misalnya dokter berpakaian khusus, tentara berseragam khusus, anak sekolah berseragam, ulama memakai jubah atau peci, perempuan muslim memakai jilbab,  tukang masak menggunakan celemek dan tutup rambut, semua memiliki ciri sandang yang khas. Sandang juga berbeda sesuai fungsi seperti untuk olah raga, renang, mendaki gunung, menyelam, balap motor, menjelajah angkasa sebagai astronot, dan semua memiliki standar yang sesuai dengan peruntukannya.

Sandang sebagai bukti diri diri?

Namun,dalam proses produksinya, sandang berpotensi menurunkan kualitas alam karena penggunaan bahan-bahan kimia yang dapat mencemari tanah dan udara. Ditemukannya bahan-bahan sandang sintetis yang tak dapat diurai di alam,  berpotensi membahayakan alam di masa mendatang, jika pemakaiannya tidak diiringi dengan pemikiran yang arif terkait alam.

Seringkali seorang membeli produk sandang lantaran dipercaya sedang tren pada jaman tadi, namun segera dibuang saat tren tadi sudah lewat. Padahal, buat membentuk satu bahan sandang tersebut sekian banyak bahan yg berpotensi menghambat alam sudah terbuang, mulai menurut proses pembuatan hingga dengan pemasaran.

Visi Perkumpulan Kail terhadap Sandang

Rumah Kail mengedepankan visi keberlanjutan pada setiap aspek kehidupan. Selain pangan dan papan, sandang yang berkelanjutan adalah harapan utama menurut Rumah Kail.

Kail membangun jaringan sosial menggunakan para teman melalui relawan Kail maupun mitra-mitranya pada mewujudkan visi Kail dalam sandang yang berkelanjutan.

Berdasarkan pengalaman Kail dalam mendorong sandang yg berkelanjutan, maka ide-pandangan baru aktivitas berikut ini akan terus dipraktekkan pada Rumah Kail:

  • Jika ada sandang yang bahannya masih bagus tetapi nir bisa dipakai lagi, bisa didaur ulang buat dijadikan lap tangan, cempal, keset, dan lain sebagainya
  • Kain sisa proses menjahit yg tak terpakai namun masih mengagumkan mampu diubah menggunakan sedikit kreativitas menjadi perca hias, kain epilog meja (taplak), gorden, boneka kain, sampul kitab , hiasan kaleng ,arpillera, dan sebagainya.
  • Apabila terdapat relawan yg mempunyai kecintaan di bidang produksi sandang berkelanjutan maupun pemanfaatan produk pakaian ramah lingkungan yg bisa membuatkan ilmu atau keterampilan, akan diundang buat mengenalkan minat mereka, misalnya proses membatik, proses menenun, proses kerajinan perca, & lain-lainnya.

Salah satu upaya mempromosikan pakaian berkelanjutan merupakan menyelenggarakan bazaar pakaian bekas layak pakai. Upaya ini telah berjalan selama lima tahun, dan selalu dikemas pada perayaan Hari Ulang Tahun KAIL dan Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia pada bulan Agustus. Melalui para relawan juga kawan-mitranya, Kail mengumpulkan sebesar-banyaknya sumbangan pakaian bekas yang masih layak pakai, lalu dijual secara murah kepada warga sekitar Rumah Kail maupun para relawan yg hadir buat menyukseskan kegiatan tadi. Tujuan menurut aktivitas ini tentunya adalah buat meneruskan umur pakai dari sandang.

Suasana persiapan bazaar Rumah Kail

Kegiatan bazaar sandang bekas layak gunakan di Rumah Kail

Selain bazaar murah, Kail menyimpan kain perca yang bisa dipakai buat membentuk produk-produk terkait sandang yang diperlukan di Rumah Kail, antara lain buat dijadikan keset, lap, cempal, taplak juga hiasan ruangan.

Kegiatan yang pernah dilaksanakan oleh Kail dalam pemanfaatan residu-residu perca antara lain mengadakan aktivitas keterampilan bersama bunda-bunda menurut Kampung Cigarugak yaitu menciptakan taplak, cempal dan keset menurut kain perca. Melalui aktivitas ini, masyarakat lebih kurang mendapatkan keterampilan baru, dan pula mengusut prinsip pakaian berkelanjutan melalui aktivitas daur ulang bahan, yaitu kain perca.

Selain itu, Kail mengadakan kegiatan memasak perca yang dianggap dengan seni arpillera. Seni arpillera ini, selain mengusung prinsip sandang berkelanjutan, pula merupakan media penyembuhan batin menurut stress berat. Bila ditengok ke belakang, dalam awal mulanya, arpillera adalah bentuk protes para mak terhadap kediktatoran Jendral Auguste Pinochet menurut Chile yg mengakibatkan puluhan ribu orang terbunuh atau hilang lantaran penculikan. Para mak di Chile berkumpul buat menyatakan duka & perlawanan mereka dengan menciptakan arpillera. Gambar-gambar yang ada dari arpillera tersebut merupakan perwujudan perlawanan mereka terhadap kediktatoran pemerintah di masa itu.

Contoh karya arpillera pada Rumah Kail

Arpillera menjadi penyemarak dinding Rumah Kail

Artikel mengenai seni arpillera ini jua bisa dibaca pada link ini dia (https://proaktif-online.Blogspot.Com/search?Q=arpillera). Selain menjadi bentuk protes damai, seni arpillera adalah wahana penyaluran perasaan, penenangan batin dan proses pengabadian sebuah peristiwa.

