Oleh: Any Sulistyowati
Kita beruntung hayati pada zaman yang memperlihatkan begitu banyak kemudahan pada dalam hidup kita. Kurang menurut seratus tahun yg kemudian, generasi kakek nenek kita mungkin masih mengganggap bahwa sandang merupakan harta yang sangat berharga. Pada saat itu pakaian yg mereka miliki mungkin tidak lebih menurut hitungan jari. Beberapa menurut mereka bahkan menggunakan bahan yg pada masa sekarang ini dipercaya tidak layak disebut sebagai sandang.
Saat ini, hampir semua orang sudah memiliki pakaian. Kebanyakan orang kemungkinan memiliki pakaian sejumlah yang lebih dari yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. Sebagian lagi mungkin memiliki sejumlah pakaian baru setiap hari raya, setiap musim atau setiap model baru keluar. Sebagian lagi membeli pakaian yang mengisi lemari mereka, tetapi kemudian tidak pernah mereka gunakan.
Pakaian zaman sekarang: begitu majemuk corak, rona, tekstur & modelnya.
Hal ini bisa terjadi menggunakan kemajuan teknologi. Teknologi memungkinkan kita merogoh asal-sumber bahan baku sandang secara massif, baik langsung dari alam maupun melalui proses budidaya. Teknologi jua memungkinkan percampuran serat alam & serat sintetis sehingga lebih poly pakaian dapat dihasilkan pada ketika yg sama. Lebih banyak pakaian dihasilkan berarti ketersediaan pakaian makin melimpah. Sayangnya, kelimpahan sandang ini pula membawa sejumlah konsekuensi.
Di satu sisi, ketersediaan sandang yang melimpah adalah sesuatu yang indah dan patut disyukuri. Di sisi lain, terdapat duduk perkara distribusi. Penggunaan sandang tadi belum merata dinikmati seluruh orang pada semua global. Saat ini, terdapat sekelompok kecil orang mungkin memiliki pakaian jauh lebih menurut relatif berdasarkan yang dia butuhkan. Sementara sisanya terdapat yang belum mempunyai pakaian yang layak. Sementara sebagian berdasarkan kita bisa membeli sandang menggunakan harga yang nisbi murah, sebagian lainnya wajib membelinya menggunakan harga yang jauh lebih mahal.
![]() |
Koleksi pakaian: hasrat atau kebutuhan? |
Implikasi lain berdasarkan produksi pakaian yang melimpah merupakan pendayagunaan sumber daya yg semakin massif buat mencari dan atau membudidayakan bahan sandang tersebut. Untuk beberapa jenis sumberdaya yg bisa diperbarui, keberlanjutan eksploitasi sumberdaya dibatasi sang batas daya dukungnya. Eksploitasi sumberdaya yg hiperbola menyebabkan ambang batas daya dukung semakin usang semakin menurun. Ini berarti ketersediaan sumber daya bahan standar pakaian semakin berkurang dari hari ke hari. Kemampuan alam buat menyediakan bahan baku produsen pakaian pun semakin menurun.
Konsekuensi lain berdasarkan konsumsi pakaian yang berlebih adalah adanya limbah sandang. Limbah pakaian yg terdapat perlu diolah sedemikian rupa sebagai akibatnya tidak mencemari bumi. Sayangnya hal ini belum terjadi secara maksimal . Banyak sekali limbah sandang yg belum bisa terolah di loka sampah. Bahkan sebagian limbah sandang yg dibuang sebetulnya adalah sandang yang masih layak gunakan. Belum lagi limbah bungkus yang dipakai buat membungkus sandang-sandang tersebut. Berapa poly kantong plastik, kertas, perekat yg akhirnya dibuang selesainya produk yang kita beli kita buka kemasannya.
KAIL mengadakan bazaar barang bekas setiap tahunnya. Salah satu barangnya adalah pakaian bekas layak gunakan yang kami peroleh berdasarkan sumbangan dari banyak sekali pihak. Selama empat kali menyelenggarakan bazaar, kami kerap menemukan bahwa pemiliknya pun belum sempat menggunakannya. Jadi labelnya masih tergantung misalnya baru, meskipun statusnya barang bekas.
![]() |
Suasana stand pakaian bekas di bazaar Kail: kesempatan menerima pakaian layak pakai menggunakan harga super murah. |
Saat ini, kecukupan sandang ternyata baru bisa dinikmati sang segelintir orang. Lalu bagaimana menggunakan mereka yang biasa saja? Yang penghasilannya pas-pasan. Yang hanya bisa membeli sandang baru hanya bila baju yang telah terdapat sebelumnya telah rusak/sobek? Atau kalaupun telah sobek masih diupayakan buat ditambal-tambal juga. Adakah hal-hal yang Mengganggu kita mengambil keputusan yg lebih berkelanjutan terkait sandang? Apabila ada, apa sajakah itu?
