Anita tinggal di Jakarta. Dia suka menari. Untuk menyalurkan hobinya dia mengikuti sanggar tari dan berlatih dua kali seminggu. Biaya yang harus dikeluarkannya untuk mengikuti sanggar adalah Rp 250.000,- per bulan. Harga tersebut tidak terlalu mahal dibandingkan tempat-tempat kursus menari lainnya. Dengan harga tersebut dia sudah bisa berlatih dibimbing oleh seorang guru profesional.
Kini sudah 9 tahun Anita berlatih menari. Anita tahu bahwa dia bukanlah penari yang paling jago. Teman-temannya yang lain lebih lentur juga lebih lincah dalam menari. Terkadang Anita pun lupa gerakan dari tariannya. Pasti dia tidak akan jadi penari profesional. Meskipun begitu, dia akan terus menari. Kalau bisa seumur hidupnya. Dengan begitu dia bisa terus menjaga kebugaran sekaligus bersenang-senang. Yang paling penting, dengan menari Anita merasa lebih hidup. Emosinya tersalurkan, ada tempat baginya untuk melepas pikiran dan berkonsentrasi pada alunan musik dan gerakan tubuh. Dengan menari,
hatinya ikut menari, begitu jua hidupnya. Sayangnya tidak seluruh orang punya kesempatan seperti Anita. Mampu belajar seni sekadar buat bersuka cita.
Tidak semua orang akan berprofesi sebagai seniman. Tapi seni punya peranan yang sangat penting bagi manusia, termasuk bagi orang-orang yang tidak bekerja di bidang seni. Pernah mendengar musik yang lirik atau melodinya menyentuh hati? Pasti pernah kan? Ada juga musik yang membuat kita sedih, bahagia, bahkan bersemangat. Selain musik, bentuk seni yang lain seperti lukisan, tarian, teater dan sebagainya bisa mempengaruhi emosi kita. Dengan bersentuhan dengan seni, kita bisa melihat dunia dengan cara yang berbeda. Itu menggambarkan bahwa seni begitu penting bagi kehidupan manusia.
Bagaimana memperkenalkan seni kepada orang banyak? Salah satunya adalah melalui pendidikan seni. Pendidikan seni memang tidak harus selalu ditujukan untuk mempersiapkan seseorang menjadi seniman atau pekerja seni. Justru, pendidikan seni harus bisa dinikmati oleh orang banyak. Pendidikan seni tidak boleh mahal agar semuanya bisa ikut belajar. Tujuannya adalah menjadikan manusia lebih manusiawi melalui perantara seni.

La Colmenita (Teater Anak-anak Kuba) adalah sebuah lembaga pendidikan seni di Kuba. Didirikan pada tahun 1976 oleh Carlos Alberto Cremata. Awalnya, La Colmenita hanyalah komunitas kecil di Havana. Di sanalah anak-anak maupun orang dewasa berkumpul dan berlatih teater. Proses latihan biasanya pada sore hari, sepulang anak-anak sekolah. Pada perkembangannya La Colmenita kemudian dikhususkan untuk anak-anak usia 6 sampai 16 tahun. Kini sejumlah 22 cabang La Colmenita tersebar di berbagai daerah lainnya di Kuba. Di sana anak-anak belajar teater, bernyanyi, menari, termasuk belajar mempersiapkan pertunjukan seni.
La Colmenita tidak bertujuan mempersiapkan anak-anak menjadi pemain theater profesional. Tempat itu merupakan tempat anak-anak bisa belajar bekerja sama, merasakan kehangatan, serta mengembangkan kreativitas. Menurut Carlos, "Anak-anak tidak mau menjadi pemain teater, mereka ingin bermain peran." Melalui kegiatan bermain peran, maupun tari dan musik, anak-anak bisa mengembangkan kreativitas sehingga potensi mereka bisa berkembang. Mereka akan menjadi manusia yang lebih baik, sebagai individu maupun kelompok. (Stories by Deisy Francis Mexidor dalam http://axisoflogic.com/artman/publish/Article_63919.shtml )
Di Indonesia, nir semua anak bisa belajar seni menurut seorang pengajar seni profesional. Jumlah guru seni profesional sangat terbatas. Akibatnya hanya anak-anak tertentu yg bisa mengakses mereka. Mungkin karena mereka akbar di lingkungan seniman, atau mereka punya uang yang memadai buat membayar guru seni.
Di Kuba, pengajar seni dipersiapkan dengan sangat serius. Ada sekolah khusus buat calon guru seni di masing-masing provinsi. Siswa-murid berusia 14 tahun masuk ke sekolah ini buat belajar menjadi calon pengajar seni. Tahun 60-an, Fidel Castro, pemimpin Kuba ketika itu memang pernah mengumpulkan artis buat mendorong terpromosikannya seni musik, seni tari & seni visual sebagai akibatnya sanggup dijangkai oleh anak-anak di daerah terpencil sekaligus. Salah satunya merupakan melalui pendidikan seni pada sekolah. Hal ini dilakukan karena seni dipercaya sanggup mendorong terjadinya perubahan sosial.
Dhitta Puti Sarasvati
Dhitta Puti Sarasvati adalah associate KAIL. Sejak 2002 kegiatannya poly terkait bidang pendidikan, mulai berdasarkan mengajar pada sekolah, forum kursus, perguruan tinggi, juga memfasilitasi berbagai pembinaan pengajar. Kini aktif pada Ikatan Pengajar Indonesia.