Rabu, 20 Mei 2020

[MASALAH KITA] PANGAN DI ERA ANTROPOSEN : SISTEM PANGAN, MANUSIA DAN ALAM

Oleh : Fransiska Damarratri

Kehidupan apa yg kita impikan buat dunia sekarang dan mendatang? Tentu kehidupan yg sejahtera dan senang bagi kita serta bagi generasi mendatang. Serta keberlangsungan yg baik bagi alam di mana kita tinggal. Untuk keberlangsungan kehidupannya, manusia membutuhkan berbagai hal. Dan kebutuhan-kebutuhan tersebut didapatkan, secara mendasar, dari alam.

Berbagai kebutuhan hidup kita diderivasi dari minyak bumi.

(Mond Qu, Vimeo , 2012)

Sebagai contoh, bahan sandang kita berasal dari alam. Dahulu, sandang dibuat dari bahan seperti kapas. Kini bahan yang banyak digunakan adalah polyester. Pada dasarnya polyester merupakan polimer plastik yang berasal dari minyak mentah (petroleum/crude oil). Minyak mentah diekstraksi dari dalam perut bumi, dan merupakan bahan alam yang tidak dapat diperbaharui.

***

Hubungan antara insan dan alam merupakan subjek tersendiri yang menarik untuk diulik. Paradigma & perasaan kita terhadap alam mempengaruhi cara kita hidup. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa insan adalah bagian dari siklus alam, sebagaimana makhluk hidup lainnya. Apa yang dilakukan sang insan mensugesti alam, & kondisi alam pun akan menghipnotis kondisi insan.

Manusia merupakan kumpulan makhluk yang terus melakukan produksi & konsumsi dengan teknologinya. Dengan jumlah umat manusia yg semakin banyak, semakin majemuk & masif juga proses tadi di muka bumi. Tren peningkatan populasi ini pun nampaknya akan terus berlanjut. Dampak keberlangsungan peradaban manusia pun sangat besar pada Bumi.

Konon Bumi sudah memasuki era baru; Anthropocene atau Antroposen (1) . Karena“aktivitas manusia sudah berkembang menjadi kekuatan geologis tersendiri” melalui “perubahan guna lahan, deforestasi dan pembakaran bahan fosil” yang dimulai dua abad yang lalu bertepatan dengan James

Watt menemukan "mesin uap pada 1784” (2). Begitulah Paul Crutzen, pemenang Nobel Prize in Chemistry 1995, menuliskan makna istilah tersebut.

Dua material hasil produksi manusia yang sangat mudah ditemukan di permukaan bumi adalah beton dan plastik. Plastik merupakan material hasil turunan dari minyak bumi (crude oil). Sementara beton merupakan komposit dari agregat kerikil, pasir, dan semen. Semen sendiri terbuat dari batu kapur, silika, tanah liat dan pasir besi. Plastik berasal dari ekstraksi perut bumi. Sedangkan beton berasal dari ekstraksi batuan dan lapisan permukaan bumi. Produksi keduanya memindahkan dan memproses material-material planet Bumi menjadi dunia yang kita kenal kini.

Selain plastik & beton, ada jua aluminium & nitrogen dan fosfor menurut pupuk pertanian. Inilah material-material yang secara hipotetis akan ditemukan oleh makhluk masa depan.Ketika mereka menggali sedimen peradaban manusia sekarang.

Konon manusia sudah memproduksi sekitar 50 milyar ton beton. Jumlah itu setara dengan menyebarkan 1 kg beton/m2 (3) di seluruh luas Bumi. Setengah dari jumlah beton tersebut diproduksi dalam 20 tahun terakhir. Sementara hasil produksi plastik global, yang dikembangkan di sekitar tahun 1900-an, kini diperkirakan mencapai 8,3 milyar ton (4).

Lapisan anthropocene: sampah plastik.

(Sumber: Bo Elde, Flickr )

Selain indikator-indikator tersebut, ada beberapa indikator lain yang dipertimbangkan. Indikator yang beragam ini membuat Antroposen berbeda dari era-era geologi sebelumnya. Salah satunya adalah indikator tersebarnya elemen radioaktif karena teknologi manusia. Lalu ada indikator-indikator lain yang terkait produksi pangan. Bahkan sisa-sisa belulang dari perkembangbiakan ternak ayam global.