Demikian seluk beluk pemanfaatan pakaian berkelanjutan di KAIL. Kami berharap agar manfaat & pandangan baru berdasarkan aktivitas yang kami laksanakan dapat juga menginspirasi rakyat kurang lebih juga para agen perubahan pada luar sana.

Senin, 11 Mei 2020

[RUMAH KAIL] BELAJAR MANDIRI DI RUMAH DAN KEBUN KAIL

Oleh: Any Sulistyowati

Sejak tahun 2014, KAIL telah menyelenggarakan aktivitas anak pada Rumah KAIL. Kegiatan ini antara lain bertujuan buat menciptakan kemandirian anak. Setiap bulannya, tepatnya setiap hari Minggu ketiga, kurang lebih 15-30 anak-anak berkumpul di Rumah KAIL. Mereka asal menurut kampung-kampung pada lebih kurang Rumah KAIL. Kegiatan ini dikenal menggunakan nama Hari Belajar Anak (HBA).

Biasanya aktivitas-aktivitas HBA dimulai pada pagi hari kurang lebih pukul 9 dan berakhir sebelum pukul 12 siang. Selama lebih kurang 3 jam mereka berkegiatan beserta. Kegiatan HBA umumnya terdiri dari beberapa jenis aktivitas yang menarik untuk anak-anak. Biasanya sesi dibuka dengan berolahraga beserta di labirin Kebun KAIL. Kegiatan ini adalah salah satu aktivitas favorit anak-anak. Setelah itu barulah masuk ke materi. Seusai sesi materi, umumnya ada proses kerja berdikari buat memasak materi tersebut secara eksklusif. Bagian ini dapat berupa kegiatan menggambar, membuat karya, mengisi jurnal atau banyak sekali kegiatan lainnya yang disukai anak-anak. Setelah itu dilanjutkan menggunakan menyantap makanan sehat yang disiapkan sang Rumah KAIL.

Olahraga pagi di labirin kebun KAIL

Materi ini umumnya disampaikan dengan aneka macam metode penyampaian sebagai akibatnya anak tertarik dan memahami materi menggunakan lebih baik & mudah. Metode pembelajaran yang dipakai pada HBA sangat beragam. Ada yang melatih kemampuan motorik anak, ada yg buat menyebarkan kepekaan rasa, ada pula yang membuatkan kemampuan kognitif. Dengan variasi metode ini, diperlukan keseluruhan aspek kehidupan anak bisa tumbuh dan berkembang. Mereka jua belajar lewat permainan. Lewat permainan-permainan ini, anak-anak belajar aneka macam hal dengan senang hati.

Kegiatan-kegiatan selama HBA

Keseluruhan kegiatan tersebut disampaikan oleh para pendamping yang berasal dari para staf dan relawan KAIL. Mereka berasal dari berbagai latar belakang pendidikan. Beberapa dari mereka masih duduk di bangku kuliah dan di waktu luangnya menyempatkan diri untuk mendukung kegiatan HBA.  Para relawan ini adalah tulang punggung dari keberlanjutan kegiatan HBA. Merekalah yang secara rutin bergantian menyelenggarakan HBA dari masa ke masa.

Salah satu materi yg kerap disampaikan adalah seputar kebun KAIL. Lewat kebun KAIL, anak-anak berkesempatan belajar mengenai aneka macam aspek pertanian berkelanjutan, gaya hayati sehat, pangan yang sehat & proses pengolahannya. Lewat kegiatan ini, mereka belajar mengenal aneka macam jenis tumbuhan yg ada pada Kebun KAIL berikut manfaatnya bagi kehidupan. Mereka jua belajar menanam, memelihara dan mengolah output panen tadi.

Penanaman di kebun Kail oleh para peserta

Menyiapkan lubang untuk menanam di kebun KAIL
Selain mendapatkan teori, mereka juga praktek langsung di Kebun KAIL. Praktek-praktek yang sempat dilaksanakan di antaranya adalah praktek menanam jahe, talas, lengkuas dan berbagai tanaman yang bermanfaat lainnya. Mereka juga belajar mengolah berbagai jenis tanaman tersebut, seperti membuat aneka hidangan dari hasil panen kebun, misalnya manisan papaya, perkedel talas, keripik bayam dan lain-lain. Mereka juga belajar membuat pewarna dari berbagai hasil kebun untuk mewarnai makanan.  Selain itu, mereka juga praktek membuat minuman sehat dan segar dari panen kebun, seperti wedang sereh dan sirup markisa.

Hasil karya para peserta HBA

Praktek-praktek semacam ini diharapkan dapat membantu anak memperoleh wawasan dan ket erampilan yang mereka butuhkan untuk hidup mandiri di masa yang akan datang. Salah satu aspek kemandirian yang dikembangkan adalah seputar pangan. Topik ini dipilih karena pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Lewat pangan yang sehat, kualitas hidup kita akan meningkat. Di sisi lain, pangan yang sehat tidak selalu tersedia dan mudah diakses. Anak-anak merupakan salah satu kelompok sosial yang rentan menjadi korban budaya pangan yang tidak sehat yang membentuk kebiasaan dan preferensi pangan mereka. Kebiasaan mengonsumsi makanan tidak sehat ini dipromosikan di sekitar mereka, mulai dari para penjual makanan di sekolah, warung-warung sekitar rumah serta para orang tua yang ingin praktis. Ketimbang masak makanan sendiri lebih baik membeli yang tampaknya enak dan menarik. Apalagi kalau harganya murah.

