Senin, 11 Mei 2020

[PROFIL] PEJUANG DEMOKRASI EKONOMI ERA 4.0

Oleh: Jeremia Bonifasius Manurung

Selepas runtuhnya Uni Soviet, mudah hampir seluruh negara pada dunia memakai sistem kapitalisme sebagai metode pengelolaan ekonomi. Prinsip-prinsip seperti akumulasi kapital, pengambilan keputusan sepihak oleh jajaran direksi dan pemilik saham, serta maksimalisasi keuntungan sembari meminimalisasi porto meski harus mengorbankan lingkungan dan pekerja sebagai jamak.

Di tengah hiruk pikuk kapitalisme, tetap ada orang yang percaya bahwa ekonomi dan segala tetek bengeknya bisa dikelola dengan cara alternatif. Metode alternatif dari kapitalisme tersebut masyhur disebut co-operative atau dalam Bahasa Indonesia kita menyebutnya koperasi.

Sebagai model merupakan Mondragon Cooperatives pada Basque, Spanyol. Mereka merupakan perusahaan menggunakan nilai sekitar 3 ratus triliun rupiah yg dikelola menggunakan metode koperasi. Di sana, nir terdapat eksploitasi pekerja, pendapatan yg setara antara direksi & karyawan paling rendah, dan nir terdapat pengumpulan kekayaan yg hanya dinikmati segelintir direksi & pemegang saham. Di Mondragon, seluruh pekerjanya merupakan pemilik perusahaan. Perbandingan honor pekerja paling rendah dan paling tinggi diatur tidak boleh lebih berdasarkan 1:8. Puncaknya, sistem koperasi yg acapkali dipandang sebelah mata itu sanggup membuat Mondragon menjadi perusahaan konglomerasi ke 4 paling bernilai pada Spanyol.

Lain di Spanyol lain pula pada Indonesia. Di sini koperasi telah tereduksi sebagai sekedar koperasi serikat karyawan atau koperasi simpan pinjam. Tetapi ternyata terdapat orang atau sekelompok orang yg meyakini bahwa koperasi bisa jadi metode pengelolaan ekonomi yang berhasil & jua berjuang mewujudkan visi tadi. Salah satu orang tersebut adalah Muhamad Sena Luphdika.

M. Sena Luphdika
Muhamad Sena Luphdika atau akrab dipanggil Sena adalah CEO dari Meridian.id. Meridian.id adalah sebuah software house yang berlokasi di Bandung. Sena memang akrab dengan dunia teknologi informasi dan startup. Sena menjadi mentor di Bekup, salah satu program dari Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) untuk dunia startup. Di Meridian.id Sena juga pernah mengadakan acara Built What You Love untuk membantu startup-startup di sekitar Bandung membangun perusahaan mereka.

Sena juga aktivis platform co-operative. Platform co-operative atau biasa disebut platform co-ops adalah metode pengelolaan startup dengan prinsip co-operativisme atau koperasi.  Dia pernah mengikuti konferensi startup platform co-ops di Hongkong pada 2018 silam.

Ketertarikan Kepada Koperasi

Sena bercerita bahwa ada beberapa hal yang membuat ia tertarik kemudian tergerak menggeluti dunia koperasi. Sebagai orang yang pernah belajar formal tentang teknologi informasi dan berkecimpung di dunia tersebut setelah lulus, Sena pernah mengalami kegalauan. Dia pernah bertanya-tanya,”Apa sih IT?”.  Sena juga mepertanyakan tentang hype valuasi atau nilai perusahaan startup yang menurutnya bersifat gorengan. Muncul ketidakpuasan terhadap dunia IT dan per-startup-an. “Merasa ga puas aja”, begitu katanya.  Puncak ketidakpuasannya adalah fakta-fakta mengenai ketidakadilan perusahaan-perusahaan startup terhadap orang-orang yang dipangggil partner seperti pada Gojek atau Uber. Menurutnya, mitra adalah istilah yang tidak tepat karena yang terjadi adalah hubungan tidak seimbang yang menjurus eksploitasi terhadap “mitra”.

Hal ke 2 yang membuatnya tersadar merupakan tentang kesenjangan & lapangan pekerjaan. Dulu Sena ingin mendirikan perusahaan buat mengatasi kesenjangan ekonomi. Baginya, kesenjangan adalah masalah paling pelik yg menjadi pemicu buat poly kasus sosial lain.

