Jumat, 08 Mei 2020

[EDITORIAL] PRO:AKTIF ONLINE NO. 22 / APRIL 2019

Salam Transformasi!

Pro:aktif Online kembali hadir di tengah pembaca sekalian. Dalam edisi kali ini, KAIL membawakan tema “Ekonomi Baru: Peluang dan Tantangannya”. Ekonomi secara bahasa berakar dari Bahasa Yunani “oikonomia” yang berarti seni mengatur rumah tangga. Mengatur rumah tangga di sini, erat kaitannya dengan pengaturan sumberdaya, yang bertujuan agar manusia memperoleh kesejahteraan. Namun demikian, upaya manusia untuk memperoleh kesejahteraan tersebut bergeser hingga akhirnya sistem ekonomi dipandang sebatas pada perdagangan, hal-hal terkait dengan uang, maupun usaha eksploitasi sumber daya materi.

Ekonomi di masa kini mengalami bentuk baru yang ditopang oleh kemajuan di bidang teknologi informasi atau komunikasi atau yang lebih sering kita kenal dengan istilah dikenal sebagai ekonomi digital. Ekonomi digital ini menjadi menarik karena sifatnya yang mengganggu (bahasa kerennya disrupt) semua bentuk praktik ekonomi konvensional. Hampir semua aspek kehidupan kita sehari-hari pun terpapar oleh teknologi digital. Dalam abad yang disebut sebagai abad disrupsi (the age of disruption), diktum yang beredar adalah terdigitalisasi atau terlindas zaman.

Begitu masifnya imbas yg ditimbulkan oleh inovasi-inovasi teknologi ini, beberapa pihak bahkan hingga menyebutkan bahwa kita tengah berada pada dalam sebuah awal menurut masa yg baru. Sesuatu yg oleh beberapa pihak disebut menjadi revolusi industri 4.0. Dengan penemuan teknologi-teknologi baru di bidang berita & komunikasi seperti IoT, AI, hingga Blockchain, revolusi industri ini akan ditandai sang terkoneksinya semua hal, menurut mulai manusia, benda, hingga personal komputer . Hal inilah yg membuat Klaus Schwab, salah satu co-founder dari World Economic Forum & juga pemopuler istilah ini, mendefinisikan revolusi industri 4.0 sebagai mengaburnya batas-batas antara dunia digital, dunia fisik, serta global biologis.

Merasuknya teknologi informasi dan komunikasi di semua lini kehidupan pun membawa dampak yang cukup signifikan, terutama bagi ekonomi. Dengan semua aspek kehidupan yang kini dapat terhubung dengan internet, jarak dan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah nilai dalam aktivitas ekonomi pun dapat dipangkas menjadi sangat kecil. Bahkan Jeremy Rifkin, seorang ekonom dari Amerika Serikat, menyatakan bahwa kita kini berada di dalam zero marginal cost society, sebuah masyarakat dimana marginal cost, biaya yang ditambahkan kepada biaya total dalam memproduksi sebuah produk (jasa atau barang) karena diproduksi secara massal (lebih dari satu), mulai jatuh mendekati angka nol.

Namun hilangnya porto jarak dan waktu tersebut jua mengakibatkan hal yang nir bisa kita duga. Kita mencicipi bahwa roda ekonomi berputar begitu cepat. Hal ini menciptakan apa yang kita kira sebagai praktik umum ekonomi di masa kini bisa berubah hanya pada ketika satu pekan bahkan kurang. Hal ini membuat kita merasa kebingungan & tidak bisa mengira, sesungguhnya kemana bergeraknya roda ekonomi digital ini? Apakah tengah membuat global menjadi tempat yang lebih baik, atau sebaliknya?

----

Untuk tahu hal tersebut, maka pada Pro:aktif kali ini, Angga Dwiartama akan mengajak kita secara beserta-sama buat memahami apa makna sesungguhnya menurut istilah revolusi industri 4.0 dalam Rubrik PIKIR. Pada Rubrik ini, Angga akan mengupas secara tuntas apa sesungguhnya yg disebut menggunakan revolusi industri 4.0 itu, bagaimana beliau berdampak kepada hidup kita sehari-hari, hingga bagaimana kita seharusnya menyikapi istilah ini menggunakan bijak.

Setelah itu, pada Rubrik MASALAH KITA, Achmad Assifa akan mengajak kita memahami bagaimana ekonomi digital merubah struktur dasar aktivitas ekonomi kita menjadi sebuah model ekonomi yang disebut sebagai Gig Economy. Gig Economy adalah sebuah model ekonomi dimana hubungan antara pekerja dan majikan bersifat fleksibel dalam hal ruang dan waktu. Hal ini dimungkinkan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sendiri yang membuat kita dapat bekerja kapan saja dan dimana saja. Meskipun memberikan banyak kemudahan baik bagi para pekerja, yang dicirikan oleh mulai menjamurnya jenis pekerja lepasan (freelancer), menurut Sifa model ekonomi yang dipopuleri oleh Uber dan AirBnB ini  ternyata menghasilkan beragam permasalahannya sendiri.

Sementara buat Rubrik OPINI, Pro:aktif kali ini akan diisi sang M. Sena Luphdika yang akan membahas mengenai akar pertarungan dari ketimpangan pada sistem ekonomi yg berjalan ketika ini. Dari sana Sena akan membahas mengenai keliru satu kemungkinan jalan keluar yang ternyata sudah berada pada Indonesia relatif lama , yaitu contoh ekonomi koperasi. Di sini pula Sena akan membahas mengapa koperasi itu sebagai salahsatu jalan keluar yg paling mungkin serta contoh-contoh konkret keberhasilan menurut contoh koperasi pada semua global.