Sayangnya, yang ditawarkan warung & kantin sekolah belum tentu jenis-jenis makanan yang berdasarkan sisi nilai gizi merupakan nutrisi yang diharapkan tubuh. Kebanyakan makanan yang dijajakan umumnya banyak mengandung gula dan gandum, yg apabila dikonsumsi terlalu banyak akan menanamkan aneka macam potensi penyakit dampak pola makan misalnya diabetes, kolesterol dan berbagai jenis penyakit lainnya dalam jangka panjang. Kelebihan gula pula akan menyebabkan anak merasa kenyang padahal asupan nutrisi yang diperlukan tubuh belum tentu sudah mencukupi. Belum lagi banyak sekali zat aditif yg ditambahkan dalam makanan buat menciptakan rona dan cita rasanya lebih menarik & tahan lama . Bahan-bahan tersebut belum tentu merupakan bahan-bahan yang sehat buat dikonsumsi.

Add caption
Snack HBA - enak!

Di tengah situasi semacam itulah, snack HBA hadir untuk memperkenalkan kepada anak rasa asli dari makanan. Snack-snackyang disajikan di HBA bukanlah makanan yang mahal. Makanan-makanan itu berasal dari yang ada di sekitar Rumah KAIl, khususnya Kebun KAIL. Diolah dengan proses minimal untuk mempertahankan sebanyak mungkin nilai gizinya. Di HBA anak-anak makan beraneka buah sesuai dengan musimnya, mencicipi aneka resep olahan kue sesuai dengan apa yang ada di Kebun KAIL atau yang bisa disediakan oleh warga sekitar. Untuk menjaga kualitas kesehatan makanan, KAIL mensyaratkan semua makanan yag disajikan diproses tanpa pengawet, pewarna dan perasa kimia. Para penyedia makanan tampaknya tidak keberatan dengan aturan ini dan sejauh ini makanan yang mereka sediakan tetap enak meskipun tanpa MSG.

Mungkin karena itulah beberapa anak peserta HBA kemudian datang setiap Sabtu ke Rumah KAIL untuk belajar lebih lanjut tentang kebun. Mereka melakukan berbagai aktivitas berbasis Kebun KAIL, mulai dari mendata jenis tanaman di Kebun KAIL dan menggambarkannya di dalam buku catatan mereka. Mereka menjiplak daun, melukis bunga dan membuat herbarium dari bagian tanaman yang bentuknya mereka sukai.  Mereka turut melakukan proses pemeliharaan seperti pemangkasan, pemupukan dan penyiraman. Dan salah satu yang paling mereka sukai adalah memanen aneka jenis tanaman dan mengolahnya menjadi berbagai produk pangan yang mereka sukai.

Pengalaman mencecap nikmatnya rasa makanan alami akan membekas pada benak anak-anak. Begitu pula riuh rendahnya kegembiraan mereka selama proses memasak bersama akan diingat beserta kenangan akan rasa makanan yg akhirnya mereka santap. ?Enak?, begitu kata keliru satu anak. ?Senang sanggup membuatnya,? Dari anak yang lain. ?Saya senang,? Berdasarkan anak yang lain lagi. Itulah yang diperlukan menurut mereka ketika mengonsumsi kuliner sehat ala HBA. Apalagi kuliner-kuliner yg mereka olah sendiri, & bahkan mereka tanam sendiri pohonnya.

Semoga norma ini bisa mereka terapkan di pada keluarga mereka. Kalaupun sulit pada keluarga mereka saat ini, semoga sanggup terjadi pada keluarga mereka kelak saat mereka menjadi orang tua. Semoga proses sederhana yang mereka alami di Rumah dan Kebun KAIL dapat sebagai bekal kemandirian mereka di masa mendatang. Dengan kemandirian tersebut, diperlukan mereka memiliki lebih poly peluang buat mengembangkan kualitas kehidupan yang mereka cita-citakan. Dengan ketrampilan menanam dan memasak kuliner sendiri, diharapkan mereka sanggup lebih mandiri pada penyediaan pangan famili mereka. Selain menerima kuliner sehat, pengeluaran untuk pangan keluarga pun bisa berkurang. Uang yang semula dialokasikan buat membeli kebutuhan pangan bisa dihemat buat keperluan lain. Syukur-syukur bila lalu mereka bisa menciptakan usaha ekonomi berbasis keterampilan tersebut atau bahkan mampu menularkannya kepada kerabat, teman, tetangga dan rakyat sekitarnya. Jika hal ini terjadi, maka diharapkan akan terbangun warga yg mandiri, baik dari sisi pangan, ekonomi, kesehatan juga kualitas hidup mereka secara holistik.

Jumat, 08 Mei 2020

[RUMAH KAIL] UPAYA DAN TANTANGAN MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN HIDUP MELALUI RUMAH KAIL

Oleh: Navita Kristi Astuti

Belum lama ini, kita mencicipi pemadaman listrik di sebagian pulau Jawa, termasuk Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat. Yang terjadi selama pemadaman tadi, pada aktivitas tempat tinggal tangga, orang-orang menjadi terbatas aktivitasnya, contohnya, tidak dapat menanak nasi menggunakan penanak nasi yg bertenaga listrik. Kebutuhan air pun tersendat, lantaran sebagian akbar memakai pompa air buat mengalirkan air menurut saluran pipa air ke dalam tempat tinggal . Beberapa orang yg menggunakan kompor listrik nir bisa melakukan kegiatan memasak. Untuk memesan kuliner via ojek online, tidak sanggup, lantaran frekuwensi HP mengalami gangguan dampak pemadaman listrik, atau ponsel sudah terlanjur kehabisan daya, tidak sanggup mengisi daya karena pemadaman listrik. Betapa akbar ketergantungan manusia dalam listrik!