“Kepikiran untuk bikin holding”, tuturnya mengingat masa lalu. Menurutnya dulu, perusahaan holdingakan memberikan pekerjaan kepada orang-orang dan itu cukup untuk mengentaskan kesenjangan ekonomi. Tapi  Sena tersadar, ketika  fakta di lapangan menunjukkan meskipun perusahaan holding sudah banyak, namun kesenjangan tetap ada bahkan semakin menjadi-jadi. Di situ dia berkesimpulan, bukan banyaknya perusahaan yang menjadi poin penting namun bagaimana perusahaan tersebut dikelola.

Perusahaan holding atau startupsekalipun jika dikelola dengan gaya lama tidak akan mengentaskan kesenjangan.  Sena percaya bahwa yang harus dilakukan adalah mengubah pola pengelolaan perusahaan.  “Sistem dan strukturnya yang harus diganti”, begitulah kesimpulan dia.

Menurutnya, untuk mengentaskan kesenjangan perusahaan haruslah dikelola secara demokratis. Artinya, tiap orang yang terlibat pada proses produksi perusahaan wajib terlibat dalam pengambilan keputusan, kesimpulan, dan penentuan arah perusahaan. Apabila keputusan perusahaan berdampak bagi pekerja maka pekerja berhak buat turut menyuarakan pendapat & berperan dalam proses pengambilan keputusan.

Saat ini, dalam perusahaan umumnya, pengambilan keputusan ditempatkan dalam segelintir pemegang saham dan direksi. Apa barang yang harus diproduksi, kapan/pada mana barang tersebut diproduksi, bagaimana cara memproduksinya dan apa yg akan dilakukan dalam laba yang didapatkan dipengaruhi oleh segelintir orang tersebut. Semuanya tergantung pada benevolentleader. Jika pemimpinnya baik, seluruh proses pada atas akan baik.

Namun bagaimana apabila pemimpinya tidak baik? Tentu yg didapatkan adalah hal yg buruk. Apalagi jikalau pemimpin hanya punya satu tujuan. Pemimpin perusahaan hanya peduli pada bagaimana membuat keuntungan sebanyak-banyaknya menggunakan porto ekonomi yg sekecil-kecilnya. Biaya yang sekecil-kecilnya sering mengorbankan lingkungan & mengeksploitasi pekerja

Pekerja berada pada posisi yg amat lemah. Mereka tidak sanggup melawan atau sekadar memperlihatkan ketidaksetujuan. Dalam sistem yang generik ketika ini, secara struktural melawan merupakan siap buat dipecat. Hal inilah yg dilihat Sena membuat pekerja tidak punya kekuatan dan terus dieksploitasi

Ketidakberdayaan pekerja pula termasuk dalam urusan mendistribusi laba perusahaan. Pekerja praktis ?Nrimo? Saja gaji yg disodorkan pada mereka. Pilihan mereka adalah ambil honor mini itu atau tidak makan. Ujung dari perbedaan pendapatan yang mencolok merupakan kesenjangan ekonomi. Kesenjangan ekomi akan memicu terciptanya kesenjangan-kesenjangan lain misalnya sosial, pendidikan, kualitas hidup, kesempatan kerja & masih poly lagi.

Melihat empiris seperti pada atas, Sena berkesimpulan bahwa apabila kita ingin membarui keadaan secara lebih fundamental kita perlu mengubah sistem & struktur pengelolaan perusahaan. Dari yg awalnya otoritarian menjadi demokrasi. Dari yang awalnya keputusan diambil oleh segelintir orang sebagai seluruh orang berhak menentukan arah/keputusan. Keputusan tertinggi ada di anggota bukan dalam segelintir direksi & pemegang saham .

Ekonomi Baru: Mulai Dari Lingkungan Sendiri

Bagi Sena, tema ekonomi baru adalah tema yang menarik. Dia berpendapat bahwa menyadari bahwa kita membutuhkan sistem ekonomi baru,merupakan awal yang cantik. ?Apabila kita tetapkan untuk memakai sistem yang baru, kita wajib sadar bahwa yg lama itu buruk, lama , punya kekurangan?, jelasnya. ?Kalo ngga kenapa harus buat yg baru??, beliau menambahkan.

Sadar bahwa sistemnya wajib diganti merupakan suatu kemajuan. Tetapi tentu akan lebih baik jika dilanjutkan dengan mengetahui wangsit penggantinya. Menurut Sena inilah yang menciptakan memperjuangkan koperasi telah sulit menurut awalnya.