Pada Rubrik TIPS kali ini kita akan mendapati bagaimana tips dan trik untuk membuat pikiran yang lebih sehat melalui teknik KonMari dari Aristogama. Teknik yang dipopulerkan oleh Marie Kondo ini terbukti menjadi sangat penting karena di zaman yang serba cepat dan baru ini, manusia semakin berperilaku konsumtif dan sangat bergantung produk-produk tertentu. Teknik KonMari mampu menjernihkan manusia dari segala perilaku konsumtif dan kemelekatan terhadap produk tertentu.  Gamma, menceritakan melalui pengalamannya dalam mempelajari teknik KonMari, berbagi kepada kita bahwa ternyata dengan secara sadar menyadari “kemelekatan” psikologis yang ada pada diri kita terhadap barang-barang kita, kita secara perlahan juga dapat mulai kembali menjernihkan pikiran kita dari segala kecenderungan kita untuk selalu membeli atau berbelanja. Kesadaran ini tentu merupakan langkah awal menuju pada kemandirian ekonomi.

Pada Rubrik PROFIL, Jeremia Manurung mewawancarai Sena Luphdika yang merupakan salah satu co-founder serta CEO dari perusahaan start-up digital bernama Meridian.id yang juga merupakan seorang pegiat koperasi. Dalam wawancaranya kali ini, Jeremia memperlihatkan kepada kita bagaimana perjalanan Sena yang tidak puas dengan ketidakadilan yang terjadi dalam dunia start-up digital dan sistem ekonomi secara umum membawanya kepada ide mengenai koperasi. Tidak saja terbatas pada sekedar ide, dalam wawancaranya kali ini juga Jeremia memperlihatkan bagaimana Sena mulai menerapkan ide mengenai koperasi tersebut menjadi sebuah aksi nyata yang bisa dimulai dari hal yang kecil yang berada di sekitar kehidupan kita sehari-hari.

Rubrik MEDIA akan dibawakan oleh Fransiska Damarratri yang akan membahas bagaimana sesungguhnya praktik pada belakang sistem ekonomi yang membuat krisis 2008 di Amerika Serikat pada film The Big Short. Dalam reviewnya kali ini Siska akan mengulas bagaimana film ini menunjukan kepada kita cara kerja sesungguhnya berdasarkan mesin ekonomi yang berjalan pada dunia pada umumnya dan Amerika Serikat khususnya. Selain itu Siska pula membahas bagaimana praktik-praktik pada belakang sistem ini berdampak secara negatif terhadap ekonomi dan kehidupan kita sehari-hari.

Pada Rubrik JALAN-JALAN kali ini, kita akan dibawa oleh Sally Anom melalui pengalamannya untuk berkunjung ke Suku Baduy Dalam. Dalam perenungannya yang mendalam ini mengenai cara hidup masyarakat Baduy Dalam, Sally memberikan kita perspektif yang segar mengenai cara hidup masyarakat tersebut dalam melakukan praktik ekonomi. Di sana Sally menceritakan bagaimana kegiatan ekonomi dari suku Baduy dalam yang bertumpu kepada azas hidup secukupnya serta  menjaga kelestarian alam sehingga dalam kegiatan transaksi mereka jarang sekali untuk menggunakan uang. Salah satu perspektif yang segar yang dapat membantu kita untuk merenungi bagaimana praktik ekonomi alternatif yang mungkin bagi sistem yang berjalan sekarang ini.

Sebagai penutup, dalam Rubrik RUMAH KAIL kali ini Any Sulistyowati akan menunjukkan bagaimana pengalaman KAIL pada membentuk kemandirian ekonomi melalui kegiatan berkebun pada program Hari Belajar Anak atau disingkat HBA. Melalui kegiatan berkebun pada HBA, KAIL berusaha untuk membangun kemandirian ekonomi yg dimulai menggunakan memupuk pencerahan bahwa berkebun & memasak pangan dari hasil kebun memampukan mereka buat menciptakan makanan sendiri dan nir bergantung dari kuliner yang dibeli menurut luar. Kemandirian berdasarkan sisi pangan ini dibutuhkan menjadi awal menurut kemandirian ekonomi. Kegiatan ini diperkenalkan pada anak-anak, dimana harapannya sehingga ketika mereka dewasa mereka akan mulai bisa memulai mempraktekkan kemandirian tersebut di tempat tinggal tangga masing-masing.

----

Akhir istilah, keseluruhan artikel pada edisi ini diharapkan bisa menginspirasi kita semua terutama pada hal (1) memahami bagaimana sesungguhnya roda ekonomi yg ditunjang oleh perkembangan teknologi digital keterangan & komunikasi ini bekerja, manfaat, peluang, dan tantangannya (dua) mengimajinasikan kemungkinan-kemungkinan dari bentuk-bentuk praktik ekonomi yg lain; dan yg terakhir (3) merogoh tindakan-tindakan nyata yang bisa menciptakan praktik kehidupan yang ditunjang sang bentuk-bentuk ekonomi baru tersebut ke arah kesejahteraan masyarakat secara lebih luas & selaras alam.

Semoga dengan diterbitkan Pro:aktif edisi baru ini kita beserta dapat lebih memahami lagi perubahan akbar apa yg sesungguhnya tengah terjadi pada antara kita seluruh yg diakibatkan oleh teknologi digital & bisa merogoh tindakan konkret sebagai akibatnya kehidupan manusia ke depannya tidak berjalan menuju ke arah yang lebih jelek melainkan berjalan ke arah yg lebih selaras menggunakan manusia & alam.

Tim Editor:

Kukuh Samudra

Okie Fauzi Rachman

Navita Kristi Astuti

Cloud Hosting Indonesia