Ketergantungan yang cukup besar kepada suatu benda, seringkali membuat kita mati kutu, ketika benda tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Jika pada paragraf di atas contoh yang disebutkan sebagai sumber ketergantungan adalah listrik, maka sebetulnya ada lebih banyak hal di dunia ini yang menimbulkan ketergantungan. Seperti ketergantungan seseorang pada produk makanan, pakaian atau gadget tertentu. Ketergantungan tersebut seringkali menutupi kesadaran bahwa sesungguhnya kita punya kemampuan untuk memilih. Memilih apa? Memilih untuk hidup lebih berkualitas sesuai dengan kemauan kita, lebih bahagia, lebih sehat dan selaras dengan alam.

Mungkin saja,  manusia di zaman ini memang tidak 100% dapat menghasilkan produk-produk kebutuhan hidupnya sendiri. Berbagai kondisi, misalnya, sumberdaya, waktu dan tenaga, membuat manusia mengalami kesalingtergantungan dengan pihak lain untuk mendapatkan produk-produk kebutuhan hidupnya. Namun sejauh mana kesalingtergantungan ini, antara sesama manusia maupun hubungan antara manusia dan alam memberikan manfaat bagi kedua belah pihak? Sejauh mana hubungan saling membutuhkan itu justru saling mengisi, bukan mengeksploitasi salah satu di antaranya? Apakah benar, dengan menyadari dan membuka peluang untuk memilih pola dan gaya hidup,  kita justru memiliki kualitas hidup yang tinggi dan tetap menjaga harmonisasi kita dengan alam?

Rumah KAIL & Material Pendukungnya

Sejak Rumah KAIL dibangun tahun 2013, hingga saat ini di Kampung Cigarukgak, KAIL mengutamakan langkah-langkah yang mendukung kepada kemandirian. Sejak awal, kemandirian tersebut tercermin dalam proses memilih dan menentukan rancangan bangunan dan pemilihan material untuk bangunan.  Rumah KAIL dibangun dengan menggunakan bahan bekas. Hingga saat Rumah KAIL sudah berdiri, KAIL berupaya mandiri dengan memilih material pendukung yang digunakan saat pelaksanaan kegiatan-kegiatan di  Rumah KAIL. Misalnya, menggunakan perabot makan yang dapat dicuci dan dipakai ulang daripada perabot makan yang sekali pakai. Menggunakan kertas bekas print yang bagian belakangnya masih kosong untuk menulis saat pelatihan, dibandingkan menggunakan kertas baru. Membuat meja dan kursi yang berasal dari kayu bekas layak pakai sehingga jika rusak di kemudian hari, sampahnya tidak membebani bumi.

Seluk beluk mengenai pembangunan & perawatan Rumah KAIL bisa dilihat pada artikel ini: http://proaktif-online.Blogspot.Com/2018/08/tips-tempat tinggal -dari-bahan-bekas_19.Html & http://agresif-online.Blogspot.Com/2018/08/tempat tinggal -kail-seluk-beluk-perawatan-rumah_19.Html.

Berbagai upaya telah dilakukan KAIL  dalam mewujudkan kemandirian hidup yang selaras dengan alam di Rumah KAIL maupun lingkungan sekitar. Ada kalanya upaya tersebut membawa hasil yang memuaskan. Namun ada kalanya meski usaha telah dikerahkan, namun belum membawa hasil yang diharapkan hingga saat ini. Itu artinya, proses pembelajaran masih belum selesai.

Tantangan Pola Hidup di Masyarakat Sekitar Rumah KAIL

Rumah KAIL menjunjung nilai praktek hidup yg selaras dengan alam. Dalam kegiatan sehari-hari, Rumah KAIL mengupayakan penggunaan produk-produk alami, & sebisa mungkin menghindari terbuangnya sampah, terutama sampah anorganik (sampah yang tidak dapat diurai) ke tanah. Materi yang bersifat organis, seperti sisa-sisa kuliner dijadikan kompos atau ditimbun di pada tanah menjadi asal kuliner biota tanah.

Masyarakat di sekitar Rumah KAIL belum memiliki sistem pembuangan sampah yang terorganisir. Sehingga, banyak rumah tangga di lingkungan sekitar Rumah KAIL mengambil jalan pintas untuk meniadakan sampah yaitu dengan membakarnya. Namun demikian, pembakaran sampah menimbulkan dampak yang buruk. Selain asapnya menyebabkan polusi udara,  unsur hara pada tanah yang digunakan sebagai tempat membakar sampah akan hilang. Apabila ada material plastik yang turut dibakar, maka asap pembakarannya menghasilkan racun yang dapat memicu penyakit bagi manusia yang menghirupnya. Kebiasaan membakar sampah di sekitar Rumah KAIL menjadi tantangan bagi KAIL untuk mengedukasi masyarakat sekitar tentang bagaimana pengelolaan sampah yang lebih selaras dengan alam.