Sena menyadari bahwa bagi orang kebanyakan koperasi itu merupakan tiga hal yang berkonotasi negatif. Pertama, koperasi adalah pandangan baru jadul atau usang. Kedua, koperasi juga ditinjau sempit hanya koperasi simpan pinjam atau koperasi karyawan saja. Ketiga, koperasi dipercaya jelek sesudah maraknya insiden koperasi bodong yg akhirnya malah menggelapkan uang anggota seperti Koperasi Cipaganti dan Koperasi Pandawa.

Bagi Sena, membuat koperasi menjadi hal yang umum & dimengerti banyak orang adalah tantangan dan poin awal yg krusial. Mengubah pola pikir orang tentang koperasi akan membuat bisnis mengkoperasikan sekitar kita sebagai lebih mudah.

Lantaran koperasi telah mendapat predikat tidak baik, Sena mengungkapkan bahwa beliau sering memakai kata lain buat menjelaskan koperasi. Menurutnya koperasi wajib pada-rebranding. Kita masih sanggup mengungkapkan nilai-nilai koperasi tanpa menggunakan kata-kata koperasi.? Pake aja kolektif, kerjasama, gotong royong, demokrasi ekonomi, atau yang lain?, begitu beliau mencontohkan. Baginya yang lebih penting merupakan nilai dibanding kata-katanya saja. Di masa depan, harapannya orang-orang melihat & tersadar bahwa ternyata selama ini nilai-nilai yang mereka lihat sebenarnya nilai-nilai koperasi.

Selain itu, bagi Sena kita sanggup mulai berdasarkan diri sendiri dahulu saja sebagaimana Sena memulainya pada kantor. Hal yang paling sanggup kita ubah merupakan diri kita sendiri. Tetapi tentu prinsip koperasi bukanlah tentang individu namun mengenai kolektivitas. Kumpulan orang yg paling sanggup dan sanggup kita yakinkan merupakan sahabat-teman kita sendiri & famili.

Rapat Koperasi Ardhini

Sena mendirikan Koperasi Ardhini di lokasi kantor Meridian.Id. Kebetulan, pada lokasi tersebut terdapat startup & usaha lainya berkantor sebagai akibatnya koperasi yang dinamakan Koperasi Ardhini tadi tidak mini -kecil amat. Dia memulainya menggunakan mendirikan koperasi konsumsi dimana setiap orang pada tempat kerja sebagai pemilik suatu bisnis catering dan tempat tinggal kopi di kantor tadi.

Prinsip bahwa pengambil keputusan tertinggi adalah musyawarah menggunakan setiap anggota adalah pemilik koperasi inilah yg coba Sena jalankan. Koperasi Ardhini rutin bermusyawarah buat menetukan arah koperasi. Penulis pernah mengikuti sendiri kedap koperasi dan menyaksikan anggota-anggota koperasi berdiskusi untuk memilih hidangan harian serta taktik ekspansi ke tempat kerja atau co-working space sekitar tempat kerja Meridian.Id.

Petikan krusial

Memiliki visi akbar dan mulia dalam hayati tentu krusial. Mewujudkan visi tadi tentu lebih penting lagi. Disinilah kita tak jarang gagal. Mengubah sesuatu yang ada pada kepala kita dan mengguratkannya pada masyarakat adalah tantangan yg maha berat. Namun menurut Sena, saya belajar bahwa memulai berdasarkan yg sederhana dan dari sekitar kita merupakan langkah awal yg paling mungkin. Kita sering ?Grasa grusu? Ingin mewujudkan visi tetapi kurang peka terhadap tantangan lapangan dan kemampuan diri sendiri. Hal ini harus dihindari bila kita ingin mewujudkan visi kita & berusaha secara berkelanjutan.

Hal kedua yg juga penting merupakan adaptasi. Kita wajib mampu mengukur bagaimana persepsi lebih kurang kita terhadap visi yang ingin kita tuju. Berkelit mencari jalan lain merupakan salah satu cara jitu. Kompromi terhadap ketidakidealan jua penting asal tujuanya merupakan adaptasi dan permanen mendekatkan kita dalam visi.

Tentu masih banyak rahasia sukses dalam memperjuangkan visi ekonomi baru. Apa yang Sena pancarkan adalah teladan bagaimana  di awal kita harus bertindak. Dengan demikian kita dapat menjalankan perjuangan dengan lebih berkelanjutan dan bisa mewujudkan visi sistem ekonomi baru di masa depan.

Cloud Hosting Indonesia