Judul : From Disaster To Creativity (Dari Bencana Menuju Kreativitas)
Produksi: GROOTs International
Durasi : 15 mnt
Bencana! Kita, masyarakat Indonesia tentu sudah sangat akrab menggunakan istilah tadi. Bahkan buat rakyat pada beberapa wilayah, kata itu sebagai momok yg seram dan pula menyebabkan trauma. Ya, negara kita memang sering sekali terkena bala, entah itu tsunami, gunung meletus, badai, gempa, banjir, tanah longsor, dll. Walaupun demikian, tentunya kita nir boleh larut dalam kesedihan, yg hanya akan membuat kita berputus asa menghadapi masa depan.
Kita tidak sendiri. Bukan Indonesia saja yang pernah mengalami bencana. Honduras, Turki dan India adalah contoh negara-negara yang juga pernah terkena bencana. Namun mereka, khususnya para perempuan di sana, tidak tinggal diam, tidak berpangku tangan saja. Para perempuan juga ambil bagian, para perempuan membangun kembali kehidupan mereka paska bencana. Hal tersebut didokumentasikan oleh GROOTs, sebuah LSM internasional yang peduliterhadap permasalahan perempuan akar rumput di seluruh dunia, ke dalam sebuah film pendek yang diberi judul “ From Disaster To Creativity / Dari Bencana Menuju Kreativitas”.
Film ini dibentuk GROOTs dua atau tiga tahun selesainya bala terjadi. Film ini terbagi atas beberapa bagian. Bagian pertama menggambarkan mengenai bala dan dampaknya di Honduras, Turki dan India. Pada tahun 1998, Honduras mengalami badai & sekitar 9000 orang tewas & ribuan orang luka-luka. Berikutnya digambarkan tentang gempa yang berkekuatan 7,6 skala richter di Turki pada 17 Agustus 1999, yang menyebabkan 17 000 orang tewas, 44 000 terluka & 250 000 kehilangan rumah. Kemudian, digambarkan tentang bala pada Gujarat, India. Gempa pada sana menyebabkan 20 000 orang mati, 267 000 terluka & 600 000 kehilangan tempat tinggal. Selain dampak fisik, para korban yg selamat juga harus menghadapi kasus sanitasi yg jelek, hayati pada tenda ad interim yg memprihatinkan untuk beberapa bulan, kesehatan dan makanan yg buruk.
Di bagian berikutnya, terlihat bagaimana para korban, terutama perempuan , sesudah bencana bangkit & mulai menata hidup mereka pulang. Pada waktu selesainya bala, poly sekali donasi yg datang & terdapat ketidakadilan dalam pembagian bantuan, donasi yg salah sasaran, nir tepat ketika dan nir sesuai menggunakan kebutuhan mereka. Ditambah lagi, donasi-bantuan itu tidak berlangsung lama . Menyikapi hal ini, para wanita pun mengorganisir diri mereka sendiri buat menghadapi berbagai kasus tadi. Mereka menciptakan kelompok tabungan, kelompok simpan pinjam, mendirikan sentra kegiatan perempuan , tempat penitipan anak, dll.
Pada bagian ketiga, film ini menerangkan cara-cara yg diambil sang komunitas-komunitas perempuan supaya mereka mampu kondusif bila nantinya terdapat bencana lagi (tindakan-tindakan antisipatif yg mereka lakukan). Di Turki, mereka meminta kabar pada pemerintah mengenai bagaimana cara menciptakan rumah yg tahan gempa. Setelah itu, mereka berjalan keliling kampung buat mengontrol kualitas tempat tinggal -rumah yang sedang dibangun, sudah tahan gempa atau nir. Di Honduras, komunitas wanita mencoba mengajak rakyat lain buat pindah ke daerah yang lebih tinggi, lantaran mereka selalu was-was akan terkena bencana bila tetap tinggal pada daerah yg rendah.
Bagian terakhir film ini, memberitahuakn perubahan-perubahan apa yg dibutuhkan agar komunitas-komunitas wanita bisa bertahan. Langkah awal adalah, perempuan wajib belajar berdasarkan komunitas wanita lain, contohnya Turki belajar berdasarkan India. Dengan istilah lain, terlihat bahwa ternyata perempuan mampu berperan banyak dalam proses penanganan bencana.Namun, kiprah perempuan itu nir terjadi secara alamiah, tidak secara otomatis, perlu adanya pertukaran pengalaman dan pengetahuan.
Film yg menerangkan keberhasilan-keberhasilan komunitas perempuan di Turki, India & Honduras ini, kiranya mampu dijadikan menjadi media untuk proses pembelajaran bagi yang lain, bagi komunitas-komunitas wanita pada Indonesia misalnya.