Lahan pembakaran sampah tempat tinggal tangga di dekat Rumah KAIL

Sementara itu, KAIL selalu meminta semua pengunjung Rumah KAIL, baik itu peserta pelatihan, staf dan relawan KAIL, maupun tamu untuk membawa kembali sampah anorganik yang mereka bawa ke Rumah KAIL.Di Rumah KAIL sengaja tidak disediakan fasilitas kotak sampah anorganik. Aturan ini mengedukasi pengunjung agar sebisa mungkin tidak membawa makanan dan minuman yang berkemasan plastik ke Rumah KAIL. Jika KAIL perlu memesan makanan ringan untuk konsumsi kegiatan, KAIL memilih jenis makanan yang tidak berkemasan plastik. Jika makanan tersebut adalah makanan yang berbungkus, KAIL akan memilih kue dengan bungkus daun pisang, misalnya nagasari atau lemper. Ketika akan membeli makanan, KAIL membawa  kotak makan untuk wadah kue-kue tersebut. Ketika memesan makanan, KAIL akan menitipkan kotak makanan terlebih dahulu kepada si penjual, agar mengurangi plastik atau kresek pembungkus. KAIL juga mengupayakan untuk memesan makanan di tetangga sekitar Rumah KAIL. Selain berguna untuk menjalin silaturahmi, pemesanan makanan di tetangga sekitar Rumah KAIL juga bertujuan agar sisa material organis yang mungkin digunakan sebagai bahan makanan dibuang masih di sekitar Rumah KAIL, sehingga mendukung  meluasnya area tanah subur di sekitar Rumah KAIL. Selain itu, hal ini juga bertujuan untuk mengurangi jejak karbon yang mungkin ditimbulkan jika memesan makanan dari tempat yang jauh.  Jadi, untuk satu aksi yang dipilih dengan mandiri, ada banyak tujuan yang disasar.  Tentu saja, dengan membiasakan tidak memilih makanan dan minuman berkemasan, kita juga berlatih untuk membebaskan diri dari bentuk ketergantungan terhadap makanan dan minuman berkemasan anorganik.

Pilihan Makanan yang Lokal & Sehat

Dalam memenuhi kebutuhan pangan, baik buat operasional sehari-hari maupun kegiatan pelatihan, Rumah KAIL pun berupaya mandiri menggunakan penyediaan pangan dari kebun sendiri. Ada banyak sekali tanaman pada Kebun KAIL yg dapat dimanfaatkan buat memenuhi kebutuhan konsumsi, walaupun belum 100%. Kebun tadi dijalankan menggunakan prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan, yaitu memakai material organis yang asal menurut kebun itu sendiri, maupun output olahan biodigester buat menjaga kesuburan tanah. Proses-proses kemandirian Rumah KAIL pada pemenuhan kebutuhan pangan, dapat ditinjau pada artikel ini: http://agresif-online.Blogspot.Com/2018/04/tempat tinggal -kail-kebun-pangan-di-rumah-kail_20.Html .

Untuk mengupayakan hayati yang lebih sehat, selain memperkenalkan makanan yang berkemasan minim sampah, KAIL jua menentukan buat sebisa mungkin menyajikan kuliner & minuman berjenis lokal yang enak dan sehat pada kegiatan-aktivitas pada Rumah KAIL. Kue nagasari, kacang dan singkong panaskan, rujak tahu, bubur kacang hijau, butir-buahan, bandrek & jamu adalah beberapa penganan ringan yg acapkali muncul pada aktivitas pelatihan di Rumah KAIL. Tumis daun pseudo-ginseng & perkedel talas merupakan hasil Kebun KAIL yg kerap menjadi hidangan lauk makan siang di Rumah KAIL. Sesekali, kuliner-makanan ini masih disajikan berdampingan dengan gorengan tahu isi & cireng buatan tetangga Rumah KAIL. Namun, sudah dapat dipastikan bahwa seluruh kuliner-makanan ini dibentuk tanpa memakai MSG, pengawet & pemanis/ pewarna buatan.

Perlu dicatat, KAIL juga menularkan prinsip-prinsip hidup berkelanjutan dan selaras dengan alam ini kepada anak-anak yang tinggal di sekitar Rumah KAIL. Dalam kegiatan Hari Belajar Anak yang diselenggarakan setiap bulan, anak-anak diajak untuk mengurangi jajanan berkemasan dengan mengenalkan snack sehat dan minim sampah.  Cukup mengejutkan awalnya, ternyata snack kesukaan anak-anak adalah buah-buahan. Jika disajikan buah potong seperti pepaya, pisang dan buah naga,  biasanya piring langsung licin tandas, tak bersisa. Merupakan hal yang penting bagi KAIL bahwa anak-anak pun terpapar dengan prinsip-prinsip hidup sehat dan selaras dengan alam, karena anak-anak justru merupakan generasi yang akan meneruskan kehidupan hingga puluhan tahun ke depan. Seperti apa pengalaman yang mereka terima saat ini, tentunya berperan dalam pola hidup yang akan mereka jalankan saat dewasa nanti.