Manusia memang makin banyak mengonsumsi daging ayam. Konsumsi daging ayam Indonesia di tahun 2017 mencapai 6,4 kg/kapita/tahun, naik 1,5 kali lipat dari tahun 2007 (5). Angka tersebut sebenarnya jauh lebih kecil dibandingkan negara berpopulasi besar lain, Amerika Serikat. Pada tahun 2016 konsumsi ayam Amerika Serikat mencapai 40 kg/kapita/tahun (6). Data menunjukkan bahwa produksi pangan dunia mengalami peningkatan. Dan seiring peningkatan tersebut, berbagai polemik muncul.

Diagram 1. Trend populasi dunia yang meningkat, diiringi konsumsi pupuk nitrogen yang meningkat sangat tajam. Produksi serealia dan daging turut meningkat.  Sementara guna lahan untuk pertanian dan pengairan meningkat relatif sedikit. (7)

Masalah pangan di era Antroposen atau Era Manusia sudah menjadi sebuah wacana. Majalah daring Smithsonian memiliki tag topik berjudul Food in the Anthropocene atau Pangan di Era Antroposen (8). Foto-foto pengaruh manusia yang besar terhadap Bumi dapat juga dilihat di galeri yang diterbitkan oleh Guardian (9). Sementara Johan Rockström (Natural Resource Management, Stockholm University) di sebuah kelas daring mengungkapkan betapa produksi-konsumsi pangan adalah salah satu pendorong utama terjadinya pergantian era. (10)

[Manusia] sudah mengubah sekitar 50% permukaan tanah Bumi ke dalam beragam bentuk pertanian. Kita telah sampai pada titik di mana 70% sistem kelautan ditangkap secara berlebihan (overfished). Kita telah sampai pada titik pemanasan global 1,2 o  Celcius, yang bahkan di luar era Holocene; era terakhir yang kita telah masuki sejak zaman es terakhir. Dan pertanian adalah penyebab besar di balik perubahan ini. Produksi pangan adalah penggerak Antroposen. Dan kita berada di titik persimpangan kemanusiaan di Bumi ini. (11)

Produksi-konsumsi pangan sekarang masih adalah penghasil rumah kaca terbesar dan pengguna air higienis terbesar. Produksi-konsumsi pangan jua mengakibatkan hilangnya keanekaragaman biologi di majemuk loka. Kegiatan manusia ini pula telah mengakibatkan polusi nitrogen, fosfor, dan bahan kimia lainnya secara hiperbola dalam badan-badan air.

Polemik Pangan Dunia

Malnutrisi

Banyak orang merogoh sudut pandang ?Kekurangan gizi? Versus ?Obesitas?. Kekurangan gizi dan obesitas sejatinya merupakan informasi malnutrisi. Malnutrisi merupakan kelebihan, kekurangan, atau ketidakseimbangan tenaga dan nutrisi yg kita serap. Ketika kita kekurangan vitamin dan mineral. Atau waktu kita memiliki kadar kolesterol, lemak, gula, atau garam yang tinggi?Atau rendah. Ketika anak-anak kita mengalami kasus pertumbuhan. Ketika kita sensitif terhadap penyakit lantaran kebutuhan kita tidak tercukupi.

Secara generik, Global Hunger Indeks pada negara berkembang telah menurun 29% sejak tahun 2000. Tetapi di luar indeks itu, sebenarnya kedaulatan dan akses terhadap pangan yang baik masih sebagai perkara. Menurut FAO, kerentanan pangan dan obesitas acapkali terjadi bersamaan di sebuah unit famili. Hal tadi sekilas adalah sebuah bertentangan dengan harapan tersendiri. Hal tadi terjadi karena sumber daya dan akses akan pangan sehat berkurang. Sehingga warga memilih kuliner yang padat kalori, mengenyangkan namun kurang sehat. (12)

Hal tersebut memicu kasus-masalah kesehatan, galat satunya obesitas. Statistik memperlihatkan bahwa buat setiap 2 orang yg mengalami obesitas, masih ada satu orang kekurangan gizi. Lebih berdasarkan 2,1 milyar populasi dunia kini mengalami perkara obesitas/kelebihan berat badan. (13)

Kerusakan alam

Sumber & akses terhadap pangan sehat dipengaruhi oleh banyak hal. Dari segi daya dukung ruang, perkotaan semakin berkembang besar . Banyak terjadi perubahan kepemilikan & guna huma. Selain huma yang berkurang, akses terhadap lahan pertanian buat memproduksi pangan berkurang juga. Basis material buat warga mengenal pertanian dan pangan pun berkurang. Budaya & profesi bertani kini bukanlah pilihan utama bagi generasi muda.