Berikut ini adalah sejumlah kasus yg mungkin menghambat kita buat memilih konsumsi pakaian lebih berkelanjutan:
1. Pengaruh iklan
2. Terdorong membeli baju baru lantaran diskon .
3. Memperbanyak kombinasi sandang.
4. Hadiah berdasarkan sahabat atau saudara.
Lima. Sayang jikalau nir dibeli karena modelnya cantik.
6. Memperbanyak koleksi.
7. Adanya asumsi bahwa hayati yang lebih keren adalah yg acapkali gonta ganti rona & model sandang.
Keseluruhannya menyebabkan jumlah produksi dan konsumsi sandang meningkat menurut waktu ke saat. Persoalan-masalah tersebut sulit diselesaikan lantaran kultur yang ada waktu ini mendorong semakin banyak konsumsi sumberdaya. Nilai yang diajarkan merupakan: semakin banyak konsumsi sumberdaya berarti semakin keren. Padahal sebaliknyalah yg terjadi, semakin boros sumberdaya, semakin banyak duduk perkara misalnya yg dijabarkan pada atas.
Bagaimana caranya mengubah situasi tersebut?
- Menghidupi nilai “keren” adalah hidup yang berkecukupan, bukan berlebihan.
- Tidak mudah terpengaruh dengan tawaran-tawaran dari luar untuk mengkonsumsi pakaian yang tidak dibutuhkan.
- Memiliki kemampuan untuk secara tajam melihat apakah hal itu merupakan kebutuhan atau keinginan.
- Mengabaikan konsumsi yang didasarkan pada keinginan semata, dan bukan kebutuhan.
- Mengajak kawan menyadari persoalan-persoalan di atas dan menyelesaikannya mulai dari diri sendiri.
![]() |
Baju diskon : peluang atau godaan? |
Untuk bisa melakukan keempat hal di atas, kita perlu dapat bertahan hidup & merasa oke meskipun menggunakan jumlah sandang yg lebih sedikit. Berikut ini adalah beberapa tips agar permanen ?Keren? Meskipun dengan sandang yang lebih sedikit.
- Mampu memilih jenis, corak dan tekstur pakaian yang dapat digunakan dalam waktu lama.
- Mampu membuat kombinasi baru dari beberapa komponen pakaian yang ada (kemampuan untuk memadupadankan pakaian-pakaian yang ada).
- Menguasai teknik pemeliharaan pakaian sehingga awet digunakan dalam waktu yang lama.
- Mampu mengolah limbah pakaian menjadi sesuatu yang berguna.
- Mampu memperbaiki pakaian yang rusak sedikit sehingga tetap masih dapat digunakan.
- Menggunakan pakaian bekas yang layak pakai, ketimbang membeli baju yang baru.
- Tetap percaya diri meskipun menggunakan baju yang itu-itu saja atau pun menggunakan baju bekas.
1. Menyumbangkan sebagian sandang yg kita miliki, terutama buat sandang-sandang yg sebetulnya sporadis atau bahkan tidak pernah kita pakai.
Dua. Buat batasan buat mengurangi & bahkan berhenti membeli pakaian baru. Misalnya menggunakan memutuskan kondisi pembelian pakaian baru. Misalnya, tidak membeli pakaian baru sebelum ada sandang usang yg rusak.
3. Memberitahukan mitra & teman yg tak jarang memberi hibah agar tidak memberikan bantuan gratis dalam bentuk pakaian. Apalagi sandang baru yg berkemasan, yg akhirnya menyebabkan sampah.
4. Mengorganisir penggunaan pakaian beserta supaya pemanfaatan & umur pakainya lebih lama . Misalnya buat jenis sandang yang durasi pemakaiannya pendek, misalnya pakaian bayi atau anak-anak balita. Setelah digunakan sang anak yang satu, pakaian tadi bisa diwariskan kepada anak yang lain & seterusnya. Jadi sandang tersebar secara bergantian buat mereka yang membutuhkan.
Misalnya buat jenis pakaian yg durasi pemakaiannya pendek, misalnya sandang bayi atau anak-anak balita. Setelah dipakai oleh anak yang satu, sandang tadi bisa diwariskan kepada anak yg lain & seterusnya. Jadi pakaian beredar secara bergantian buat mereka yg membutuhkan.
Demikianlah beberapa persoalan seputar konsumsi pakaian zaman kini & beberapa alternatif solusinya. Semoga bermanfaat!
***