Mengolah sendiri kopi output kebun pada Rumah KAIL

Tantangan Alam di Sekitar Rumah KAIL

Halaman belakang Rumah KAIL sempurna bersisian dengan sebuah sungai kecil, yg adalah bagian berdasarkan sub-DAS (Daerah Aliran Sungai) Cikeruh, yang kemudian menyatu dengan bagian DAS Citarum. Beberapa bagian menurut tebing yang bersisian dengan sungai sudah terkikis sedikit demi sedikit akibat kikisan air sungai waktu alirannya deras. Pun tanah permukaan pernah mengalami longsor relatif banyak, ditimbulkan tiadanya akar-akar pohon yg mengikat struktur tanah tadi. Sementara pada loka lain pada sekitar Rumah KAIL, staf KAIL pernah menyaksikan penebangan pohon untuk pembangunan rumah yang lokasinya persis di tepi sungai. Praktek penebangan pohon buat aneka macam keperluan, tanpa tanggung jawab buat menanami pulang masih terjadi pada kurang lebih Rumah KAIL, padahal seperti yang dipaparkan sebelumnya, bahaya longsor mengintai. Menjadi tantangan bagi KAIL buat menggugah kepedulian & pencerahan masyarakat tentang bahaya yg mungkin terjadi, bukan sekarang, tapi di lalu hari.

Sungai di laman belakang Rumah KAIL

KAIL merancang kebun menggunakan prinsip berkelanjutan. Bagian terluar Kebun KAIL dirancang dengan syarat alam menyerupai ekosistem hutan atau zona liar, pada mana daur alam memegang peranan primer. Akar tumbuhan yang tumbuh pada zona liar Kebun KAIL, misalnya pala, aren dan bambu saat ini menjadi pelawan laju air pada tanah yang bisa mempercepat erosi & longsor.

Tantangan lainnya dalam perawatan kebun, antara lain tantangan kondisi tanah dan sumber daya manusia dalam pengelolaan kebun. Jenis tanah di Kebun KAIL sebenarnya merupakan jenis tanah lengket seperti tanah liat. Setelah diolah dan dirawat, tanah di Kebun KAIL menjadi subur untuk ditanami. Terutama di musim hujan, kebun KAIL menghasilkan panen cukup banyak dan beragam, sehingga hasil tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di Rumah KAIL. Namun, di musim kemarau, sebagian tanah menjadi kering dan pecah-pecah. Tidak terlalu banyak  panenan yang dapat dimanfaatkan dari Kebun KAIL.

Sistem di Rumah KAIL sesungguhnya telah disiapkan untuk mandiri dalam perawatan kebun, yaitu dibangunnya biodigester sebagai pengolahan kotoran sehingga menghasilkan material organis yang dibutuhkan untuk kesuburan tanaman. Namun demikian, biodigester belum berfungsi sepenuhnya, karena belum cukupnya jumlah kotoran yang dihasilkan dari WC atau toilet di Rumah KAIL  yang dapat diolah oleh biodigester, sehingga penggunaannya belum maksimal.

Dalam perawatan Rumah KAIL, KAIL menghadapi tantangan lainnya, yaitu dalam menghadapi rayap & tikus. KAIL mengupayakan buat nir menggunakan obat-obatan kimia buat mengusir hewan-fauna tersebut . Upaya yg pernah dilakukan adalah memakai cairan tembakau untuk mengusir rayap.

Penutup

Upaya KAIL untuk mewujudkan pilihan hidup berkualitas dan selaras dengan alam masih terus dilakukan. Berbagai tantangan masih dihadapi KAIL dan belum semuanya dapat teratasi. Melalui praktek di Rumah KAIL, masing-masing anggota KAILpun tengah berproses dan belajar untuk  mengembangkan kemandirian menentukan pilihan-pilihan untuk mencapai hidup yang lebih berkualitas . Dan semoga, nantinya, tidak hanya di KAIL saja hidup yang berkualitas tinggi dan selaras alam dapat diwujudkan, namun juga dapat dicapai di lingkungan sekitar dan menjangkau tempat-tempat yang lebih luas lagi.

Senin, 04 Mei 2020

[RUMAH KAIL] PERJALANAN KAIL MEMPRAKTEKKAN KESADARAN AKAN KEMANDIRIAN

Oleh: Deta Ratna Kristanti

Menjadi berdaya adalah sebuah kemewahan. Menjadi berdaya berarti memiliki kebebasan buat menentukan arah dan langkah yg dipilih buat tujuan kehidupan yg lebih berkualitas. Salah satu upaya yang dilakukan untuk sebagai berdaya adalah menciptakan kemandirian buat diri sendiri. Jika kita mengusahakan hidup berdikari adalah kita menggunakan berkesadaran berusaha tidak tergantung pada pihak lain pada pemenuhan kebutuhan kita. Sebab, apabila masih tergantung pada pihak lain,mungkin saja pihak lain tadi menyumbangkan hal yang berdampak negatif atau nir sinkron dengan prinsip atau kualitas hidup yang ingin kita capai.

Tentu saja, bukan berarti ketika kita mengupayakan kemandirian, kita menjadi tidak peduli dengan keberadaan pihak lain. Sulit juga membayangkan bahwa kita akan mampu 100% memenuhi semua kebutuhan hidup kita. Yang dapat kita perbuat adalah meningkatkan kesadaran dan aksi kita untuk mengurangi ketergantungan sampai sekecil mungkin. Ingatkah anda dengan salah satu peringatan di pesawat: Pakailah dulu masker Anda sebelum menolong yang lain? Kira-kira seperti itulah gambaran kemandirian yang kita upayakan. Ketika kita mampu menolong diri sendiri dan sudah  berdaya, maka kita juga bisa menolong pihak yang lain.