Daya dukung alam pun semakin terdegradasi. Salah satu sumber masalah adalah produksi-konsumsi pangan manusia yang masih mengikuti model ekonomi yang linear. Eksploitasi sumber daya tak terbarukan masih dilakukan. Limbah organis yang dihasilkan tidak dikelola untuk diuraikan kembali dengan sempurna oleh alam.  Limbah sedari produksi, pemrosesan, pengemasan dan konsumsi menjadi masalah, terutama plastik dan limbah kimia lain. Proses produksi-konsumsi pangan arus utama masih tidak mengindahkan siklus alam yang sudah ada.

Proses produksi-konsumsi pangan dunia menekan daur-daur alam. Keberlangsungan siklus-daur tadi pun terpengaruh seiring ketika. Dan tentu dengan derajat yg tinggi, maka menurut itu terjadilah perubahan era Antroposen.

UNEP (United Nations Environment Programme) menerbitkan laporan di tahun 2016 berjudul Food Systems and Natural Resources atau Sistem Pangan dan Sumber Daya Alam.(14) Di dalam tabel berikut dijabarkan penggunaan sumber daya terbarukan dan tidak terbarukan di rantai pangan. Terlihat bahwa rantai pangan bergantung pada sumber daya tidak terbarukan, baik dalam penanaman, produksi, pemrosesan, pemasakan, pengemasan dengan berbagai jenis kemasan termasuk plastik, hingga kebutuhan energi untuk penyimpanan dan penjualan.

Rantai pangan jua amat bergantung dalam sumber daya terbarukan. Tetapi kita bisa menyimpulkan berdasarkan praktek arus utama bahwa pengelolaan manusia terhadap aspek ini pun bermasalah.

Fungsi-fungsi Sumber Daya Alam yang diperlukan untuk kegiatan rantai sistem pangan. Banyaknya titik menunjukkan perkiraan relatif penggunaan. Disadur dari laporan UNEP (2016). (15)

Hubungan antara penggunaan sumber daya dan dampak lingkungan di sistem produksi pangan. EGS merupakan singkatan dari Ecological Goods and Services  (Barang dan Jasa Ekosistem), yang merujuk pada material dari alam dan layanan dari infrastruktur atau siklus alam. Disadur dari laporan UNEP (2016). (16)

Di pada laporan yang sama, sebuah diagram sistem menjabarkan interaksi antara penggunaan kedua jenis asal daya alam tadi & impak terhadap aspek-aspek alam. Sistem pangan sesungguhnya menciptakan daur tertutup pada mana impak yg didapatkan mempengaruhi fungsi-fungsi alam pulang. Fungsi-fungsi alam tadi kemudian kita hegemoni lagi buat menghasilkan pangan. Lalu efek pun terjadi kembali, dan seterusnya.

Kebun Kail berkaitan erat  infrastruktur alam; siklus air, udara, kualitas tanah, keanekaragaman hayati, dll. (Dok Kail)

Semakin tinggi tekanan dampak ke alam, kualitas fungsi alam menurun. Lalu hasil pangan kita akan menurun juga, baik dari segi kualitas dan kuantitas. Ketika kita masih bertahan dengan cara-cara yang masih memberikan tekanan dampak ke alam, maka kualitas fungsi alam akan terus menurun. Begitulah sistem pangan bergantung pada alam dan mempengaruhi alam. Di dalam Cara Berpikir Sistem (System Thinking), siklus sistem yang semakin menurun/menaik disebut juga reinforcing loop.

Sampah makanan

Sistem pangan, yang beroperasi dengan fungsi alam, menghasilkan limbah atau material sisa produksi-konsumsi. Kita tidak dapat memungkiri bahwa material tersebut masih berada di alam. Dan  material-material hasil sisa produksi-konsumsi mempengaruhi fungsi alam.

Telah diajukan di awal tulisan bahwa salah satu indikator Antroposenadalah masifnya material plastik dan aluminium dari hasil kegiatan manusia. Ada juga material fosfor, kalium, dan nitrogen. Material-material tersebut banyak sekali digunakan di sistem pangan, sedari penanaman, produksi, pengemasan dan penjualan. Dapat kita ketahui juga dari diagram sistem di atas bahwa plastik dapat memberikan kontaminasi terhadap alam. Begitu juga material lainnya jika hadir dalam kadar yang mengganggu keseimbangan.