Perkumpulan KAIL didirikan dengan misi dan tujuan buat membantu para aktivis berbagi diri sebagai akibatnya bisa berkontribusi lebih baik bagi global. Oleh karena itu, KAIL sebagai sebuah organisasi perlu mengupayakan kemandirian terlebih dahulu pada pada dirinya sendiri agar bisa menolong para aktivis atau forum yg membutuhkan layanannya. Selain itu, setiap upaya kemandirian yg dilakukan KAIL juga bertujuan menaruh donasi bagi global yg lebih baik, utamanya lingkungan alam dan makhluk di sekitarnya.

Rumah KAIL & pekarangan yg ditanami flora pangan

Kesadaran KAIL buat mengusahakan kemandirian sudah berlangsung lama . Selama 17 tahun berkarya, KAIL nir pernah tergantung pada satu pun forum donor pada pendanaan acara-acara internalnya. Hal ini adalah galat satu upaya KAIL untuk membebaskan diri menurut ketergantungan menurut pihak yang lain. Apabila pendanaan KAIL bergantung dalam forum donor, mungkin akan mengganggu kontinuitas KAIL buat berkarya selama ini. Selain itu, ketergantungan tersebut mungkin dapat mengganggu perjalanan KAIL ke arah pencapaian visi dan misi organisasi.

Sejak tahun 2013, KAIL membangun tempat permanen untuk melakukan segala aktivitasnya, yaitu Rumah KAIL. Memiliki tempat yang permanen berarti harapannya KAIL dapat lebih banyak mempraktekkan ide-ide kemandirian yang selama ini telah diketahui. Langkah pertama yang dilakukan KAIL sebagai wujud mempraktikkan kemandirian adalah merancang bangunan dengan sistem rumah yang selaras dengan alam. Misalnya, memilih bahan kayu bekas untuk membangun rumah KAIL. Memilih menggunakan ulang bahan bekas sehingga mengurangi timbulan sampah serta menghemat biaya merupakan wujud kemandirian di mana KAIL melepaskan ketergantungan terhadap bahan baru dan barang baru. Selain itu, pembuangan Rumah KAIL juga dirancang tersambung dengan kompor biodigester sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap gas elpiji.

Kompor biodigester

Kubah biodigester yang ditanam di bawah tanah

Area yg relatif luas di Rumah KAIL selain terdapat rumah, pula tanah yg dimanfaatkan buat kebun. Kebun KAIL dibuat buat mendukung kemandirian pangan pada Rumah KAIL. Berbagai flora konsumsi ditanam di area Kebun KAIL, termasuk bumbu-bumbu yg bisa dimanfaatkan buat menciptakan kuliner menjadi lebih sedap. Saat sedang dilaksanakan pelatihan atau workshop, ataupun rapat-rapat di Rumah KAIL, sebisa mungkin makanan yang disajikan untuk peserta pembinaan maupun staf & relawan KAIL dari dari kebun KAIL. Talas, daun singkong, daun, bunga & buah papaya, cabe rawit, daun pseudo ginseng, serta bumbu-bumbu misalnya kunyit, jahe, kencur, dan pandan disulap sebagai minuman jamu yg menyehatkan. Tak ketinggalan buah-buahan misalnya pepaya, pisang, jambu, atau nangka menjadi sajian snack sehat apabila kebetulan sedang panen.

Kebun KAIL dikelola dengan prinsip selaras menggunakan alam. Sisa-sisa makanan maupun bagian kulit bahan makanan yang nir terpakai dibuang pulang ke kebun KAIL hingga sebagai kompos yg menaikkan kesuburan tanah di kebun KAIL. Perlu diceritakan bahwa awalnya tanah di kebun KAIL merupakan tanah berjenis lempung atau misalnya tanah liat yang lengket, yg sulit untuk diolah dan ditanami. Di awal pengolahannya, Kebun KAIL membutuhkan media tanam menurut luar yang dicampurkan dengan tanah di Rumah Kail, dan melakukan pengomposan langsung pada tanah KAIL sebagai akibatnya dalam akhirnya tanah kebun pada tempat tinggal KAIL menjadi subur sebagai akibatnya dapat ditanami & dinikmati hasilnya lalu.

Beraneka jenis tumbuhan di kebun KAIL

Kebun KAIL sebagai pintu masuk yang paling memungkinkan buat mempraktekkan upaya kemandirian di Rumah KAIL karena tanah yang telah diolah, diatur, ditanami, & dirawat kemudian dapat menghasilkan panen yg sanggup dikonsumsi. Untuk memberi perhatian spesifik pada pengelolaan kebun, KAIL menciptakan sebuah divisi spesifik bernama Kebun KAIL. Ada orang- orang yang bertugas memperhatikan perawatan Kebun KAIL. Tetapi, apakah selanjutnya proses pengelolaan Kebun KAIL menuju kemandirian sebagai mudah? Ternyata nir.

.