Dari aktivitas produksi-konsumsi, dihasilkanlah sisa material-material organis seperti sisa makanan, sisa material dari proses produksi dan pengolahan, material yang hilang atau terbuang saat proses transportasi dan penjualan, lalu material yang terbuang dari pola makan manusia. Material tersebut yang seringkali diberi istilah food waste atau di dalam tulisan ini akan disebut sampah makanan. Di negara berkembang, sampah makanan banyak terbuang dari sejak proses produksi hingga penjualan. Sedangkan di negara maju, sampah makanan banyak muncul dari perilaku pola makan manusia/konsumen.

Sampah kuliner, New York, Amerika Serikat. Amerika Serikat membuat 277 kg sampah kuliner per kapita. (Wikimedia Commons)

Dalam sebuah penelitian, Indonesia membuat sampah kuliner paling banyak per kapita kedua berdasarkan 24 negara dunia yg diteliti. Secara berurutan keempat negara terbesar adalah: Arab Saudi, Indonesia, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab. Indonesia membuat 300 kg sampah kuliner per kapita. (17)

Sampah makanan, di Indonesia maupun secara global, masih lebih banyak terbuang ke TPA atau landfill. Sampah makanan tercampur dengan material lainnya yang dibuang oleh manusia ke sistem persampahan. Kita menghabiskan sangat banyak sumber daya tidak terbarukan, seperti bensin dan solar, untuk memindahkan sampah tercampur tersebut ke TPA.

Apa yg sanggup kita mulai?

Rangkaian kasus ini penting buat dipecahkan jika kita memiliki impian akan sistem pangan yg baik bagi seluruh. Baik & mencukupi bagi insan & baik bagi alam. Sebuah sistem pangan yang tidak membebani alam menggunakan dampak yg merugikan. Lantaran buat menghasilkan pangan, kita akan bergantung pada material-material dari alam dan siklus-siklus atau layanan dari infrastruktur alam.

Penting bagi kita buat memikirkan ulang perseteruan pada atas menggunakan lebih keseluruhan. Memandang sistem pangan bukanlah menjadi rangkaian linear dari produsen ke konsumen. Namun menjadi sebuah sistem kompleks pangan. Lalu mengkaji ulang pilihan-pilihan teknologi dan cara hidup kita baik menjadi individu juga gerombolan .

Secara fundamental, kerangka berpikir insan terhadap alam mempengaruhi pilihan-pilihan dan perilaku kita. Paradigma tersebut berangkat dari memori, pengetahuan & perasaan kita akan alam. Hal ini penting buat kita pikirkan ulang atau kita dekonstruksi.

Kita bisa memperkaya pengetahuan menjadi umat insan akan pangan dan ekologi. Lalu menelisik lagi perasaan kita terhadap alam itu sendiri. Apakah kita sudah mengenal alam? Apakah kita sudah memiliki pencerahan akan kebergantungan kita terhadap alam? Apakah kita berempati dengan semua ciptaan di alam?

Dengan bekal paradigma yg mulai kita pikirkan ulang, barulah kita dapat mengambil posisi. Barulah kita memilih menggunakan lebih sadar. Barulah kita dapat mulai memikirkan hal-hal kreatif dalam memenuhi kebutuhan pangan kita & membantu perbaikan sistem pangan.

Menara cacing pada Kebun Kail merupakan sarana buat menguraikan residu kuliner. (Dok Kail)

Ada pilihan yang memang bisa kita lakukan pada ranah eksklusif atau keluarga. Namun terdapat juga batasan-batasan pada kondisi global saat ini. Maka dalam memecahkan rangkaian kompleks perkara, memang diperlukan upaya bersama.

Kita bisa menyelidiki lagi tabel dan diagram pada atas. Siapa saja aktor yang berperan pada tiap elemen kegiatan sistem pangan? Mulai berdasarkan produsen seperti petani & peternak, siapa saja yang memasak hasilnya, seluruh yang mengonsumsi pangan, siapa yg menguraikan limbah. Berapa poly sumber daya yg terbarukan dipakai & bagaimana menjaganya? Bagaimana membangun hubungan baru yang mentransformasi sistem yang linear supaya berkontribusi pulang pada alam?

Dan pilihan tadi bisa mulai berdasarkan hal yg sangat dekat & sederhana, misalnya tidak menyia-nyiakan kuliner & mencari cara mencegah sampah makanan kita hingga ke TPA. Bagaimana kita bisa mengakses layanan penguraian material organis? Mungkinkah kita mempunyai akses terhadap output pangan lokal yg tidak ditransportasikan menurut jauh?

Sedangkan untuk pilihan-pilihan pada skala yang lebih besar , tentu kita wajib beranjak bersama. Dengan melihat posisi kita di sistem pangan dan apa keahlian kita, baik menjadi individu juga kelompok. Apa saja yg bisa kita lakukan? Dan apa saja yg mampu dikolaborasikan menggunakan orang ataupun kelompok lain? Tentu sebelumnya dengan mempelajari lagi sistem pangan pada Era Manusia kini dan kerangka berpikir kita.

Ketika kita semua ada pada persimpangan jalan, jalan apa yang akan kita ambil? Apakah kita sanggup meniti sebuah jalan yang baru?

***

Daftar Pustaka :

1. Era baru setelah 12.000 tahun Holocene. Pengaruh manusia mengubah planet bumi sangatlah besar. Salah satu indikatornya adalah betonisasi dan polusi plastic. The Anthropocene epoch: scientists declare dawn of human-influenced age https://www.theguardian.com/environment/2016/aug/29/declare-anthropocene-epoch-experts-urge-geological-congress-human-impact-earth  Diakses 31 Maret 2018.

2. Crutzen P.J. (2006) The “Anthropocene”. In: Ehlers E., Krafft T. (eds) Earth System Science in the Anthropocene. Springer, Berlin, Heidelberg. https://link.springer.com/chapter/10.1007/3-540-26590-2_3  Diakses 31 Maret 2018.

3. Human imprint has thrust earth into new geological epoch: study. https://www.reuters.com/article/us-environment-anthropocene/human-imprint-has-thrust-earth-into-new-geological-epoch-study-idUSKBN0UL29O20160107  Diakses  31 Maret 2018.

4. Production, use, and fate of all plastics ever made http://advances.sciencemag.org/content/3/7/e1700782  Diakses  31 Maret 2018.

5. Atau atau 0.124 kg/kapita/minggu, data Badan Pusat Statistik 2017. https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/950/rata-rata-konsumsi-per-kapita-seminggu-beberapa-macam-bahan-makanan-penting-2007-2016.html  Diakses  3 April 2018.

6. Konsumsi per kapita http://www.nationalchickencouncil.org/about-the-industry/statistics/per-capita-consumption-of-poultry-and-livestock-1965-to-estimated-2012-in-pounds/  Diakses  3 April 2018.

7. https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/2015WR017053  Diakses  3 April 2018.

8. Food in the Anthropocene. https://www.smithsonianmag.com/smart-news/extinction-threatens-foods-we-eat-180965081/  Diakses  3 April 2018.

9. Overpopulation, overconsumption – in pictures. https://www.theguardian.com/global-development-professionals-network/gallery/2015/apr/01/over-population-over-consumption-in-pictures?CMP=soc_567

10. Food systems in the Anthropocene https://www.futurelearn.com/courses/food-systems-southeast-asia/1/steps/107823  Diakses  3 April 2018.

11. Ibid.

12. FAO, IFAD, UNICEF, WFP and WHO. 2017. The State of Food Security and Nutrition in the World 2017. Building resilience for peace and food security. Rome, FAO. http://www.fao.org/3/a-I7695e.pdf  Diakses  3 April 2018.

13. The obesity crisis. https://www.mckinsey.com/mgi/overview/in-the-news/the-obesity-crisis  Diakses  3 April 2018.

14. UNEP (2016) Food Systems and Natural Resources. A Report of the Working Group on Food Systems of the International Resource Panel. Westhoek, H, Ingram J., Van Berkum, S., Özay, L., and Hajer M. www.resourcepanel.org/file/395/download?token=JqcqyisH Diakses  3 April 2018.

15. Ibid

16. Ibid

17. Food Sustainability Index: Food Loss and Waste. http://foodsustainability.eiu.com/food-loss-and-waste/  Diakses  5 April 2018.

Cloud Hosting Indonesia