Banyak juga hambatan yang dijumpai yang membuat Rumah KAIL belum dapat mencapai kemandirian pangan dengan upaya maksimal. Ada banyak faktor yang memengaruhi. Salah satunya urusan menyesuaikan jadwal produksi dan panen pangan dengan jadwal pelatihan yang ada di rumah KAIL. Maksudnya bagaimana? Seringkali ketika di KAIL sedang tidak ada jadwal pelatihan atau workshop, buah-buahan yang sudah siap panen jumlahnya banyak. Akibatnya, jumlah panenan terlampau banyak, sedangkan orangnya sedikit. Sementara ketika ada jadwal pelatihan, hasil kebun yang dapat dipanen saat itu jumlahnya sedikit, sehingga mau tidak mau sebagian konsumsi harus dipenuhi dari warung atau pasar. Staf yang berinisiatif untuk menambah pengetahuan serta waktu untuk bereksperimen belum tersedia sehingga program pengolahan pasca panen yang dapat memanfaatkan hasil kebun yang berlebih ketika panen  juga belum terlaksana. Meskipun sistem sudah dibuat oleh Divisi Kebun KAIL, pada praktiknya ditemui kendala juga karena koordinasi dan komunikasi antar staf yang bertugas tidak terlalu berjalan dengan lancar. Jadi selain sistem yang diatur pada kebun, ternyata ada sistem lain yang terkait, yaitu sistem komunikasi antar staf yang bertugas mengurus Kebun KAIL.

Ada banyak ide kemandirian di Rumah KAIL yang belum dapat dipraktikkan secara konsisten hingga saat ini. Dalam rangka menambah pengetahuan tentang pengolahan dan pemanfaatan bahan-bahan alami, serta melepaskan ketergantungan pada produk pabrik, memang pernah diadakan beberapa workshop yang menghadirkan narasumber, misalnya membuat kombucha jus enzim, kimchi, serta pembuatan pembersih alami untuk lantai, kaca, dan meja. Beberapa staf sudah memiliki pengetahuan melalui workshop-workshop tersebut.  Tapi saat ini, praktiknya belum dilakukan di rumah KAIL. Padahal, misalnya cuka kombucha dapat dimanfaatkan sebagai pengganti sabun dalam mencuci piring. Pernah dicoba, namun saat ini tidak lagi.

Dalam hal pengelolaan sampah, Rumah KAIL juga belum sepenuhnya mencapai kemandirian. Memang, sampah organik yang dihasilkan dari dapur Rumah Kail sudah 100% dapat dikembalikan ke kebun dan bermanfaat untuk menambah kesuburan tanah KAIL. Namun, untuk sampah anorganik, meskipun sejak awal KAIL berkomitmen untuk sesedikit mungkin menggunakan barang yang berkemasan plastik. Namun, pada prakteknya tetap masih terkumpul sampah plastik terutama dari pembelian barang-barang yang masih dibutuhkan KAIL dari luar, misalnya plastik pembungkus spidol, kaplet obat-obatan, sisa potongan sampul plastik dan banyak lagi.  Kadang-kadang ketika membersihkan Rumah KAIL ditemukan juga sampah-sampah dari makanan dan minuman berkemasan yang mungkin dibawa angin atau dibuang oleh orang yang lewat di halaman rumah KAIL. Hal ini terkadang menambah sampah yang ada di rumah KAIL. Untuk penanganan sampah non-organik, Rumah KAIL masih tergantung pada tukang sampah atau tempat pembuangan sampah yang ada di sekitar Kail. Meskipun begitu, KAIL tetap mengupayakan untuk mereduksi jumlah sampah non-organik misalnya jika perlu membeli bahan makanan, staf KAIL akan membawa tas belanja sendiri. Juga ketika membeli makanan di warung, KAIL selalu membawa tempat bekal sendiri untuk mengurangi jumlah sampah plastik yang masuk ke Rumah KAIL. Rumah KAIL juga mencari warung-warung yang menjual bahan pokok yang dapat dibeli dengan sistem curah, sehingga kebutuhan  beras atau gula dapat dibeli menggunakan wadah sendiri. Setidaknya ini upaya yang dapat dilakukan Rumah KAIL untuk mengurangi ketergantungan terhadap sistem pembuangan sampah di luar, yaitu dengan sesedikit mungkin menghasilkan sampah anorganik yang perlu dibuang.

Dalam hal asal air, KAIL pula masih tergantung pada air yg berasal berdasarkan mata air yang disalurkan lewat pipa kolektif. Ini berlaku buat seluruh keperluan, dari memasak sampai urusan menyiram tumbuhan. Untuk air minum sehari-hari, KAIL memakai air dari keran yg dimasukkan ke filter air berdasarkan tanah liat yang kemudian dapat pribadi diminum. Namun, apabila kegiatan di Rumah KAIL melibatkan puluhan orang, KAIL masih tergantung pada air galon isi ulang. KAIL sebenarnya memiliki bak tampungan air hujan, namun belum berfungsi karena bocor.

Meskipun ide-ide dan pengetahuan tentang kemandirian telah diketahui dan disadari selama bertahun-tahun, dan KAIL telah memiliki tempat sendiri yang permanen, nyatanya tidaklah mudah mewujudnyatakan ide-ide tersebut. Tidak lantas mudah pula melepaskan diri dari ketergantungan pada pihak lain dan menjadi mandiri dalam memenuhi kebutuhan.  Beberapa hambatan di Rumah KAIL antara lain pengetahuan staf yang tidak sama, belum dibangunnya atau dijalankannya sistem untuk masing-masing hal yang diupayakan untuk kemandirian, serta belum adanya fokus perhatian dan kesediaan yang cukup dari semua orang yang terlibat di KAIL terhadap upaya ini. Saat ini, karena aspek kebun mendapat perhatian paling dominan maka sudah dapat dilihat hasilnya. Jika ingin aspek-aspek lain di rumah KAIL juga berkembang untuk mendukung upaya kemandirian, maka perlu dibangun sistem-sistem pendukung termasuk keterlibatan orang-orang di dalamnya secara bersama-sama.

Cloud Hosting Indonesia